Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Melangkah Ikuti Passion Cara “Dewa Budjana KW”

1 November 2016   18:09 Diperbarui: 1 November 2016   18:19 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Kalau mau memulai usaha, yang paling penting itu berani memulainya. Juga harus berani malu. Jangan gengsi an. Semua orang bisa punya ide usaha yang bagus. Tapi tidak semua orang berani memulainya”.

Mendengar kalimat itu, rasanya saya tengah berhadapan dengan maestro wirausaha Indonesia, (almarhum) Bob Sadino yang tengah memberi saya wejangan untuk segera memulai wirausaha. Namun, sosok yang mengucapkan kalimat itu bukanlah pakar wirausaha. Justru, secara profesi, pekerjaannya jauh dari wirausaha. Tetapi, dia punya passion luar biasa untuk berwirausaha. Passion itu yang membuatnya melangkah dari nol. Lalu berkembang, jatuh, bangun dan kini bisa dibilang sukses.  

Namanya Ihya Ulumuddin. Usianya 35 tahun. Melihat sepintas, wajahnya mirip dengan gitaris beken tanah air, Dewa Budjana. Bahkan sangat mirip. Beberapa kawan bahkan menyebut pria yang biasa dipanggil Iik ini sebagai Dewa Budjana KW.

Bila Budjana bergelimang rezeki karena kemahirannya memetik Gitar, maka “kembaran” nya ini memburu rezeki lewat kemampuannya menulis. Iik memang seorang jurnalis di salah satu media nasional. Profesi yang selaras dengan jurusan Sastra Indonesia yang dipilihnya ketika kuliah.Sudah lebih dari 10 tahun, pria kelahiran Lamongan ini bekerja menulis. Dengan cara itu, ia menafkahi keluarganya.

Mulai Dari Nol, Bermodal Passion

Ihya sama sekali tak punya back ground pendidikan ekonomi baik teoritis maupun praktis. Karenanya, ketika dia berniat memulai berwirausaha apda 2010 silam, tidak sedikit kerabat dekatnya yang meragukan dirinya bisa sukses. Bahkan, ada kawan dekat yang menyebutnya hanya akan menghamburkan duit alias merugi.

Toh, suara-suara miring itu tidak membuatnya mundur. Ihya merasa punya modal, yakni passion yang besar. Dia juga merasa bisa ngemong (merangkul orang lain) untuk diajak jalan bareng. Passion besar itulah yang membuatnya bisa membuang jauh gengsi dan malu yang acapkali jadi penghalang bagi banyak orang--termasuk jurnalis--yang berkeinginan memulai usaha. Dengan dua modal itu plus duit tak lebih dari 500 ribu, Ihya mantap memulai usahanya: jualan tahu bulat.

Ketika itu, tahu yang bentuknya bulat sesuai nama nya ini tengah diminati di Surabaya dan sekitarnya. Ihya tinggal memesan kepada agen yang kulakan ke Tasikmalaya. Di awal-awal memulai usahanya, Iik dengan dibantu seorang kawan, selain berjualan di depan sebuah kampus di Surabaya, juga memilih berjualan di acara pameran produk Usaha Kecil Menengah yang digelar pemerintah daerah pada malam hari.

Masalahnya, berjualan di pameran butuh dana yang tidak kecil. Dia harus membayar sewa ruang untuk lapak nya. Insting bisnis nya muncul. Dia berpikir, bila hanya berjualan tahu bulat, hasilnya tentu tak banyak. Maka, ia pun menambah jualan nya dengan berjualan nasi tempe penyet (tempe goreng plus sambal uleg) dan es teh. Apalagi, ia merasa punya kemampuan membuat sambal terasi yang mantap dan nikmat.

“Saya tidak hanya bikin sambel. Apa yang bisa saya tangani ya saya lakukan. Kadang jadi kasir, kadang nggoreng tempe, hingga nyuci piring,” kenangnya.    

Mengetahui hasil dari berjualan ternyata lumayan, membuat Ihya semakin termotivasi berwirausaha. Ia ingin usahanya bertambah. Maka, ia pun membuka kedai kopi cepat saji. Kopi hangat yang biasanya dihidangkan di gelas atau cangkir seperti di warung kopi, dikemasnya dalam gelas. Tentu saja lengkap dengan nama merk yang ia pilih sendiri plus hak paten. Sempat berpindah-pindah jualan, dia lantas menemukan ‘tempat strategis’ untuk berjualan kopi cepat saji itu. Yakni di depan perguruan tinggi di Surabaya. Hanya dalam rentang setahun, keputusan berani nya untuk memulai wirausaha dari nol dengan hanya bermodal passion, mulai terlihat hasilnya.

