Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Anda Suka Sepak Bola? Jangan Cuma Suka, Jadikan "Ladang Penghasilan"

6 Januari 2016   14:49 Diperbarui: 6 Januari 2016   15:10 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak itu, cukup sering undangan jadi komentator acara Nobar bola datang ke saya. Termasuk pas final Piala Dunia 2014 lalu. Menariknya, seringkali ketika saya jadi komentator, pertandingannya berujung perpanjangan waktu. Imbasnya, saya pun mesti menunggu hingga laga kelar. Risikonya, ketika perjalanan pulang ke rumah, sungguh susah menahan kantuk di jalan.  

Komentator di Televisi.

Pengalaman jadi komentator Nobar bola tersebut rupanya membuka peluang untuk saya. Usai Piala Dunia 2014 lalu, ada stasiun televisi lokal mengajak saya jadi komentator di sebuah acara akhir pekan. Undangan itu membuat wajah saya beberapa kali nongol di televisi. Para tetangga dan kawan sampai menyebut saya artis hehehe.

Tentu saja, jadi komentator di televisi dan Nobar sangat beda. Di televisi yang ditayangkan langsung, karena durasinya lebih pendek, saya harus patuh pada semua prosedur. Termasuk bicara langsung pada inti persoalan sebab durasi menjawab tiap pertanyaan tak lebih dari dua menit. Tentunya saya harus siap bekal informasi up date, data dan pengetahuan untuk bisa menjawab segala pertanyaan.

Stasiun televisi lokal ini juga punya acara talk show mingguan (semacam acara Indonesian Lawyer Club di TV One) yang membahas isu-isu aktual. Bila kebetulan yang dibahas sepak bola, yang diundang para “pemilik bola” seperti pemilik klub, pemain legenda, suporter dan pengamat. Pada porsi terakhir itulah saya acapkali diundang untuk tampil. Yang diomongin bukan lagi bola luar negeri, tetapi “masalah serius dan sensitif” persepak bolaan nasional.

Kesempatan lebih besar kemudian menyapa saya ketika diundang salah satu stasiun televisi nasional biro Jawa Timur, untuk jadi bintang tamu acara talk show. Talk show ini membahas isu-isu yang lagi tren dan jadi perbincangan publik. Lagi-lagi, saya diundang ketika tema yang diangkat adalah sepak bola. Saya ingat, waktu itu tema yang dibahas adalah prospek timnas di SEA Games 2015 dan juga kasus suap di sepak bola.

[caption caption="bicara bola bareng wartawan senior dan praktisi hukum"]

[/caption]

Menulis Buku Bola 

Kok bisa saya tau-tau jadi komentator bola di acara Nobar bahkan di televisi? Semuanya tidak lepas dari menulis. Ya, menulis inilah yang menjadi sarana ‘branding’ saya. Karena suka menulis bola (termasuk di Kompasiana), saya kemudian berpikir untuk menulis buku bola. Ada banyak hal yang bisa ditulis dari bola. Mulai ulasan sisi teknik, science hingga mitos. Namun, saya suka menulis drama yang tersirat dari sepak bola.

Bagi saya, sepak bola bukan sebatas tontonan. Ia bukan hanya soal menang kalah. Lebih dari itu, ia membungkus semua kisah kehidupan. Benarlah apa yang dikatakan budayawan Sindhunata bahwa sepak bola itu miniatur kehidupan karena apa-apa yang dialami manusia, juga terjadi di sepak bola. Di lapangan, perasaan gembira, gelisah, marah, sedih dan frustrasi, semuanya bercampur jadi satu. Kita bisa tahu betapa tipisnya perbedaan antara sanjungan dan cacian.

Eks striker Timnas Inggris, Gary Lineker pernah menyebut sepak bola itu contoh nyata kehidupan terkadang di atas dan sebentar saja ia sudah di bawah. “Football is the glorious example of the ups and down of life,” ujarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun