Mohon tunggu...
Hadeyede
Hadeyede Mohon Tunggu... Freelancer - Nurul Hidayah

Dalam sebuah perjalanan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Rasisme Aksen Bahasa dalam Satu Ikatan Bangsa

8 Juli 2021   11:22 Diperbarui: 10 Juli 2021   12:13 620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apalah arti bahasa persatuan jika aksenpun diremehkan. Tak ingatkah mereka yang meremahkan aksen jawa bahwa presiden kita, bapak Joko Widodo juga berbahasa Indonesia yang kental dengan aksen Jawanya? Apakah dengan begitu, mereka juga akan malu memiliki pemimpin negara yang beraksen jawa kental alias medok?

Belum lagi jika nanti "si aksen jawa" ini merasa benar-benar terkucilkan lalu ia justru menghilangkan logat jawanya agar tak diremehkan lagi dengan "si fasih Bahasa Indonesia". Dikhawatirkan saat sudah kembali lagi ke asalnya yaitu Jawa, "si aksen jawa" akan benar-benar lupa dengan Bahasa Jawa karena ia sudah terbiasa menggunakan Bahasa Indonesia yang teracuni dengan persepsi yang salah dalam menggunakan bahasa persatuan, Bahasa Indonesia. Sayangnya, hal ini bukanlah suatu kekhawatiran, melainkan sesuatu yang sudah terjadi dalam kenyataan.

Benar, kenyataannya banyak orang-orang jawa yang pulang dari ibukota lalu lupa dengan Bahasa jawanya sehingga ketika ia berkomunikasi dengan orang-orang sesama Jawa. Parahnya sampai pada orang-orang itu mempunyai anak, anak-anaknya pun diajarkan berbahasa Indonesia secara terus menerus tanpa pernah dipahamkan dengan Bahasa jawa hanya karena persepsi agar terpandang sebagai pola didik modern. Karnanya, tak sedikit pula anak-anak jaman sekarang yang bahkan merasa bangga karna sedari kecil ia tak bisa berbahasa jawa karna mindset bahwa Bahasa jawa adalah Bahasa yang kuno dan kolot.

Dari sengketa rasisme bahasa diatas, menjadi sebuah evaluasi bagi kita selaku warga negara Indonsia yang bersemboyan Bhineka Tunggal Ika bahwa perbedaan aksen bukanlah hal yang memalukan. Tak hanya aksen jawa, namun juga berlaku untuk semua Bahasa daerah yang ada di negara ini. Harusnya merasalah bangga dengan aksen-aksen bahasa daerah yang yang kita bawa karna itulah yang menjadi keunikan komunikasi yang beridentitas. 

Selain itu, setidaknya dengan aksen-aksen itu pula menjadikan satu langkah pelestarian kekayaan Bahasa daerah bangsa Indonesia sehingga mampu terselamatkan dari kepunahan. Pengangkatan rasisme aksen bahasa daerah diatas bukan berarti untuk tidak boleh menggunakan Bahasa nasional setiap saat, namun ada baiknya jika kita juga tetap melestarikan Bahasa daerah masing-masing agar tetap terjaga. Bijaklah dalam berbahasa Indonesia dengan cara tau apa makna dari Bahasa Indonesia yang diangkat menjadi Bahasa nasional dan tau kapan harus menggunakan Bahasa Indonesia tanpa harus sungguh-sungguh beramnesia dengan bahasa daerah masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun