Tidak terlalu sulit untuk menyebut siapa saja pemain Indonesia yang telah meraih gelar turnamen level Super 1000 (level tertinggi), Super 500 dan Super 300 di semester pertamal tahun 2018 ini. Badminton lover alias pecinta bulutangkis sejati pastinya bisa menyebutkannya seperti seorang fans fanatik sepak bola hafal setiap nama dan posisi pemain di klub idolanya.
Siapa saja?
Pasangan ganda putra, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo menjadi pemain yang paling sering juara. Ganda putra rangking 1 dunia ini telah meraih gelar di All England 2018, Indonesia Open 2018 (Super 1000), Indonesia Masters 2018 dan India Open 2018 (Super 500). Lalu ada ganda putri Greysia Polii/Apriyani Rahayu yang juara di India Open 2018 dan Thailand Open 2018 (Super 500).
Kemudian ganda campuran senior, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir meraih gelar di Indonesia Open 2018 dan pasangan Hafiz Faizal/Gloria Widjaja (Thailand Open 2018). Lalu tunggal putra
Anthony Sinisuka Ginting yang juara di Indonesia Masters dan Tommy Sugiarto di Thailand Masters (Super 300).
Serta ganda putra Fajar Alfian/M Rian Ardianto di Malaysia Masters (Super 500), Berry Angriawan/Hardianto di Australia Open (Super 300) dan terakhir Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan yang juara Singapore Open (Super 500) pada akhir pekan kemarin. Â
Menyebut daftar nama-nama terkenal tersebut memunculkan dua hal berbeda. Di satu sisi kita bangga karena pemain-pemain top Indonesia bisa bergantian meraih gelar. Di satu sisi, muncul pertanyaan, ke mana pemain-pemain 'pelapis' Indonesia yang juga rajin diterjunkan di turnamen-turnamen--utamanya di turnamen Super 100--kok belum mampu juara?
Padahal, semakin rendah level turnamen yang diikuti, maka level kualitas lawan yang dihadapi, juga tidak seberat bila tampil di turnamen level atas. Artinya, peluang untuk menjadi juara sejatinya terbuka lebar. Namun, hingga bulan Juli ini, belum ada pemain pelapis di Pelatnas PBSI yang bisa juara di turnamen Super 100.
Nah, pekan ini, harapan untuk mendengar kabar, pebulutangkis "belum terkenal" Indonesia bisa meraih gelar di turnamen Super 100, bisa jadi kenyataan. Ada belasan pebulutangkis muda Indonesia yang tampil di turnamen Akita Masters Super 100 yang digelar di Akita, Jepang dari 24 Juli hingga 29 Juli 2018 nanti.
Setelah berjuang mengayun raket di putaran pertama dan putaran kedua, ada 11 pemain Indonesia yang masih bertahan dan hari ini akan tampil untuk berebut 'tiket lolos' ke perempat final turnamen berhadiah total 75 ribu US Dolar ini.
Di tunggal putra ada nama Firman Abdul Kholik, Chico Aura Dwi Wardoyo, Panji Ahmad Maulana, Yehezkiel Fritz Mainaky dan Ihsan Maulana Mustofa. Nama terakhir menjadi unggulan dua dan semoga bisa tampil konsisten untuk memburu gelar.
Ihsan yang kini masih berusia 22 tahun, pernah menjadi salah satu dari tiga tunggal putra andalan Indonesia. Namun, karena cedera dan jarang tampil di babak penting turnamen setelah comeback, membuat rangkingnya di peringkat tunggal putra BWF, terus merosot. Dia kini ada di rangking 48. Padahal, per September 2016 lalu, dia sempat ada di peringkat 17 dunia.
Sementara di tunggal putri, PBSI tidak mengirimkan pemain-pemain tenar seperti Gregoria Mariska, Fitriani dan Dinar Dyah Ayustine ataupun Ruselli Hartawan. Dari tiga pemain, tersisa dua nama, yakni Bening Sri Rahayu dan Choirunnisa. Menariknya, keduanya tampil di turnamen ini dengan terlebih dulu melangkah dari babak kualifikasi. Bening bahkan mampu mengalahkan pemain unggulan 5 asal Kanada, Brittney Tam 21-14, 21-11 di round 1.
Adapun di ganda putra tersisa satu wakil, yakni pasangan Akbar Bintang Cahyono/Moh Rezha Pahlaevi Ishafani. Melihat kualitas lawan-lawannya, Akbar/Bintang yang dua pekan lalu sudah "pemanasan" tampil di Thailand Open dengan bertemu dua ganda top Thailand dan Jepang, berpeluang tampil menjadi yang terbaik.
Dan, bila harus jujur, peluang terbaik untuk meraih gelar ada di nomor ganda campuran. Indonesia masih punya tiga wakil di putaran kedua. Yakni pasangan Alfian Eka Prasetya/Angelica Wiratama, Akbar Bintang Cahyono/Winny Octavina dan Rinov RIvaldy/Pitha Mentari. Semuanya berhasil menang straight game di round 1.
Hari ini, tiga pasangan ganda campuran Indonesia ini akan mencoba meraih tiket ke perempat final. Alfian/Angelica akan menghadapi ganda Taiwan, Yang Po-Hsuan/Lin Ying Chun, Rinov/Pitha juga bertemu ganda Taiwan, Po Li-Wei/Chang Ching Hui. Sementara Akbar/Winny yang menjadi unggulan 3, akan menghadapi ganda Singapura, Hee Yong Kai Terry/Putri Sari Dewi.
Pekan lalu, Rinov/Pitha dan Akbar/Winny tampil bagus di Singapore Open 2018, turnamen yang levelnya di atas Akita Masters yang berarti lawan-lawannya lebih berat. Rinov/Pitha melaju hingga ke perempat final dan dihentikan ganda Malaysia yang akhirnya jadi juara. Sementara Akbar/Winny bahkan melaju sampai ke semifinal sebelum dihentikan senior mereka, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. Andai tampil konsisten, mereka berpeluang juara di Akita Masters 2018.
Ya, menarik menunggu bagaimana akhir dari perjuangan pemain-pemain muda Indonesia di Akita Masters 2018. Ketika para senior mereka tengah bersiap tampil di Kejuaraan Dunia maupun Asian Games 2018, para pemain pelapis ini mencoba memburu gelar pertama untuk Indonesia di turnamen Super 100.
Menurut saya, gelar di turnamen Super 100 ini penting. Bahkan, tidak kalah penting dari gelar di turnamen level di atasnya. Sebab, bila pemain muda kita mampu juara, dunia akan tahu bahwa bulutangkis Indonesia tidak sedang diam. Bulutangkis Indonesia tidak hanya ada Marcus/Kevin, Tontowi/Liliyana, Greysia/Apriani, Athony Ginting dan Hendra/Ahsan. Namun, masih ada banyak calon penerus mereka yang kelak siap menggantikan mereka.Â
Bukan hanya penerus Tontowi/Liliyana seperti yang tertulis di judul, tetapi juga melanjutkan estafet prestasi Marcus/Kevin, Hendra/Ahsan, Greysia/Apriani dan pemain-pemain senior lainnya. Semoga. Salam. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H