Mohon tunggu...
hadfi dhaky
hadfi dhaky Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa S1 di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga

Saya merupakan mahasiswa yang memiliki semangat dan konsistensi untuk mempelajari banyak hal yang berkaitan dengan profesi saya di masa depan. saya senang berorganisasi dan bersosialisasi dengan lingkunagn baru. saya percaya bahwa pengalaman akan menjadikan kita lebih baik daripada hari kemarin dan pertolongan tuhan itu nyata

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Rokok Elektrik sebagai Pengganti Rokok Konvensional

1 Juni 2022   17:00 Diperbarui: 1 Juni 2022   17:10 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Merokok merupakan perilaku yang umum kita jumpai dalam kehidupan. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, angka perokok di Indonesia mencapai 29,3%. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa lingkungan asap rokok merupakan penyebab berbagai penyakit bagi perokok aktif maupun pasif. Gigi dan jaringan lunak rongga mulut merupakan bagian yang dapat mengalami kerusakan akibat kebiasaan merokok.

Nicotine Replacement Therapy (NRT) adalah salah satu program yang dijalankan pemerintah dunia untuk menekan jumlah perokok aktif. Terapi ini menggunakan media untuk memberikan nikotin yang dibutuhkan perokok tanpa melalui pembakaran tembakau.

NRT yang umum kita jumpai adalah rokok elektrik. Rokok elektrik menggunakan listrik dari baterai untuk memberikan nikotin dalam bentuk uap yang mirip dengan sensasi merokok. Penelitian yang didanai produsen e-cigarette megatakan bahwa rokok elektrik aman karena kadar nikotin yang rendah dan tidak mengandung bahan toksik (tar, tembakau, dll.). 

Hal ini membuat banyak pengguna rokok kovensional beralih ke rokok elektrik seperti yang ditulis dalam berbagai penelitian oleh Damayanti, Dawkins, Etter, dan Bullen.

Penelitian yang dilakukan FDA pada tahun 2009 mengatakan rokok elektrik mengandung tobacco specific nitrosamines (TSNA) yang bersifat toksik dan diethylene glycol (DEG) yang dikenal sebagai karsinogen (pemicu kanker). Rokok elektrik memang tidak meninggalkan stain/plak pada permukaan gigi yang merupakan kelebihanya dibandingkan dengan rokok konvensional. Tetapi, bagaimana dampak negatifnya terhadap kesehatan kita ?

Penelitian yang terfokus pada hubungan rokok elektrik dengan kesehatan rongga mulut menyatakan bahwa uap rokok elektrik menyebabkan kerusakan jaringan lunak dan jaringan periodontal :

1. keringnya rongga mulut

2. iritasi tenggorokan

3. luka pada langit-langit mulut

4. kerusakan jaringan mukosa di pipi dan lidah

5. radang gusi

Dalam penelitian lain menyatakan bahwa rokok elektrik juga mempengaruhi kandungan saliva dalam rongga mulut yang disebabkan karena kadar nikotin di dalamnya. Perubahan kadar saliva dalam rongga mulut dapat mengakibatkan :

1. karies

2. peradangan mukosa

3. kandidiasis (infeksi jamur pada rongga mulut)

4. infeksi rongga mulut

5. gangguan mastikasi/pengunyahan

6. halitosis (bau mulut)

7. disfagia (kesulitan menelan)

8. penurunan berat badan

Penurunan kadar saliva dapat terjadi pada penggunaan rokok elektrik dalam jangka panjang. Dari berbagai fakta dan data yang telah disebutkan di atas maka dapat disimpulkan rokok elektrik belum bisa dijadikan solusi untuk menghindari dampak negatif dari rokok konvensional. Pembaca disarankan untuk tidak merokok baik konvensiaonal maupun elektrik agar kondisi gigi dan mulut kita lebih terjaga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun