Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Polandia dan Portugal, Perjumpaan Dua Tim yang "Malu-malu”

30 Juni 2016   13:19 Diperbarui: 30 Juni 2016   19:41 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Polandia vs Portugal. Allfootball.com

Seharusnya, perjumpaan Polandia melawan Portugal di Kota Marseille, Prancis, pada perempat final EURO 2016, Kamis (30/6) malam waktu Prancis atau Jumat (1/7) dini hari waktu Indonesia, menjanjikan laga “jual beli gol”. Bila di atas normal, akan menjadi hal yang tidak mengherankan bila laga ini berakhir dengan banyak gol.

Masalahnya, penampilan Polandia dan Portugal di EURO 2016 ini justru “di bawah kenormalan”. Terlepas dari keberhasilan keduanya tampil di perempat final, ada anomali dalam penampilan mereka. Anomali bagaimana ?

Masih malu-malu, Ronaldo? | Sky Sports
Masih malu-malu, Ronaldo? | Sky Sports
Sebelum turnamen dimulai, Portugal yang berada di Grup F bersama Hungaria, Austria dan Islandia, dianggap mendapat berkah karena berada di grup ringan. Portugal dijagokan bakal lolos mudah ke babak 16 besar. Cristiano Ronaldo, sang kapten Portugal dan tukang bikin gol papan atas di Eropa, disebut-sebut bakal memborong gol di fase grup untuk bekal jadi top skor.

Yang terjadi, Portugal tak sekalipun bisa menang dalam tiga pertandingan fase grup. Tiga kali main, tiga kali imbang. Ronaldo? Dia malah gagal mengeksekusi penalti di menit akhir ketika laga melawan Austria yang berakhir 0-0. Ronaldo baru bisa mencetak dua gol ketika Portugal bermain 3-3 melawan Hungaria di laga terakhir. Pun, ketika menang atas Kroasia 1-0 di babak 16 besar via gol Ricardo Quaresma di masa perpanjangan waktu, Portugal dianggap “hanya beruntung”.  

Bagaimana Polandia? Penampilan tim asuhan Adam Nawalka ini malah lebih parah. Polandia hanya bisa bikin dua gol dari tiga laga di fase grup. Dan Lewandowski belum sekalipun bikin gol. Mereka juga lolos ke perempat final setelah menang adu penalti atas Swiss.  

Padahal, ketika fase kualifikasi menuju Piala Eropa 2016, Polandia adalah tim yang paling menghibur. Sepanjang kualifikasi, Polandia mencetak 33 gol. Jumlah itu terbanyak dibanding semua tim yang lolos ke EURO 2016. Bahkan, meski ada di posisi runner-up Grup D di kualifikasi, koleksi gol Polandia lebih banyak dari Jerman (24 gol). Sedangkan Lewandwoski mencetak 13 gol di kualifikasi. Akurasi tembakannya juga tertinggi dibanding penyerang Eropa manapun.

Di Prancis, Portugal dan Polandia justru menjadi tim yang “malu-malu”. Mereka seperti malu untuk menang dengan banyak gol. Mereka seperti malu untuk menghibur penonton di stadion dengan lebih dari sebiji gol. Sementara Ronaldo dan Lewandowski, mereka seperti terlambat menyadari realitas bahwa mereka tidak lagi bermain di Real Madrid dan Bayern Munchen di mana mereka bisa dengan mudah bikin gol.

Menunggu Lewandowski "terbangun dari tidur"

Lalu, akan seperti apa laga perempat final nanti? Akankah keduanya masih malu-malu sehingga laga nanti akan “miskin gol” dan berakhir dengan adu penalti? Atau, keduanya akan meng-up grade penampilan mereka mengingat hanya tinggal dua langkah lagi menuju final?  

Media-media Eropa meyakini kemungkinan kedua itulah yang akan terjadi. Portugal diyakini akan “meledak" seperti ketika mereka mengalahkan Belgia 2-1 di laga uji coba jelang tampil di EURO 2016. Polandia juga berharap Lewandowski "terbangun dari tidur" dan menunjukkan kembali keganasannya.

"Seantero Polandia menunggu Lewandowski mengakhiri kemandulan gol nya," ujar jurnalis Polandia, Piotr Kozminski dikutip Sky Sports.

Lewandowski, diharapkan (www.skysports.com)
Lewandowski, diharapkan (www.skysports.com)
Saya juga berharap laga ini tidak akan membuat tidur karena permainan yang membosankan. Namun, kalaupun kedua tim tetap tampil malu-malu, saya juga memaklumi nya. Bila Polandia bermasalah karena “lupa” cara untuk membuat Lewandowski kembali tajam, maka Portugal kini punya pendekatan yang berbeda dalam menghadapi pertandingan.  

Kini, di era Fernando Santos, Portugal kini telah berubah gaya. Dari tim yang mengandalkan permainan atraktif, menjadi tim yang bermain sangat pragmatis. Portugal bukan lagi tim yang pernah disebut sebagai “Brasil nya Eropa”. Tetapi, lebih terlihat sebagai tim yang menomorsatukan pertahanan. Tengok, dari tujuh kemenangan di kualifikasi, semuanya diraih dengan skor selisih satu gol, 1-0 (empat laga), 2-1 (dua laga) dan 2-3 (satu laga). Dan itu berlanjut di EURO 2016.

Meski, pertahanan Portugal sejatinya bermasalah. Mengingat usia bek-bek tengah Portugal sudah tidak lagi muda. Pepe (33 tahun), Bruno Alves (34 tahun). Malahan Ricardo Carvalho yang terus dipasang, sudah berusia 38 tahun. Andai Lewandowski bisa kembali garang, tentunya itu akan menjadi makanan ringan baginya.

Lalu, bagaimana hasil akhir laga ini? Ah, saya hanya mengucapkan selamat menikmati pertandingan ini. Semoga saja kedua tim tidak lagi malu-malu. Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun