Terpikat diskon karena terbuai THR
Kebiasaan lainnya yang juga bikin boros adalah jalan-jalan ke mal bersama teman-teman kantor. Awalnya, niatnya sekadar jalan-jalan dan cuci mata untuk sejenak lepas dari penatnya kerjaan di kantor.
Namun, niat yang awalnya hanya jalan-jalan  itu ternyata bisa berubah ketika sudah berada di mal. Ketika baju-baju, t-shirt, celana dan sandal yang terasa bagus bila dipakai, terpampang tulisan diskon 50 persen ataupun promo beli 1 gratis 1. Bila sudah seperti itu, rasanya gatal untuk tidak mengambil barangnya lantas ditaruh ke kasir. Dan, terjadilah pengeluaran tak terduga.
Mengapa mudah untuk belanja barang yang di luar rencana? Sebenarnya bukan hanya karena godaan diskon yang memang membuat barang tersebut serasa murah dan akal pikiran pun secara tidak langsung berpikir "nggak apa-apa beli, toh harganya murah".
Lalu apa? Penyebabnya karena pikiran saya--mungkin juga sampean (Anda)--terbuai bahwa jelang akhir Ramadan, kita akan mendapatkan Tunjangan Hari Raya (THR) dari kantor. Karena ada pikiran itu, kita merasa akan memiliki pendapatan dadakan sehingga menganggap pengeluaran pun menjadi tidak masalah. "Kan nanti dapat THR," pikir kita. Tanpa disadari itu menjadi pemborosan.
Pendek kata, menjadi bujangan di bulan Ramadan itu ternyata berisiko mendapat godaan melakukan kebiasaan-kebiasaan yang sepele tetapi berpotensi terhadap keluarnya duit dalam jumlah besar alias boros.
Menikah, pengeluaran akan lebih terencana
Hingga setelah menikah, kebiasaan-kebiasaan boros di bulan Ramadan yang dilakukan semasa bujang tersebut, mulai bisa dikurangi. Benarkah menikah bisa mengurangi bahkan menghilangkan sikap boros seperti judul tulisan ini? Bagi saya benar.
Sebab, dengan menikah, terlebih bila sudah tinggal berdua di rumah sendiri, kebiasaan-kebiasaan boros itu akan terkurangi dengan sendirinya. Contohnya kebiasaan makan sahur di warung, tentunya sudah tinggal kenangan karena kini bisa sahur di rumah. Termasuk juga kebiasaan "lapar mata" di malam hari, bisa mulai dihentikan. Sebab, sepulang kerja, istri sudah menyiapkan masakan di rumah. Bila sudah begitu, apa sih yang lebih nikmat dibanding makan berdua sama istri di rumah? Â
Meski tentunya tidak lantas bersikap pelit dengan selalu 'membiarkan' istri memasak. Saya termasuk suami yang terkadang "meliburkan" istri agar tidak memasak di hari tertentu. Sebab, sekali waktu, istri juga perlu dimanja dengan membawakan 'oleh-oleh' untuk di makan bersama di rumah atau makan bersama di luar rumah. Â Â
Pun dengan kebiasaan belanja dadakan di mal karena merasa sudah punya simpanan uang THR dari kantor, juga bisa diatur ulang. Istri yang hebat akan menjadi "penasihat keuangan" handal yang bisa mengerem kita untuk tidak mudah boros belanja kebutuhan yang tidak perlu. Termasuk dalam mengatur uang THR yang diterima dari tempat kita bekerja.