Apakah Anda menyaksikan pertandingan uji coba Timnas Indonesia melawan Timnas Vietnam, Minggu (9/10) tadi malam? Bila jawabannya ya, pastinya ada banyak asumsi yang berlarian di benak Anda seusai menyaksikan laga di Sleman yang berakhir 2-2 itu. Ada yang menilai hasil 2-2 itu luar biasa karena Timnas Indonesia mampu mengejar ketertinggalan dua gol. Ada pula yang menganggap skor 2-2 itu sebagai cerminan Tim Garuda masih sulit menang ketika melawan tim kuat.
Saya pun punya penilaian atas penampilan tim asuhan Alfred Riedl semalam. Dan, dalam memberikan penilaian terhadap penampilan sebuah tim, saya terbiasa melihatnya dari dua sudut pandang. Bahwa ada sisi yang patut diapresiasi. Tetapi, ada sisi yang perlu dikritisi agar ada upaya perbaikan.
Tentu saja, tidak salah bila kita menyampaikan apresiasi setinggi langit atas penampilan Boaz Solossa dan kawan-kawan semalam. Karena memang, mereka telah bermain membanggakan. Utamanya dalam hal mental tanding. Sebab, tidak mudah untuk bangkit ketika sudah tertinggal dua gol di menit awal pertandingan. Itu sungguh membutuhkan ketenangan dan semangat tidak biasa. Tanpa ketenangan dan semangat besar, defisit dua gol di awal laga bisa menjadi pelemah motivasi dan penyulut emosi pemain. Imbasnya, permainan jadi berantakan.
Situasi seperti itu yang menghinggapi Timnas Malaysia ketika kita kalahkan pada uji coba 6 September lalu. Kala itu, Indonesia unggul dua gol ketika laga baru berjalan 11 menit. Imbasnya, permainan Malaysia jadi rusak. Permainan Malaysia bak sebuah gelas pecah, tak berbentuk.
Nyatanya, itu tidak terjadi pada Tim Garuda. Justru, permainan Indonesia terlihat lebih berenergi, lebih cepat dan lebih tertata ketika sudah tertinggal dua gol. Ada banyak peluang tercipta. Gol seolah tinggal menunggu waktu. Dan, benar adanya. Gol Zulham Zamrun dan Irfan Bachdim menjadi jawaban dari penantian yang sudah kelihatan itu.
Dari sisi itu, kita harus memberikan apresiasi tinggi. Mental tangguh seperti itu yang kita butuhkan di turnamen sebenarnya. Mental tak kenal menyerah seperti itu yang harus dibawa ke Piala AFF 2016, November nanti. Apalagi, Indonesia ada di grup berat. Bersaing dengan tuan rumah FiIlipina, Thailand dan Singapura.
Itu saja? Sebenarnya ada beberapa yang lainnya. Namun, saya memilih untuk tidak terlalu banyak memuji. Sebab, bila kita hanya rajin mengapresiasi, saya khawatir itu justru menjadi semacam racun yang melenakan. Padahal, ini baru laga uji coba. Dan, esensi dari pertandingan uji coba itu sejatinya sebuah kesemuan. Kalaupun menang, itu hanya kesemuan. Kenyataannya adalah di laga resmi.
Hal paling dibutuhkan ketika menyoal sebuah pertandingan uji coba sejatinya adalah masukan. Saran. Kritikan. Semua itu disampaikan bukan untuk mengecilkan semangat tanding pemain-pemain Timnas. Sebaliknya, dengan adanya masukan, diharapkan ada pembenahan serius sehingga di laga berikutnya, kekurangan itu tidak lagi terlihat.
Lalu, apa saja yang perlu diperbaiki dari penampilan Timnas tadi malam?
Pertama adalah soal fokus di awal-awal pertandingan. Inilah pekerjaan rumah (PR) pertamanya.
Semasa menjadi wartawan, saya acapkali diceritani beberapa pelatih top sepak bola di negeri ini. Bahwa, periode paling berbahaya di sepak bola adalah di awal-awal pertandingan dan di masa akhir pertandingan. Sebab, pemain biasanya belum panas di awal laga. Dan, kelelahan di akhir laga. Sehingga, belum bisa fokus sepenuhnya pada pertandingan. Itulah yang terjadi pada laga Indonesia melawan Vietnam tadi malam.
Dua gol Vietnam rasanya tidak akan terjadi bila pemain kita lebih fokus. Lebih tenang. Gol pertama Vietnam di menit ke-4, tercipta karena kegugupan pemain kita ketika mendapat serangan beruntun. Bola yang seharusnya sudah dikuasai, justru dikembalikan ke pemain Vietnam. Ya, bermula dari clearence yang terburu-buru dari bek kita, bola justru jatuh kaki ke kaki Le Van Tahn yang lantas menendang bola dari luar kotak penalti.
Sementara gol kedua, proses mula nya hampir sama dengan gol pertama. Berawal dari serangan di sisi kanan pertahanan Indonesia. Lewat umpan cepat satu dua yang diakhiri umpan crossing, bek-bek kita terlalu fokus pada bola yang datang tanpa melihat pemain Vietnam yang datang. Maka, ketika Vu Minh Tuan tiba-tiba sudah berada di dekat gawang dan tinggal menendang bola, bek-bek kita sudah sangat terlambat menutup pergerakannya.
Kesalahan seperti ini yang harus dihilangkan. Tidak boleh ada kegagapan bek-bek kita yang berujung pada kesalahan ketika lawan tengah melakukan serangan. Butuh komunikasi yang bagus antara kiper Andritani Ardhiyasa dan empat bek Benny Wahyudi, Abdul Abanda Rahman, Ferry Aryanto dan Basna. Butuh pengertian yang tanpa dikatakan tetapi saling paham pergerakan rekan.
Adapun PR keduanya adalah pertanyaan ada apa dengan babak kedua? Kita tahu, dalam dua laga uji coba, dari lima gol yang bisa kita cetak, semuanya terjadi di babak pertama. Ketika menang melawan Malaysia, tiga gol terjadi di babak pertama. Babak kedua tidak ada gol. Begitu juga melawan Vietnam. Kita seolah hanya ganas di babak pertama saja.
Ketika melawan Malaysia, Zulham dan Boaz ditarik saat jeda. Pergantian itu yang dianggap menjadi penyebab Indonesia gagal bikin gol di babak kedua. Toh, saat melawan Vietnam, saat Boaz dan Irfan ditarik pada 15 menit terakhir, kita juga tidak bisa bikin gol. Meski, kabar bagusnya, kita juga tidak pernah kemasukan gol di babak kedua.
Pernyataan Alfred Riedl yang mengatakan bahwa kondisi fisik pemain Timnas Indonesia perlu ditingkatkan, menarik untuk disimak. Bisa jadi, kondisi fisik yang tidak bugar tahan lama itulah yang menjadi penyebab sulitnya kita membuat gol di babak kedua. Karenanya, fisik menjadi target Riedl untuk ditingkatkan jelang tampil di turnamen sesungguhnya.
Penampilan Indonesia di babak kedua yang seolah jadi misteri ini perlu dipecahkan. PR ini harus dibenahi. Sebab, pertandingan sepak bola itu 90 menit lebih. Bukan hanya 45 menit pertama. Semoga Timnas Indonesia bisa membenahi kekurangan yang masih terlihat. Sehingga, kita tampil di Piala AFF 2016 dalam kondisi benar-benar “siap perang” dan siap jadi pemenang. Salam Seduluran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H