"Senegal mewakili seluruh benua Afrika. Kami memakai jersey Senegal tetapi seluruh Afrika mendukung kami. Setelah kemenangan atas Polandia, saya mendapat banyak ucapan selamat dari mereka yang bangga dengan kami. Dan, kami bangga bisa mewakili Afrika," ujar Aliou Cisse, pelatih tim Senegal dikutip dari independent.co.uk.
Senegal memang masih newbie. Piala Dunia 2018 merupakan partisipasi kedua bagi negara yang merdeka dari Prancis ini. Bandingkan dengan Mesir yang sudah tiga kali tampil, lalu Maroko dan Tunisia sudah lima kali. Nigeria bahkan sudah enam kali tampil di Piala Dunia.
Namun, lewat permainan yang rapi, kalem tanpa marah-marah dan mengusung spirit tinggi khas Afrika, Senegal yang awalnya tidak dipandang, kini mampu memaksa banyak orang untuk melihat mereka. Ya, meski tidak difavoritkan karena berada satu grup dengan dua tim yang lebih punya "jam terbang" di Piala Dunia, Polandia dan Kolombia, tetapi Senegal mampu tampil mengejutkan. Senegal kini layak dianggap sebagai salah satu tim "kuda hitam" di Piala Dunia 2018.
Senegal bisa mengulang "cerita dongeng" di Piala Dunia 2002 Â
Dan, bicara tim kuda hitam, Senegal pernah sangat sukses memainkan peran itu di partisipasi pertama mereka di Piala Dunia pada 16 tahun silam. Ya, di Piala Dunia 2002 yang untuk kali pertama digelar di Asia (Jepang dan Korea Selatan), Senegal berhasil membuat plot cerita ala dongeng. Mereka membuat kejutan hebat dengan mengalahkan juara bertahan Prancis di pertandingan pembukaan. Senegal bahkan lolos hingga perempat final sebelum dihentikan Turki.
Mungkinkah Senegal akan mengulang cerita hebat 16 tahun silam di Rusia?
Aliou Cisse, enggan jumawa. Pelatih termuda di Piala Dunia 2018 yang menjadi kapten tim Senegal di Piala Dunia 2002 ini lebih memilih membumi. Dia berharap tim asuhannya bisa terus berproses menjadi lebih matang dari pertandingan ke pertandingan berikutnya. "Terlalu cepat membandingkan tim ini dengan tim di Piala Dunia 2002) lalu," ujarnya.
Dia juga tidak mau membandingkan kemenangan Polandia seperti halnya kemenangan atas Prancis 16 tahun lalu. Sebab, Senegal dan Prancis disebutnya punya kedekatan sejarah. Prancis pernah menjajah Senegal. Karenanya, begitu mendapat kesempatan bertemu Prancis, 'meledak' lah semangat pemain-pemain Senegal. "Itu bukan hal yang sama, rasanya berbeada. Namun, yang terpenting adalah kami meraih tiga poin," ujarnya. Â Â
Mayoritas pemain Senegal bermain di Liga top Eropa
Sebenarnya, apa yang membuat Senegal mampu tampil apik ketika bermain menghadapi Polandia? Apakah sekadar mengandalkan semangat? Tidak. Senegal tak hanya bermodal semangat. Tim ini punya kualitas. Mayoritas pemain Senegal bermain di Liga top Eropa.
Saat melawan Polandia, 11 pemain inti Senegal yang dimainkan Aliou Cisse, semuanya bermain di Liga top Eropa seperti di Premier League Inggris, Serie A Liga Italia, Ligue 1 Prancis hingga Bundesliga Jerman.