Portugal tipikal tim pekerja keras lagi cerdas? Ya. Mari kita bicara data.
Dalam statistik UEFA yang mereview Piala Eropa 2016, Portugal bukanlah tim dengan possession bola memikat seperti Jerman (63 persen) dan Spanyol (61 persen). Mereka juga bukan tim yang suka memainkan umpan-umpan pendek nan akurat seperti Spanyol (91 persen/2340 umpan akurat dari 2562 umpan) atau Prancis (88 persen/3112) umpan 3519.
Tapi, untuk urusan mengancam gawang lawan (total attempts), Portugal lebih hebat dari Jerman, Spanyol dan Inggris. Portugal mencatat 121 attempts dengan 39 on target dan 49 off target dan 33 peluang di blok kiper lawan. Jumlah itu hanya kalah dari Prancis (121 attempts: 43 on target, 42 off target dan 36 diblok). Banyaknya peluang yang dihasilkan itu jadi bukti kerja keras dan kecerdasan pemain-pemain Portugal dalam menghasilkan peluang.
Dan kerja keras Portugal itu bahkan terlihat nyata di final tadi. Ketika Cristiano Ronaldo cedera dan ditarik keluar, rasanya mudah untuk menvonis Portugal sudah habis. Rasanya mudah mengatakan, hanya tinggal menunggu waktu untuk melihat Prancis yang jadi juara. Karena memang, Prancis terus menyerang. Karena memang, tidak mudah untuk menggantikan peran pemain sepenting Ronaldo. Dan memang, di tim Portugal, tidak ada pemain dengan kualitas sehebat Ronaldo. Ketika Ronaldo out, maka tugas bek-bek Prancis pun jadi lebih ringan.
Maka, jadilah Portugal tim yang kokoh bak karang sehingga membuat pemain-pemain Prancis yang selama fase knock out selalu bisa bikin gol, kali ini frustrasi. Apalagi, penampilan kiper Portugal, Rui Patricio memang luar biasa. Portugal juga menjelma menjadi tim yang sulit diprediksi ketika menyerang karena gelandang mereka seperti Adrien Silva, Joao Mario, Renato Sanches dan Nani, mendadak bisa mengejutkan bek-bek Prancis lewat serangan balik cepat. Dan, sepakan keras Eder yang mengejutkan kiper Prancis, Hugo Lloris di menit 109, adalah puncak dari kemisteriusan Portugal di final tadi.
Dan bila kita tengok penampilan Portugal di kualifikasi, permainan di final tersebut sejatinya tidak mengejutkan. Portugal yang sekarang memang beda dengan yang tampil di Piala Dunia 2014. Dulu, di era kepelatihan Paulo Bento, Portugal acapkali terlihat sebagai tim yang ringkih. Pertahanan Portugal mudah ditembus. Dari tiga laga di fase grup Piala Dunia 2014, gawang Portugal jebol tujuh kali.
Di era Fernando Santos, Portugal terlihat sangat kuat di pertahanan. Portugal telah berubah gaya. Dari tim yang mengandalkan permainan atraktif kini, menjadi tim yang bermain sangat pragmatis. Portugal bukan lagi tim yang pernah disebut sebagai “Brasil nya Eropa”. Tetapi, lebih terlihat sebagai tim mendewakan efektivitas. Tengok, dari tujuh kemenangan di kualifikasi, semuanya diraih dengan skor selisih satu gol, 1-0 (empat laga), 2-1 (dua laga) dan 2-3 (satu laga). Dari tujuh kemenangan, empat diantaranya diraih dengan cleen sheet alias tanpa kebobolan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H