“Kuncinya berani malu. Saya terlecut ucapannya Bob Sadino bahwa usaha yang paling bagus ya usaha yang dijalankan, bukan hanya dikatakan,” ujarnya.

Hidup Harus Terus Bergerak Maju

Namun, ia tidak mau jalan di tempat. Baginya, hidup harus dinamis. Harus terus bergerak maju agar tidak bosan. Maka, terinspirasi dari ngobrol dengan beberapa orang di tempat liputan yang mengeluhkan kiriman koran pagi di kantornya seringkali telat, pria asal Lamongan ini serasa menemukan ide baru. Bak ada lampu menyala di atas kepala nya seperti ilustrasi di film-film ketika menggambarkan seseorang yang mendadak mendapat ide cemerlang.

Ide bisnis itu pun jalan. Jadilah rumah Ihya bak percetakan koran kala Shubuh tiba. Setiap pagi buta. Ihya bak juragan koran yang memilah-milah koran yang akan dikirim ke kantor-kantor. Tugas Ihya hanya memilih koran. Sementara tugas pengiriman dilakukan orang lain. Dari awalnya hanya ada lima tempat yang dikirimi koran, kini sudah lebih dari 20 tempat.

“Alhamdulillah hasilnya lumayan. Dari semua bisnis yang saya tekuni ini, saya bisa membeli mobil,” sambung bapak tiga anak ini.

Ihya dengan tumpukan koran di rumahnya/foto pribadi
Ihya dengan tumpukan koran di rumahnya/foto pribadi
Sempat Jatuh Bangun

Namun, kisah wirausaha Ihya tak selalu manis. Dalam perjalanan bisnis nya, si Dewa Budjana KW ini beberapa kali mengalami kejadiantidak mengenakkan yang seperti menguji seberapa besar passion nya. Usaha tahu bulat yang dirintisnya dan sebenarnya punya prospek cerah, harus berhenti pada 2013 silam. Penyebabnya, dia tidak menemukan orang yang bisa menjaga lapak tahu bulat nya.

Ihya juga pernah mendapati lapak yang telah disewa nya di kantin sebuah sekolah, diserobot orang lain karena dirinya tidak berjualan selama beberapa hari. Pria yang sempat menjadi dosen tamu di sebuah kampus sebelum jadi jurnalis ini juga pernah “diusir halus” oleh pemilik lahan dalam artian sewa stan nya diputus di tengah jalan karena jualannya lebh laris dibandingkan jualan orang lain yang ternyata saudara pemilik lahan tersebut. Namun, yang paling membuatnya sesak adalah ketika lapak jualan kopi nya di depan sebuah kampus, hilang dicuri orang karena dirinya tidak berjualan selama beberapa hari.

Toh, semua kegetiran dalam berusaha itu tidak membuatnya patah semangat. Passion nya untuk berwirausaha tetap tinggi. Buktinya, hingga kini, bisnis kopi dan bisnis loper koran Ihya masih jalan. Bahkan terus bertumbuh. Ihya berhasil menjadikan bisnis nya menjadi sustainable business alias bisnis berkelanjutan. Ia kini telah mampu menggaji  beberapa karyawan. “Di usia kita sekarang, bukan waktunya lagi digaji atau menunggu gaji dari orang lain. Sudah waktunya kita menggaji orang lain dengan menciptakan lapangan kerja,” ujar Ihya.

Satu lagi, dalam menjalankan bisnisnya, Ihya tidak menganaktirikan profesinya sebagai jurnalis. Hampir tidak pernah, urusan bisnis nya tumpang tindih dengan pekerjaannya. Sebab, tugas untuk berjualan ataupun pengiriman koran, ia serahkan kepada karyawannya. Ia hanya memantau persiapan pengiriman koran pada pagi hari. Berikutnya, sehari-hari, ia tetap menjalankan tugasnya sebagai jurnalis. Melakukan peliputan, mewawancara narasumber dan menulis beritanya, masih rutin ia lakukan. “Menulis itu tugas dan berwirausaha itu passion. Dua-duanya bisa jalan,” sambungnya.

Ke depan, Ihya punya mimpi. Dia ingin memiliki cafe kopi yang ia kelola bersama istrinya. Tidak sekadar kafe yang menjajakan aneka kopi dan juga jajanan tradisional, tetapi juga ada corner book nya. Ada buku-buku yang dipajang dan bisa dibaca gratis oleh pengunjung cafe nya. Selain berbisnis, dia juga ingin beramal sosial dengan mengajak pembaca agar lebih gemar membaca buku. "Selain nyari rezeki lewat jualan kopi, corner book itu juga bisa bermanfaat untuk banyak orang. Itu mimpi saya," ucapnya.

Passion Ihya "Dewa Budjana KW", Selaras dengan Semangat Fwd Life

Dengan bisnis nya yang semakin bertumbuh, tentunya penting bagi Ihya untuk mencari asuransi jiwa yang tidak hanya memberikan perlindungan tetapi juga rasa aman. Sehingga, dia bisa dengan leluasa menjalankan passion yang sekaligus menjadi “kran rezeki” nya. Dia tentunya tidak ingin wirausaha yang sudah dirintisnya, berantakan di tengah jalan karena dirinya mendadak sakit atau mengalami kecelakaan. Apalagi, ketiga anaknya yang masih kecil, juga masih panjang waktu untuk bersekolah yang tentu saja membutuhkan biaya tidak sedikit.

Dan, merujuk pada passion besar Ihya dalam menjalani wirausanya, sangat selaras dengan asuransi FWD Life yang mempunyai pendekatan berbasis passion yang mendorong siapapun untuk menikmati hidup dan membebaskan langkah mengejar passion hidup. Sesuai tagline ya: mengubah cara pandang masyarakat tentang asuransi!

Bebaskan Langkah Seperti Semangat Fwd Life/Fwd-LifeIndonesia.Blogspot
Bebaskan Langkah Seperti Semangat Fwd Life/Fwd-LifeIndonesia.Blogspot
PT Finansial Wiramitra Danadyaksa Life Indonesia (FWD Lif”) merupakan perusahaan asuransi jiwa patungan dan bagian dari FWD Group. Produk yang ditawarkan adalah produk asuransi yang dikaitkan dengan investasi, asuransi berjangka individu & kumpulan, asuransi kecelakaan diri individu & kumpulan, dan asuransi kesehatan kumpulan melalui jalur distribusi yang didukung teknologi terintegrasi termasuk keagenan, bancassurance, e-commerce dan korporasi.

FWD Life Indonesia menawarkan beberapa produk asuransi jiwa. Produk-produk ini merupakan kombinasi dari produk asuransi tradisional dan produk asuransi berbasis investasi atau unit link. Dan, karakter produk tersebut sangat cocok dengan profil seperti Ihya ini. Semisal produk FWD Sprint Health. Yakni produk asuransi yang membantu perencanaan keuangan saat nasabah dan keluarga menjalani perawatan di rumah sakit. Juga FWD Sprint Family Protection dan FWD Sprint Family Health and Protection untuk kebutuhan dana darurat saat nasabah dan keluarga mengalami risiko tak terduga. Juga ada FWD Sprint Education dan FWD Sprint Retirement yang memberikan proteksi dalam mempersiapkan dana pendidikan sang buah hati dan kebutuhan masa pensiun nasabah.

Menariknya, seluruh produk asuransi jiwa itu ditawarkan melalui jalur distribusi keagenan dengan platform berbasis elektronik. Maksudnya, agen akan menjumpai nasabah. Namun proses selanjutnya, mulai dari identifikasi risiko, pembayaran premi dan penerbitan polis akan diselesaikan lewat sentuhan perangkat elektronik. Karenanya, hanya masyarakat kekinian (baca masyarakat yang melek teknologi) yang menjadi sasaran pasar utama perseroan. Cara ini lebih memudahkan. Mengingat pertumbuhan pengguna internet di Indonesia kini sudah sangat pesat.

Ketika enam tahun silam, Ihya Ulumuddin “si Dewa Budjana KW” menuruti passion nya untuk memulai wirausaha, dia telah memilih langkah yang bisa bebas dia ambil. Dan hasilnya kini sudah kelihatan. Meski, dia juga sadar, bahwa bisnis yang ditekuni nya, memerlukan perhitungan matang dan perlindungan yang tepat dari segala risiko yang mungkin menghampiri. Disinilah pentingnya bergabung dengan Fwd Life yang memberikan jalan untuk menjalani passion tanpa khawatir terhadap risiko yang sewaktu-waktu bisa terjadi. Salam. (*)

Referensi :

https://www.fwd.co.id/id/

http://keuangan.kontan.co.id/news/fwd-life-tawarkan-enam-produk-perdana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun