Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

10 Hal Menarik dari Pekan Kedua Liga Inggris

22 Agustus 2016   15:57 Diperbarui: 22 Agustus 2016   23:44 651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Antonio Conte, menang dramatis lagi/Daily Mail

Hanya 22 gol tercipta pada pekan kedua Liga Inggris musim 2016/17 akhir pekan kemarin. Jumlah itu menurun dari 29 gol yang tercipta pada 10 pertandingan di pekan pertama. Namun, menurunnya jumlah gol itu tidak ikut mengurangi keseruan yang membuat pekan kedua ini jadi menarik. Apa saja

1.Debut Hebat Paul Pogba

Setelah hanya menjadi penonton di laga pekan pertama, sang pemain termahal sejagat berharga Rp 1,5 triliun, Paul Pogba, akhirnya tampil di pekan kedua Premier League 2016/17. Pogba ikut berperan besar dalam kemenangan Manchester United 2-0 atas Southampton.  

Dalam sesi jumpa pers sebelum laga pelatih United, Jose Mourinho menyebut hanya akan memainkan Pogba selama 45 menit alias satu babak saja. Nyatanya, Pogba yang dimainkan sebagai gelandang bertahan bersama Marouane Fellaini dalam skema 4-2-3-1 bermain penuh 90 menit.

Hasilnya, Pogba memberikan jawaban bahwa dirinya memang pantas dihargai mahal oleh klub yang empat tahun lalu pernah dibelanya itu. Pemain Prancis berusia 23 tahun ini memang tidak mencetak gol ataupun mengirim umpan kunci (assist) berbuah gol. Namun, Pogba sukses menghidupkan lini tengah United.

Data statistik menunjukkan, Pogba jadi pemain United yang paling sering mengancam gawang Southampton dengan empat kali tendangan dan dua diantaranya on goal. Pogba juga jadi pengumpan handal (71 kali passing dengan akurasi 83 persen). Dia juga paling banyak melakukan sentuhan bola (103 kali) dan delapan kali drible melewati pemain lawan. Pemain setinggi 191 cm ini juga jago dalam urusan melindungi pertahanan United. Dia melakukan intersep lima kali. Dan selama laga, dia menjelajah lapangan sejauh 11 kilometer. Wow.  

Menarik menunggu kontribusi Pogba berikutnya kala Tim Setan Merah menghadapi tim promosi yang tampil mengejutkan, Hull City pada Sabtu (27/8) pekan depan.

2. Mentalitas Pemenang ala Ibra di Old Trafford

Ada yang hilang dari Manchester United ketika ditinggal sang manajer legendaris, Sir ALex Ferguson pada tiga tahun lalu. Ketika United ditangani David Moyes dan kemudian Louis van Gaal, jelas terlihat bahwa ada “kepingan puzzle” yang hilang.

Ibra memperlihatkan mental pemenang/Daily Mail
Ibra memperlihatkan mental pemenang/Daily Mail
Kepingan puzzle yang hilang itu bernama mentalitas pemenang yang mampu mengintimidasi lawan dengan menebar ketakutan kepada lawan. Mentalitas itu terlihat kasat mata di era Sir Alex. Mentalitas itulah yang tak mampu ditemukan oleh Moyes dan juga Van Gaal. Kini, Mourinho sepertinya mampu “memanggil kembali” mentalitas menang itu. United kini kembali jadi tim menangan.

Adalah Zlatan Ibrahimovic yang menjadi “pemanggil” mentalitas menang itu ke Old Trafford. Ibra bikin dua gol kala United menang 2-0 atas Southampton. Andai tidak ada Ibra, rasanya laga itu akan berakhir tanpa gol seperti yang sering dialami United di musim lalu. Tetapi, Ibra mampu memunculkan perbedaan dengan mental pemenangnya.  Mental seperti ini yang dibutuhkan United di musim ini.

3. Ah, Guardiola memang Oke

Ketika Pep Guardiola diperkenalkan sebagai pelatih Manchester City, tidak sedikit yang meragukan dia bakal sukses di Inggris. Para peragu Guardiola itu menganggap karier hebat sang pelatih bersama Barcelona dan Bayern Munchen, tidak akan berlanjut di City. Pasalnya, Liga Inggris disebut jauh lebih sulit ketimbang di Spanyol apalagi Jerman. Apalagi, City juga tak punya sejarah panjang layaknya Barca dan Bayern.

Yang terjadi, para peragu itu sepertinya harus mulai menganulir prediksinya terhadap Guardiola. Pelatih berusia 45 tahun ini nyatanya terlihat bisa mengubah City dari tim labil di musim lalu, menjadi tim yang konsisten menang. Dari dua laga, City terus menang: 2-1 atas Sunderland dan 4-1 atas tuan rumah Stoke City di pekan kedua, Sabtu (20/8). Itu belum termasuk kemenangan City 5-0 atas klub Rumania, Steau Bucharest pada laga pertama play off Liga Champions pada Rabu (17/8) lalu.

Guardiola terlihat telah menemukan pemain-pemain pilihannya di City. Dia juga leluasa memainkan skema, dari pola 4-2-3-1 saat lawan Sunderland, berganti pola 4-3-3 ketika melawan Stoke. Hasilnya sama-sama oke.

Satu lagi, pelatih yang telah dua kali meraih trofi Liga Champions ini juga tegas. Dia tak segan menepikan pemain bintang yang menurutnya bukan yang terbaik. Maka, pemain top seperti Joe Hart, Yaya Toure dan Samir Nasri pun ini jadi penghuni bangku cadangan.

4. Peran Baru David Silva

Sejak melakoni status sebagai pesepak bola kala membela Valencia pada 2004 lalu, David Silva telah “memilih setia” pada posisi gelandang serang/winger. Posisi itu yang membuat namanya menjadi pemain besar.

Ketika pindah ke City pada 2010 lalu, Silva juga tetap bermain di posisi itu. Lewat akurasi umpan dan kemampuan drible melewati pemain lawan, dia menjadi pemain tengah City yang paling sering menciptakan peluang menjadi gol.

David Silva, memainkan peran baru/Daily Mail
David Silva, memainkan peran baru/Daily Mail
Kini, di era Guardiola, Silva harus “berpisah” dengan posiis favoritnya itu. Oleh Guardiola, Silva diplot sebagai gelandang bertahan dalam formasi 4-2-3-1. Dia dimainkan bersama Fernandinho. Guardiola rupanya ingin menghidupkan kenangan duet Sergio Busquets dan Xavi Hernandez di Barca dulu dalam wujud Fernandinho-Silva.

Hasilnya, Silva terlihat langsung jatuh cinta dengan posisi baru nya itu. Apalagi, Guardiola membebaskan dirinya untuk bergerak ke mana saja. Meski tidak lagi sering naik ke depan seperti musim lalu, tetapi Silva tetap menjadi sumber kreativitas City. Dari kaki pemain 30 tahun ini, serangan City bermula. Melihat Silva di posisi itu, seperti melihat Andrea Pirlo kala diplot Carlo Ancelotti sebagai gelandang bertahan dari awalnya gelandang serang kala main di AC Milan.  

5. Tak Sabar Menunggu Derby Manchester Dua Pekan Pekan

Di pekan pertama Liga Inggris 2016/17, Manchester United langsung memimpin klasemen lewat kemenangan 3-1 atas Bournemouth. United jadi tim yang bikin gol paling banyak dibanding 19 tim lainya. Dan di pekan dua, giliran Manchester City yang memimpin klasemen pasca kemenangan 4-1 atas Stoke.

United dan City sama-sama mengoleksi enam poin hasil dari dua kemenangan dan selisih gol keduanya pun sama, surplus empat. Namun, karena City (selisih gol 6-2) mencetak gol lebih banyak dari United (5-1), maka City yang memimpin klasemen.

Menariknya, City dan United akan bertemu dalam laga derby Manchester pada pekan keempat, dua pekan mendatang di Old Trafford (10/9). Bisa dibayangkan bagaimana keseruan dua tim yang dulunya terlibat saling klaim sebagai penguasa kota Manchester. Apalagi, ada “bumbu” yang paling dinanti: Pep Guardiola vs Jose Mourinho. Sebelumnya, pekan depan, City akan menjamu West Ham dan United bertamu ke Hull City.

6. Trio Tim Promosi Tebar Pesona

Kemenangan tim promosi, Burnley atas Liverpool, 2-0, menjadi berita yang paling jadi sorotan di laga kedua. Burnley membungkam Liverpool yang sejatinya dalam kondisi on fire pasca kemenangan atas Arsenal, pekan lalu. Ini kemenangan pertama Burnley setelah pekan lalu dipermalukan Swansea 0-1.

Jak Livermore (kanan), memabwa Hull menang beruntun/Daily Mail
Jak Livermore (kanan), memabwa Hull menang beruntun/Daily Mail
Tetapi, bukan hanya Burnley, tim promosi yang tampil apik di pekan kedua. Middlesbrough juga mencicipi kemenangan perdana nya usai menang 2-1 atas Sunderland. Dan yang paling sensasional adalah Hull City. Tim berlambang Harimau ini kembali tampil hebat setelah menang 2-0 di markas Swansea City. Di pekan pertama, Hull juga jadi sorotan kala mengalahkan sang juara bertahan, Leicester 2-1.

Menarik mengikuti bagaimana kelanjutan cerita tiga tim promosi ini. Apakah hasil bagus tersebut hanyalah kejutan di awal musim yang segera lenyap tanpa bekas. Atau, mereka mewarisi semangat Leicester City kala juara di musim lalu.

7. Sunderland dan Agustus Horor

Fans Sunderland rasanya sulit menemukan jawaban mengapa timnya tidak pernah mampu menang ketika periode Agustus. Faktanya, Sunderland tak pernah menang di bulan Agustus sejak 2010 silam kala menang 1-0 atas Manchester City.

Musim ini, dari dua pertandingan periode Agustus, Sunderland juga kalah beruntun. Setelah dikalahkan Manchester City 0-2 di pekan pertama, tima suhan David Moyes ini menyerah 1-2 dari Middlesbrough di kandang sendiri. Padahal, Moyes sudah memainkan tiga pemain eks Manchester United, John O’Shea, Paddy McNair dan Adnan Janujaz. Plus nama tenar macam Jack Rodwell dan Stevan Pienaar.

Pekan depan, Sunderland akan away ke markas Southampton. Bila kembali kalah, rasanya fans Sunderland memang harus mengutuk kesialan timnya di bulan Agustus. Ya, Agustus bak jadi horor yang menakutkan bagi Sunderland.

8. Liverpool “korban” Penguasaan Bola Sia-Sia

Kurang apa Liverpool ketika melawan Burnley, Sabtu (20/8). Si Merah menguasai permainan dengan prosentase penguasaan bola 81 persen dan melakukan 18 kali tembakan ke gawang berbanding hanya dua sepakan pemain Burnley ke gawang. Yang terjadi, Liverpool justru kalah 0-2.

Pelatih Liverpool, Juergen Klopp menyebut timnya menjadi korban penguasaan bola. Dia juga menilai anak asuhnya terlalu mudah memberikan bola kepada lawan. Dua gol Burnley diawali karena salah umpan Nathaniel Clyne dan Daniel Sturridge.

Kekalahan Liverpool ini juga tidak lepas dari absennya Sadio Mane karena cedera ketika sesi latihan tengah pekan. Tanpa Mane, kecepatan dan efektivitas Liverpool yang diperagakan ketika menang atas Arsenal, seolah sirna.

Wajah Liverpool di dua pekan pertama Liga Inggris bak deja vu laga pra musim ketika mereka menang 4-0 atas Barcelona (6/8) tetapi sehari kemudian malah kalah 0-4 dari tim Jerman Mainz. Bahwa, Liverpool menang kala melawan tim besar dan takluk melawan tim kecil.  

9. Kapan menang, Arsenal ?

Kala tim-tim papan atas Liga Inggris seperti Manchester City, Manchester United dan Chelsea, juga Tottenham Hotspur langsung tancap gas di awal musim dengan meraih kemenangan beruntun di dua laga awal, tidak demikian dengan Arsenal. Tim berlogo meriam ini belum mampu menang.

Setelah kalah 3-4 dari Liverpool di pekan pertama, The Gunners kembali gagal menang setelah hanya bermain 0-0 dengan Leicester City. Padahal, pelatih Arsenal, Arsene Wenger sudah memainkan Mesut Oezil. Pekan depan, Arsenal akan meladeni tuan rumah Watford. Andai kembali gagal menang, Arsenal akan semakin tertinggal dari para tim pemburu gelar.

Kala melawan Leicester, Arsenal sejatinya lebih menguasai pertandingan dengan menciptakan lebih banyak peluang. Namun, ketiadaan penyerang target man menjadi kendala. Keputusan Wenger memainkan Alexis Sanchez sebagai striker tunggal di depan, rupanya tidak berhasil. Sanchez kurang fasih bermain di posisi itu. Dalam situasi seperti ini, Arsenal merindukan Olivier Giroud.

10. Dramatisnya Menang Cara Chelsea

Hingga pekan kedua Liga Inggris 2016/17, hanya ada empat tim yang berhasil meraih dua kemenangan beruntun. Yakni, Manchester City, Manchester United, Hull City dan Chelsea. Namun, dari empat tim itu, kira nya kisah Chelsea yang paling dramatis. Bila tiga tim lainnya “menang mudah”, Chelsea dipaksa susah payah hingga menit-menit akhir untuk memastikan kemenangan.

Di pekan pertama, Chelsea harus menunggu hingga menit ke-89 untuk mendapatkan gol kedua yang menamatkan perlawanan West Ham United, 2-1. Dan di pekan kedua, cerita sama kembali berulang ketika Chelsea melawan tuan rumah Watford (20/8).

Antonio Conte, menang dramatis lagi/Daily Mail
Antonio Conte, menang dramatis lagi/Daily Mail
Di menit ke-55, gawang Chelsea jebol oleh gol Etienne Capoue. Rasnaya Chelsea kali ini akan kalah merujuk rapatnya pertahanan Watford. Namun, di menit ke-80, striker anyar, Mitchi Batshuayi menyamakan skor 1-1. Skor itu rasanya akan jadi hasil akhir. Tetapi, harapan fans Chelsea yang berharap ada “kebangkitan jilid” dua, kesampaian. Di menit ke-87, Diego Costa mencetak gol penentu. Sebelumnya, Diego Costa pula yang mencetak gol penentu ke gawang West Ham.

Pekan depan, Chelsea akan menjamu Burnley. Fans Chelsea tentunya berharap Antonio Conte kali ini bisa membawa Si Biru menang mudah. Daripada deg-degan hingga menit akhir, tentunya mereka akan lebih senang bila Chelsea menang dengan nyaman. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun