Ya, jangan kaget bila nanti, City di era Pep Guardiola, akan berkembang menjadi klub yang dicintai banyak orang dengan filosofi permainan ala Pep. Dan, jangan geleng-geleng bila kelak, United yang selama 25 tahun terkenal dengan tim dengan filosofi attack attack attack, mendadak doyan permainan pragmatisme “yang penting menang” ala Mourinho.
Apa yang dirasakan fans Manchester United atas hadirnya Mourinho, rasanya terwakili oleh pernyataan Eric Cantona, sang legenda hidup Manchester United. Kepada jurnalis The Guardiona, Owen Gibson, dia bilang “I love Jose Mourinho but he is not Manchester United”. Ya, Jose Mourinho dicintai karena karakter dan passion nya pada sepak bola. Tapi tidak untuk filosofi sepak bola nya.
“Saya menyukai kepribadian, rasa humor, dan juga passion nya pada pertandingan. Dia cerdas dan memenangi banyak gealr. Tetapi, saya tidak berpikir cara dia memperlakukan sepak bola adalah yang dicintai fans Manchester United” kata King Eric.
Bahkan, Cantona berujar yang boleh jadi merupakan harapannya yang tidak kesampaian, bahwa dirinya akan lebih senang melihat Guardiola yang melatih United karena adanya kesamaan filosofi. “Saya akan sangat senang bila Guardiola melatih United. Hanya dia yang bisa mengubah United. Dia berada di Manchester. Tapi dia ada di tempat yang salah,” ujarnya
Well, rasanya tidak adil bila kita melakukan penghakiman sebelum keduanya bekerja. Boleh jadi, opini kita sekadar berprasangka saja berdasarkan pengalaman sebelumnya dari apa yang telah kita lihat pada keduanya.
Siapa tahu, pasca ending buruk di Chelsea musim lalu, Mourinho mau move on dan mengubah selera nya pada sepak bola? Siapa tahu, Mourinho bisa membuat United menangan dengan memeragakan permainan menyerang? Karena, Mourinho bukanlah iblis dan Pep juga bukan malaikat. Salam. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H