Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menjadi "Api yang Mencukupi" di Era Media Sosial yang Suram

4 Agustus 2018   22:02 Diperbarui: 4 Agustus 2018   22:49 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Postingan-postingan inspiratif dan bikin adem di akun media sosial seorang menteri agama yang memiliki kapasitas dan keluasan ilmu di bidang agama sehingga pendapatnya didengar umat serta kesantunan dalam tingkah laku plus memiliki jumlah follower sangat banyak (jumlah follower akun Twitter Menag Lukman Hakim Saifudin kini mencapai 421 K/ribu) tentunya menjadi kekuatan hebat untuk mempengaruhi warganet. Daya pengaruhnya terhadap pembentukan dan perubahan perilaku warganet, jelas akan berbeda dengan semisal postingan di akun media sosial saya pribadi.  

Bayangkan bila postingan-postingan inspiratif dan edukatif di akun media sosial menteri agama yang dibaca puluhan bahkan ratusan ribu atau jutaan warganet itu kemudian diteruskan atau dibagikan kepada warganet lainnya, atau di-capture kemudian dibagikan ke grup-grup WhatsApp. Dalam sehari, akan ada puluhan ribu atau bahkan jutaan warganet di Indonesia yang tercerahkan. Mereka tidak akan lagi doyan memproduksi hasutan, umpatan maupun ujaran kebencian di media sosial.    

Postingan-postingan informatif yang mencerahkan dan memperluas wawasan warganet ini sudah dilakukan oleh akun Instagram resmi Kementerian Agama. Di akun @kemenag_ri yang dikelola Biro Humas Kemenag RI, ditampilkan informasi aktual yang update hingga tips-tips yang dikemas dengan gaya bahasa enak dibaca semisal tips bagi jemaah haji agar aman saat beribadah. Serta kutipan yang menginspirasi seperti "doa adalah cara terbaik untuk memeluk orang-orang tercinta. Ketika tangan tak bisa menyentuhnya" yang diposting pada 3 Agustus 2018 kemarin.  

Menyebarkan good news agar tidak ada ruang untuk berita hoaks

Selain menuliskan postingan-postingan inspiratif dan edukatif yang bisa mencerahkan warganet di jagad media sosial yang acapkali suram, bila menjadi Menag, saya juga akan aktif membagikan berita-berita bagus dan benar (good news) di media sosial. Utamanya berita-berita yang berkaitan dengan kewenangan saya sebagai menteri agama.

Saya akan rutin membagikan berita-berita informatif yang tentu saja mengandung kebenaran dan mengedukasi umat seperti yang setiap hari dimuat di website resmi Kementerian Agama RI, https://kemenag.go.id/berita. Semisal yang lagi jadi topik utama sekarang ini adalah perihal kesiapan transportasi akomodasi dan konsumsi jemaah haji Indonesia. Amat disayangkan bila berita-berita informatif yang termuat di website tersebut hanya dibaca oleh mereka yang mengunjungi web tersebut. Sudah seharusnya, informasi-informasi tersebut dibagikan ke lebih banyak masyarakat melalui media sosial.

Selain berita-berita dari website resmi Kementerian Agama RI, berita-berita bagus juga bisa diambil dari kanal media massa terpercaya yang memang kompeten dan sudah diakui kebenaran serta disampaikan dengan tata bahasa yang baik, lantas dibagikan kepada warganet di media sosial.   

Menyebarkan berita bagus demi mengecilkan peluang munculnya hoaks di media sosial/Foto: www.rayapos.com
Menyebarkan berita bagus demi mengecilkan peluang munculnya hoaks di media sosial/Foto: www.rayapos.com
Upaya untuk menyebarkan good news di media sosial ini tidak hanya demi untuk mengedukasi dan menambah wawasan umat agar mendapatkan informasi yang aktual dan faktual. Lebih dari itu, dengan ada banyak good news yang beredar di media sosial dan dibagikan oleh warganet, maka ruang bagi beredarnya berita/kabar hoaks juga akan semakin sempit. Pada akhirnya, diharapkan tidak ada lagi ruang bagi tumbuh berkembangnya berita hoaks.   

Sebab, beredarnya berita hoaks di media sosial sejatinya bukan hanya karena memang ada orang-orang tidak bertanggung jawab  yang memang sengaja memproduksi berita hoaks untuk tujuan mereka. Beredarnya berita hoaks juga karena jumlah berita-berita baik dan benar (good news) di media sosial, kalah banyak dengan berita-berita palsu tersebut. Toh, sekarang ini, persepsi masyarakat terhadap berita tidak lagi berprinsip pada pandangan lama bahwa "bad news is good news" tetapi sudah banyak berubah menjadi "good news is good news".

Jangan baperan di media sosial

Dan satu lagi, sikap yang tidak kalah penting untuk dimiliki dan diterapkan ketika bermedia sosial adalah tidak boleh baper alias bawa perasaan. Tidak baperan ini penting agar tetap tenang dalam menanggapi komentar apapun yang mampir ke 'rumah kita' di media sosial. Meminjam bahasanya warganet, jangan "nge-gas" ketika berkomentar ataupun membalas komentar di media sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun