Saya yakin se-yakinnya, Pak Anies sangat mampu berbahasa Inggris dengan fasih. Tetapi, dia lebih memilih untuk berbahasa Indonesia. Dan, ketika diucapkan/ditulis oleh Pak Anies, bahasa Indonesia itu terdengar/terlihat sangat keren. Simak penggalan kalimat dari surat perpisahan Pak Anies ini:
“Saya menemukan mutiara-mutiara berkilauan di sudut-sudut tersulit Republik ini. Dinding kelas bisa reyot dan rapuh, tapi semangat guru, siswa dan orangtua tegak kokoh. Dalam berbagai kesederhanaan fasilitas, sebuah PR besar Pemerintah, saya melihat gelora keceriaan belajar yang luar biasa”.
Bahasanya sangat Indonesia. Tetapi sangat menggelora. Kata-kata seperti “reyot” atau “semangat”, sebenarnya sangat sering kita dengar dalam percakapan sehari-hari. Tetapi, begitu dirangkai menjadi kalimat, sungguh terdengar penuh pesona. Sangat menggugah dan maknanya dalam.
Begitu juga beberapa kutipan Pak Anies yang sudah menjadi “kalimat abadi” karena sudah diberi label “kutipan favorit”. Begitu menggugah dan bertenaga. Diantaranya kalimat:
“Mendidik adalah tanggung jawab setiap orang terdidik. Berarti juga, anak-anak yang tidak terdidik di Republik ini adalah "dosa" setiap orang terdidik yang dimiliki di Republik ini. Anak-anak nusantara tidak berbeda. Mereka semua berpotensi. Mereka hanya dibedakan oleh keadaan”.
“Orang-orang baik tumbang bukan hanya karena banyaknya orang jahat, tetapi karena banyaknya orang-orang baik yang diam dan mendiamkan”.
Kalimat yang terakhir itu adalah ajakan Anies Baswedan ketika menggagas gerakan TurunTangan yang mendorong orang baik untuk masuk ke ranah politik. Mungkin itu bukan kalimat yang langka. Tetapi, ketika sebelum membaca kalimat ini, rasanya tidak akan terpikirkan akan ada kalimat kutipan dengan substansi yang seperti itu.
Karenanya, saya senang, sekarang ini, bukan hanya Pak Anies yang bisa menyampaikan kalimat-kalimat bahasa Indonesia dengan hebat dan berenergi. Ada beberapa pemimpin di negeri ini baik di kabupaten/kota, regional hingga nasional yang juga bangga berbahasa Indonesia. Serta, mampu memunculkan kalimat menggugah dengan pilihan diksi yang terdengar manis.
Beberapa media massa besar di Indonesia, juga berbangga dengan penggunaan bahasa Indonesia dibandingkan memakai kata asing. Salah satu nya Kompas yang kini lebih memilih kata “media daring” daripada “ media online”. Tabloid Bola juga sudah lebih suka menggunakan kata “sepak mula” daripada “kick off”.
Saya yakin para pemimpin itu, mereka mampu berbahasa Inggris. Tapi, kenapa juga mesti "latah" berbahasa Inggris bila masih menjejakkan kaki di Indonesia. Kenapa merasa bangga mencomot kata-kata bahasa Inggris bila semua lawan bicara nya adalah manusia yang bahasa ibu nya adalah “bahasa Indonesia”. Padahal, mencomot satu dua kata bahasa Inggris tidak lantas menjadikan dia keren atau kalimat nya diabadikan dalam “kutipan terbaik”. Mari, bangga berbahasa Indonesia. Seperti Pak Anies.(*)