Hampir setiap hari, ketika adzan dzuhur dan Ashar, bapak dua anak ini akan langsung bergegas menjawab panggilan sholat. Bahkan, saya pernah kebetulan sholat tepat disampingnya. Seusai sholat, dia tidak terburu-buru kembali ke gerobak baksonya, tetapi menyempatkan sejenak berdzikir dan berdoa. "Kalau kita baik sama orang, Insya Allah mereka juga nggak akan jahat sama kita. Toh, kebanyakan sudah kenal," ujar dia. Â
![Imam Baihaqi, tukang bakso (Dok. Pribadi)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/05/25/img-20180525-wa0013-5b08132b5e13730b2129f2e2.jpg?t=o&v=555)
Nah, ketika bulan puasa Ramadan seperti ini, Baihaqi memilih tidak berjualan sebulan penuh. Dia tidak mau kucing-kucingan semisal tetap berjualan dan menutup separoh lokasi berjualan baksonya. Dia memilih mudik (pulang kampung) lebih cepat dari kebanyakan orang. "Kalau pas Ramadan, saya pulang ke Kediri mas. Nggak jualan, diniatkan ibadah," kata dia.
Lalu, bila tidak berjualan selama Ramadan, bagaimana dia bisa mendapatkan penghasilan? Baihaqi rupanya seorang perencana keuangan yang baik. Selama berjualan di luar bulan Ramadan, dia menyisihkan sedikit kelebihan dari penghasilannya. Setiap bulan, dia punya celengan/tabungan sendiri. Nah, uang yang dikumpulkan dari kelebihan penghasilan setiap bulan itulah yang akan dia pakai selama Ramadan dan juga menyambut Hari Raya Idul Fitri.
![Libur jualan selama Ramadan, pilih beribadah di kampung/Foto pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/05/25/img-20180525-wa0015-5b080fe0bde57545dc450132.jpg?t=o&v=555)
Menurut saya, sikap ikhlas seperti Baihaqi ini yang diperlukan untuk menengahi polemik warung buka ketika puasa. Bahwa, sebenarnya kembali pada sikap pemilik warung/orang yang berjualan apakah tetap berjualan atau tidak di bulan puasa, utamanya di siang hari.
Sebab, toleransi kepada orang yang berpuasa itu muncul dari kesadaran pribadi, sementara aturan hanya menguatkan. Selama tidak ada kesadaran dari diri sendiri, masalah ini akan seterusnya akan menjadi polemik karena toleransi menyangkut hal ini memang tidak bisa dipaksakan. Terlebih, bila menyangkut urusan perut (pendapatan), orang akan bisa melakukan apapun. Termasuk "kucing-kucingan" dengan aturan. Ah, semoga saja semakin banyak orang seperti Cak Imam Baihaqi ini. Â Salam
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI