Lelaki yang tidak seperti anggota keluarga itu juga menceritakan masalah yang sama di Bali. Ia sengaja pergi ke Bali dari Bandung untuk mencari pekerjaan yang semula ditawarkan seorang kawannya. Namun, sesampainya di Bali, kawannya tidak memberikan jalan apa pun untuk dirinya agar mendapatkan pekerjaan.
"Teman saya itu brengsek, dua kali saya datang ke Bali, tapi nggak juga dapat kerjaan," katanya mengumpat.
Ia pun menyimpulkan, bahwa yang paling menghasilkan di Bali adalah andaikata ia bisa melakukan bisnis pelacuran. Ia merasa yakin hal itu bisa membuatnya memiliki uang yang cukup banyak.
Mendengar hal ini, aku hanya terdiam. Terlintas satu kejanggalan dalam ucapannya, ia tampak marah dan mendendam. Hal ini membuatnya terus berkata-kata kepadaku dan keluarga dari Pasuruan itu. Keluarga itu tampaknya tidak banyak mau mengerti apa yang dikatakan lelaki berlogat sunda ini. Begitu juga denganku.
Saat itu, datang lagi dua orang lelaki, satu di antaranya menenteng kantong plastik berwarna merah transparan berisi gorengan, satu lainnya menggendong seorang bocah berkepala plontos karena koreng di kepalanya.
Ketika lelaki pembawa kantong plastik meletakkan plastik itu di tengah-tengah karpet yang tergelar seraya mempersilakanku untuk ikut menikmati gorengan di dalamnya, kontan anak plontos itu tergelak dan ingin meraih kembali kantong plastik itu.
Karena hal itu, ibunya lalu menasehatinya agar mau berbagi gorengan denganku dan lelaki yang duduk di sampingku yang tentu bukan anggota keluarga mereka. Anak berumur dua tahunan itu pun mau, dan tersenyum dengan lucunya kepadaku.
"Ayo nak, gorengannya dimakan sama-sama," kata si ibu kepadaku dengan logat maduranya. Aku pun meraih satu gorengan dan mengucapkan terimakasih kepadanya. Aku sadar betapapun keluarga ini dalam keadaan susah, mereka tak segan untuk berbagi.
Lelaki yang tadi menggendong anak plontos lalu berkata bahwa ia diperingatkan oleh pedagang gorengan untuk berhati-hati bila tidur di pelataran yang kami gunakan untuk istirahat ini. Pasalnya, kemarin seorang lelaki kehilangan dompet dan ponselnya gara-gara ia beristirahat dan terlelap tidur tanpa sadar copet menggerayangi kantongnya dan mengambil barang berharha miliknya.
Malam semakin larut dan semakin membuat tubuh menggigil. Sesekali terdengar lenguh panjang kapal dari arah Pelabuhan Ketapang. Semua anggota keluarga itu telah berbaring untuk istirahat. Aku pun istirahat dan ikut berbaring di pinggiran karpet besar yang tergelar.
Semua orang di dekatku telah tidur terlelap. Entah mengapa hanya aku yang belum. Aku terlalu gelisah dengan cerita pencopet yang berkeliaran di stasiun ini dan memanfaatkan keletihan para musafir.