Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Ketika Liverpool Mengulang “Keajaiban Istanbul 2005”

15 April 2016   10:23 Diperbarui: 15 April 2016   11:21 1007
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

'Something happened in the stadium. You could see it, you could feel it and you could smell it'

Begitu komentar pelatih Liverpool, Juergen Klopp seusai timnya memastikan lolos ke semifinal Europa League melalui kemenangan dramatis 4-3 di Anfield atas Borussia Dortmund pada leg II perempat final Europa League, Jumat (15/4) pagi tadi. Kemenangan yang didapat setelah tertinggal dua gol (come back) ini mengingatkan orang pada apa yang dilakukan Liverpool pada final Liga Champions 2005 silam.

[caption caption="Pemain Liverpool merayakan kemenangan dramatis atas Dortmund/Daily Mail"][/caption]Ya, seperti kata Klopp, sesuatu memang terjadi di stadion Anfield. Andai saja pagi tadi saya ikut berdiri di tribun Anfield bersama puluhan ribu Kopites yang menyaksikan langsung laga menegangkan ini, saya pastinya juga bisa ikut melihatnya, bisa ikut merasakannya dan mencium aromanya seperti yang Klopp katakan.

Apa yang terjadi di Anfield tadi pagi mengingatkan saya bahwa sepak bola masih hidup dengan kisah impossible is nothing nya. Bahwa sepak bola era sekarang bukan melulu urusan pragmatisme. Kisah klasik sepak bola seperti di era-era dulu, selalu bisa terulang.

Keseruan sudah tersaji sejak kick off. Liverpool yang mengantongi hasil 1-1 di markas Dortmund pada leg pertama pekan lalu, seharusnya melewati jalan lumayan lapang menuju semifinal. The Reds sejatinya hanya butuh main aman dan meraih skor 0-0 untuk lolos. Namun, apa daya, laga belum genap 10 menit berjalan, gawang Liverpool sudah jebol dua kali oleh sepakan Mkhitaryan dan Aubameyang. Fans Dortmund yang seolah datang untuk menginvansi Anfield bersorak girang sembari mengibarkan bendera raksasa berwarna kuning dengan logo Dortmund. Sementara, aura cemas terlihat jelas dari wajah pemain Liverpool, Kopites. Dan juga Klopp.

[caption caption="Ekspresi lesu Emre Can ketika tertinggal dua gol di babak pertama/Daily Mail"]

[/caption]Skor 0-2 itu bertahan hingga akhir babak pertama. Maka, agregat pun jadi 1-3 untuk Dortmund. Dengan begitu, satu-satunya cara bagi Liverpool untuk lolos adalah harus menang. Karena bermain imbang dengan 2-2 atau lebih, Dortmund lah yang bakal lolos. Artinya, Liverpool harus mencetak tiga gol di babak kedua.

Harapan sempat muncul di awal babak kedua ketika Divock Origi mencetak gol cepat. Menit 48, skor berubah jadi 1-2. Anfield kembali bergemuruh. Dua gol lagi. Tetapi, sembilan menit berselang, justru Dortmund mencetak gol ketiga lewat Marco Reus. Skor jadi 1-3 dan agregat 2-4 untuk Dortmund.

Laga tinggal 30 menit, Klopp memasukkan Daniel Sturridge menggantikan Roberto Firmino dan Joe Allen menggantikan Adam Llana. Dan, menit ke-66, datanglah momen kebangkitan lewat gol keren Philippe Coutinho. Sebuah gol cantik yang diawali passing cepat yang melibatkan empat pemain. Joe Allen mengoper ke Alberto Moreno di sisi kiri pertahanan yang lantas dioper ke Coutinho. Si nomor 10 dari Brasil ini lantas melakukan umpan one two dengan James Milner yang diakhiri dengan tendangan keras akurat. 2-3.

[caption caption="Inilah skema gol Coutinho di koran Daily Mail"]

[/caption]Dari sini, momentum berpindah ke Liverpool. Menit ke-77, berawal dari sepakan pojok, Mamadou Sakho yang ‘hilang’ dari kawalan bek-bek Dortmund, menyundul bola dari jarak dekat. 3-3. Kamera televisi menyoroti betapa liarnya Klopp merayakan gol ini. Begitu juga Kopites. Rasanya Liverpool bisa berbalik menang. Meski, ketegangan mereka belum hilang. Hingga, di menit pertama dari lima menit masa added time, ketika Dejan Lokvrend ‘terbang’ menyundul bola umpan Milner. Anda bisa membayangkan bagaimana luapan ekspresi Klopp dan fans Liverpool. Ah, saya baru saja jadi saksi laga come back luar biasa.

[caption caption="Dejan Lokvrend mencetak gol penentu/Daily Mail"]

[/caption]Apa yang dikatakan Klopp pada MIlner dan kawan-kawan ketika dalam posisi tertinggal 0-2 di akhir babak pertama ? Orang Jerman ini membawa ingatan mereka ke Istanbul 2005. Ketika Liverpool yang tertinggal 0-3 di babak pertama dari AC Milan di final Liga Champions, bisa menyamakan skor 3-3 hanya dalam rentang tak lebih dari sembilan menit di babak kedua. Memaksakan perpanjangan waktu, adu penalti dan juara Eropa.

Ingatan itulah yang coba dipakai Klopp untuk membakar semangat Milner cs. Klopp menyebut dirinya ikut menjadi saksi laga final ajaib di Istanbul tersebut, meskipun sekadar menonton lewat televisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun