"Banyak yang harus saya perbaiki lagi ke depannya dari segi percaya diri, pertahanan, dan terutama mentalitas," sebutnya.
Ah, menunggu terjadinya kejutan di bulutangkis memang terkadang tidak sesederhana menyaksikan terjadinya kejutan di lapangan sepak bola. Bulutangkis memang seringkali tidak mengenal "teori" bahwa pemain tuan rumah akan memiliki 'panggung' untuk membuktikan kemampuannya di hadapan ribuan suporter yang mendukungnya seperti yang dipertontonkan Timnas Rusia di Piala Dunia 2018.
Saya yakin, baik Fitriani maupun Jonatan tidak tampil grogi di depan publik Istora. Mereka pemain-pemain yang terbiasa bertanding di belahan dunia manapun sehingga mental mereka sudah kuat. Justru, mereka tampil lebih termotivasi.
Hanya saja, di bulutangkis, kualitas kelas dunia yang terwujud dalam kemampuan (skill) dan mental pemain unggulan, terkadang tidak bisa diintimidasi oleh motivasi besar pemain tuan rumah maupun dukungan suporter tuan rumah. Mereka tetap bisa bermain tenang dengan standar mereka. Malah, si pemain tuan rumah yang ingin memenuhi harapan suporter, seringkali "kehilangan panggung" nya akibat lawan yang memang tidak mudah dimatikan. Ya, Istora bisa menjadi panggung bagi siapa saja yang memang paling siap menang di lapangan.
Namun, apapun hasilnya, bisa sering bertemu pemain kelas dunia akan sangat penting bagi pemain-pemain Indonesia selama bisa melakukan evaluasi untuk perbaikan penampilan. Harapannya, dengan melihat langsung cara main dan startegi pemain kelas dunia, pemain kita bisa menaikkan level permainannya. Siapa tahu di pertemuan-pertemuan berikutnya, pemain Indonesia bisa tampil jauh lebih bagus Syukur-syukur bisa "mencuri panggung" pemain unggulan yang selalu mendapat porsi besar dalam pemberitaan media-media internasional. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H