"It was a huge pleasure to have shared all these years with you friend @neymarjr. I wish you good luck in this new stage of your life".Â
Bagi fans Barcelona, tulisan salam perpisahan Lionel Messi untuk Neymar Jr di akun Instagramnya @leomessi itu sungguh menyentuh (untuk tidak menyebut membuat sedih). Tulisan yang ditulis dalam bahasa latin itu menjadi narasi potongan-potongan foto kebersamaan Messi dan Neymar baik dalam maupun di luar lapangan. Momen-momen kegembiraan.
Hingga siang ini, postingan Messi itu sudah di-like hampir 12 juta followernya dan dikomentari 133.293. Komentar nya beragam. Ada yang mendoakan Neymar. Ada pula yang menghujat keputusan kapten Timnas Brasil itu meninggalkan Barcelona. Namun, salah satu komentar menarik adalah berakhirnya era trio MNS (Messi-Neymar-Suarez): "things will change without you on the picth, the trio is over," tulis @wesley gold.
Benar, Neymar pindah, trio MNS yang dalam tiga tahun terakhir menjadi trisula penyerang yang paling ditakuti dan dikagumi itu pun bubar. Trio MNS yang berjasa besar membawa Barcelona meraih treble winners di musim 2014/15, kini tinggal kenangan. Entah siapa yang akan didatangkan Barcelona untuk mengganti posisi Neymar. Walaupun, siapapun nanti, rasanya trio baru itu akan sulit selapar gol dan semenghibur trio MNS. Â
Lalu, mengapa Neymar pindah? Saya tidak tertarik untuk menulis karena uang. Sudah banyak yang tahu, Neymar pindah ke Paris Saint Germain dengan duit transfer Rp 3 triliun lebih--yang jika dilembarkan rupiah bakal penuh mengisi berpuluh atau mungkin beratus-ratus gudang. Bukan itu. Â Â
Saya lebih tertarik dengan diskusi para pundit football di laman Euro Sport sekira pekan lalu dengan tema "ApakahNeymar Seharusnya Pergi?" Ada lima pundit yang menuliskan ulasannya. Dan, dari lima orang itu, hanya seorang saja yang memprediksi Neymar bakal keluar dari Barca menuju ke PSG. Sementara empat orang meyakini Neymar akan bertahan.
Si pundit yang sepakat Neymar harus pergi itu menyebut bahwa uang bukanlah alasan utama nya. Tidak seperti tudingan bek Barca, Gerrard Pique yang menyebut bila Neymar memilih PSG, itu hanya soal duit. Kata pundit itu, alasan Neymar pergi adalah soal ego. Bahwa pemuda Brasil berusia 25 tahun ini butuh pengakuan yang lebih tentang karier bolanya. Â
Maklum, empat musim berkostum Barcelona, sehebat apapun Neymar, dia tetap dianggap "hanya" pendukung bagi sang bintang utama Barcelona, Lionel Messi. Kalau menyebut apa adanya, dia tak lebih sekadar "piguran" bagi sang bintang utama. Padahal, dia punya kualitas untuk tampil sebagai pemain terbaik dunia.
Ambil contoh di musim 2014/15, meski Neymar jadi top skor Liga Champions dan mencetak gol di final melawan Juventus (Messi tak mampu mengakhiri 'kutukan' belum pernah menjebol gawang Gianluigi Buffon), toh Messi-lah yang pada akhirnya menjadi pemain terbaik dunia. Messi-lah yang ternyata memenangi Ballon D'Or. Pendek kata, ketika Barca panen gelar, maka yang mendapat "sorotan utama" adalah Messi. Neymar belum mampu sejajar dengan Messi dan Cristiano Ronaldo, dua pemain yang "memonopoli" perebutan gelar pemain terbaik dunia.
Karenanya, dari alasan ini, kepindahan Neymar dari sisi humanis, sangat bisa dimaklumi. Neymar ingin membuktikan kepada dunia bahwa dirinya bisa menjadi pemain terbaik dunia. Mengungguli Messi dan Ronaldo yang secara usia lebih senior darinya. Andai dia bisa membawa PSG meraih treble winner, terlebih berjaya bersama Timnas Brasil, Ballon d'or akan menjadi miliknya. Begitu rangkuman analisis si pundit itu.
Dan, tahukah Anda apa alasan empat ornag pundit itu menyebut Neymar sebaiknya bertahan? Karena mereka melihat Neymar punya peluang untuk menjadi pemimpin utama Barcelona di masa mendatang. Neymar bisa jadi kartu AS Barcelona. Pertimbangannya adalah soal usia.