Saat ini kita berada di era globalisasi dimana semua teknologi berkembang sangat pesat dimana dalam fase ini semua hal serba instan dan mengalami perkembangan, salah satunya dibidang teknologi.Â
Teknologi informasi pun akan semakin meningkat seiring berjalannya zaman. Media massa pun memberikan informasi terkini kepada masyarakat dengan cepat dan mudah.
Hal ini bisa menimbulkan munculnya budaya yang disukai banyak orang, yakni budaya populer. Contoh budaya populer yang mendapat perhatian dunia adalah budaya musik dan dramanya. Industri musik Korea berkembang pesat di seluruh dunia. Boyband dan girlband telah menjadi sangat komersial untuk industri hiburan Korea.Â
Sebagian besar industri musik Korea didominasi oleh boyband dan girlband.Â
Demikian pula, drama Korea menjadi lebih dan lebih luas dan dapat bersaing dengan hiburan lain di dunia. Hingga akhirnya muncul lah perkembangan fenomena Korean wave.Â
Mayoritas penggemar antusias Korean wave sendiri adalah kalangan remaja, termasuk Generasi Millenial. Fenomena Korean wave yang secara tidak langsung membuat para penggemar antusias juga membentuk gaya hidup para penggemar itu sendiri.(Putri & Purnomo, 2019)
Dalam fenomena ini, biasanya penggemar Korea mengkonsumsi produk budaya diwujudkan dalam gaya hidup. salah satu produk Korean wave yang sangat diminati kaum milenial adalah musik pop. Musik pop Korea atau yang sering disebut kpop merupakan salah satu sektor hiburan yang menggerakkan perekonomian Korea.Â
Kehadiran artis K-POP saat ini telah mempengaruhi selera millenial dalam banyak hal. Misalnya, mempopulerkan produk perawatan kulit dan make-up Korea, gaya Korea, konsumsi makanan Korea, dll.
Fenomena budaya populer Korea atau biasa dikenal dengan istilah Korean Wave yang saat ini sedang berkembang pesat di kalangan remaja Indonesia layak menjadi banyak perhatian masyarakat. Demam budaya kpop ini sudah merembet ke seluruh kalangan remaja.Â
Terutama didunia permusikan yakni musik kpop. Dilihat dengan penjualan album musik Korea yang sangat melejit di Indonesia. Salah satu "online shop di media sosial Instagram yang menjual album musik Korea yaitu KpopSale, dapat menjual lebih dari 500 keping album musik hanya untuk 1 artis Korea.Â
Penyebaran demam budaya Korea ini juga cukup merata, artinya tidak hanya di kota-kota tertentu di Indonesia. Hal ini dikarenakan penyebaran Korean Wave hampir 100% melalui media massa seperti internet dan televisi yang mudah dijangkau oleh masyarakat umum. Namun memang, di Indonesia, budaya populer Korea lebih menjamur di kalangan anak muda.
(Putri, 2019)
Hal ini mengarah pada fanatisme di kalangan remaja dengan tanda-tanda fandom dan komunitas. Hampir semua gaya hidup orang di Indonesia terutama generasi millenial yang meniru budaya Korea, mulai dari pakaian, rambut, aksesoris,Â
dan bahkan dari pengamatan yang saya lakukan secara langsung terhadap teman saya yang sangat fanatik dengan boyband korea yakni army (fandom dari BTS) yang terlalu fanatik dengan budaya kpop ini rela merogoh kocek yang tidak bisa dibilang sedikit untuk memuhi kebutuhan kpopnya. Seperti membeli album, membeli lightstick, poster, hingga berbagai macam photocard yang harganya sangat mahal.Â
Dan makin kesini fanatik generasi millenial semakin tidak biasa karena intensitas kegiatan mereka terhadap korean wave ini membawa mereka di tingkat konsumtif yang berlebihan dimana segala kegiatan yang berhubungan dengan kpop seperti menonton drakor, mendengarkan musik kpop tanpa mempertimbangkan waktu serta membeli marchendise tanpa mempertimbangkan harga. Â
Memang budaya korea ini memiliki beberapa dampak positif yakni meningkatnya pengetahuan dalam mengenal dan memahami bahasa Korea dan orang bisa belajar bahasa baru.Â
Hal ini dapat memperluas pengetahuan masyarakat Indonesia. Namun, juga terdapat dampak buruk yang timbul dari Korean Wafe ini antara lain terkikisnya nilai-nilai budaya Indonesia. Aliran musik Indonesia pun berubah menjadi musik Korea dengan ciri khas boyband dan girlband.
(Putri & Purnomo, 2019) Lalu, ada juga akibat dari paparan drama Korea terhadap perubahan budaya di Indonesia dapat dilihat dalam penelitian Meidita (2013) yang menemukan munculnya sifat centil dan frontal diikuti responden seperti pada kebanyakan karakter-karakter wanita Korea di dalam drama, yaitu berbahasa dengan gaya yang kasar.Â
Logat Korea yang pada dasarnya terdengar keras tentunya tidak cocok dengan lingkungan Indonesia terutama di Pulau Jawa yang lebih mengedepankan logat yang lembut. (Pengaruh PMA, PMDN, TK, 2020)
Daftar Pustaka
Pengaruh PMA, PMDN, TK, Â dan I. (2020). DAMPAK KOREAN WAVE TERHADAP GAYA HIDUP MAHASISWA UNP KEDIRI. 2507(February), 1--9.
Putri, K. A. (2019). Gaya Hidup Generasi Z Sebagai Penggemar Fanatik Korean Wave. Skripsi Program Studi Antropologi Sosial Fakultas IImu Budaya.
Putri, K. A., & Purnomo, M. H. (2019). NUSA, Vol. 14 No. 1 Februari 2019 Karina Amaliantami Putri, Amirudin, Mulyo Hadi Purnomo, Korean Wave dalam Fanatisme dan Konstruksi Gaya Hidup Generasi Z. 14(1), 125--135.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H