“Juergen Klopp has proven nothing”.
Begitu kata Gary Neville ketika berkomentar perihal kedatangan Juergen Klopp ke Liverpool. Neville, salah satu legenda Manchester United yang pernah jadi komentator di Sky Sports, menyindir berisiknya pemberitaan media menyambut kehadiran Klopp. Dia mengaku tidak nyaman dengan gemuruhnya ekspektasi terhadap pria Jerman itu. Apalagi ada mantan pemain Liverpool yang menyebut “perkawinan” Klopp dan The Kop (sebutan Liverpool) sebagai “a marriage made in heaven”. Makanya, Neville langsung sewot.
“Dia masih belum membuktikan apapun di Liverpool,” ujarnya.
Memang, kehadiran Juergen Klopp menjadi manajer anyar Liverpool menggantikan Brendan Rodgers, menyulut keriuhan yang luar biasa di negeri Ratu Elizabeth tersebut. Liverpudlian girang luar biasa. Mereka meyakini Klopp bakal jadi “sinterklas” yang mengantar hadiah manis berupa kembalinya kejayaan Liverpool kepada mereka.
Bahkan, kicauan akun Twitter resmi Liverpool saat mengumumkan Klopp sebagai manajer baru, diretweet hingga 71.050 kali. Jumlah itu jauh melebihi pengumuman manajer baru manapun. Pengumuman resminya Louis van Gaal menangani Manchester United pada dua tahun lalu, “cuma” diretweet 32 ribu kali. Ketika Jose Mourinho kembali ke Chelsea pada dua musim lalu, cuitan nya cuman 25 ribu kali.
Respon media Inggris juga luar biasa. Lihat saja berita di Daily Mail, The Telegraph atau Daily Star yang seolah tak bosan menjadikan Klopp sebagai headline. Apalagi koran Liverpool Echo yang jelas-jelas medianya Liverpool. Media Inggris yang hobi nyinyir dan usil, menganggap Klopp punya magnet jual yang luar biasa. Ini untuk kali pertama sejak kedatangan Jose Mourinho ke Chelsea pada 2004 silam, media Inggris begitu buncah menyambut seorang pelatih baru.
[caption caption="Fans LIverpool membentangkan spanduk dukungan untuk Klopp/Daily Mail"][/caption]
Alih-alih nyinyir menyindir Klopp, banyak media Inggris yang justru memuji Klopp. Mulai dari mengulas awal kariernya di Mainz, cerita suksesnya bersama Borussia Dortmund, kedekatannya dengan pemain, gaya melatihnya, juga kecerdasan dan kepiawannya dalam beretorika. Singkat kata, Anda tidak akan kesulitan menemukan berita tentang Juergen Klopp. Bisa dibilang, Klopp tengah menikmati “masa bulan madu” di tanah Inggris. Semuanya terasa manis.
Bahkan, bulan madu itu bak sebuah film seri yang berkelanjutan. Ketika Klopp hanya mampu membawa Liverpool bermain 0-0 melawan tuan rumah Tottenham Hotspur pada laga debutnya pekan lalu, media masih memujinya. Daily Mail memuat ulasan tentang mulai terlihatnya kacepatan, kengototan dan taktikal permainan Liverpool. Hanya gol saja yang belum terlihat. Ulasan itu dibumbui dengan ekspresi spontan Klopp di pinggir lapangan, juga gaya simpatiknya ketika mengobrol dan memberi arahan kepada pemain Liverpool.
Pertanyaanya, sampai kapan serial “bulan madu” Klopp itu berlanjut?
Jawabannya bisa jadi tersaji dini hari nanti. Ketika Liverpool menjamu klub Rusia, Rubin Kazan di Anfield pada laga lanjutan Liga Europa, Kamis (22/10) malam waktu setempat atau Jumat (23/10) dini hari waktu Indonesia.
Benar ini memang “cuma” laga Liga Europa. Kompetisi yang dianggap kelas dua, beda level dengan Liga Champions. Namun, laga ini akan berbeda rasanya bagi pendukung Liverpool. Sebab, inilah kesempatan perdana Klopp “manggung” di Anfield. Stadion yang disebutnya bersejarah melebihi stadion manapun.
“Anfield selalu luar biasa. Saya tidak sabar untuk datang dan merasakan sendiri atmosfer di sana,” ujar Klopp.
Ya, setelah akhir pekan kemarin away ke London, fans Liverpool kini bisa melihat dari dekat tingkah nyentrik sang manajer baru. Termasuk para pendukung Liverpool di tanah air (terutama yang tidak bisa menyaksikan laga Tottenham vs Liverpool), inilah saatnya bisa melihat langsung aksi Klopp di Anfield. Saya sendiri juga penasaran pengen nonton tingkah hebat Klopp. Karena memang, sepak bola bukan cuma yang ada di lapangan. Aksi sang manager juga jadi bumbu yang nikmat untuk dilihat.
Lalu, bagaimana peluang Liverpool?
Kiprah Liverpool di Liga Europa nyaris identik dengan penampilan mereka di Premier League: biasa-biasa saja. Bahkan, dari dua pertandingan, Liverpool tak pernah menang. Menahan tim Prancis, Girondins Bordeauex 1-1 di matchday I dan ditahan klub Swiss FC Sion 1-1 di Anfield pada mathcday II. Alhasil, Liverpool hanya ada di posisi dua Grup B, dengan 2 poin di bawah FC Sion (4 poin) dan berpoin sama dengan Bordeaux.
Nah, bila ingin peluang lolos ke babak 32 besar masih terbuka, The Reds wajib menang saat menjamu Rubin Kazan. Apalagi, gengsi Liga Europa kini terangkat dengan “hadiah besar.” yang ditawarkan. Tim juara akan mendapatkan tiket lolos ke Liga Champions. Bahkan, juara Piala Europa akan bisa langsung tampil di fase grup Liga Champions alias tanpa melalui kualifikasi. Fans Liverpool tentunya tidak akan menolak hadiah yang mereka rindukan ini.
Klopp yang gemar memakai skema 4-2-3-1, berharap pemain Liverpool bisa tampil lebih rileks dan menikmati pertandingan. Ia ingin Lucas Leiva dan kawan-kawan punya filosofi seperti Tsubasa Osora, pesepak bola top di film kartun rekaan Jepang. Bahwa “bola adalah teman”.
“Saya tak perlu menaburkan bubuk ajaib kepada mereka dan berkata: “kini kalian bisa bermain sepak bola. Mereka sudah tahu caranya,” ujar Klopp.
[caption caption="Juergen Klopp berbincang akrab dengan Lucas Leiva/Daily Mail"]
Andai tim yang alamat KTP nya sama dengan The Beatles ini menang, maka serial bulan madu Klopp akan semakin panjang. Halaman muka media-media Inggris esok jelas akan kembali memuat wajah sumringah Klopp. Namun, bila Liverpool kembali gagal menang, apalagi kalah, tanah Inggris akan berubah menjadi sangar bagi pelatih berusia 48 tahun ini. Pers Inggris tidak akan lagi bermanis-manis. Mau pilih mana Klopp? Meski bukan Liverpudlian, saya berharap Klopp masih bisa melanjutkan bulan madu nya. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H