Pendidik SM3T mengalami kendala dalam praktiknya di lapangan, dikarenakan kurangnya fasilitas di daerah yang benar -- benar terbatas baik sarana dan prasarana.
Salah satu solusinya adalah fasilitas bantuan dari kemendikbud untuk sekolah yang memang sangat tidak layak. Bantuan berupa perbaikan sekolah, fasilitas guru atau tenaga pendidik, bahan ajar sekolah maupun kebutuhan untuk kegiatan belajar mengajar.
Sebagai contoh bantuan kemendikbud adalah perahu untuk pak Heri. Sebagaimana kita ketahui, bahwa transportasi dari pulau Sumba menuju ke pulau Salura sangat sulit.
Pak Heri harus mengeluarkan biaya 500 ribu untuk menyewa perahu pulang pergi pulau Salura. Terkadang pak heri untuk berhemat dengan cara menumpang perahu nelayan (penduduk pulau Salura) di hari kamis dengan biaya 25 ribu. Karena pasar di desa Katundu hanya ada di hari kamis.
Sehingga penduduk pulau Salura memenuhi kebutuhan pokok harus menyeberang ke pulau Sumba dengan perahu cuminya. Selain berkorban materi atau biaya, pak Heri juga berkorban immateriil yaitu jauh dari keluarga, menggadaikan nyawanya dengan menantang ganasnya ombak Samudera Hindia agar berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di SMP Satap Pulau Salura.
Pria asal Probolinggo, Jawa Timur ini tidak pernah mengeluh dalam pengabdiannya selama belasan tahun. Meski sangat berat menjalani profesi guru di perbatasan Australia -- Indonesia.Â
Seharusnya, kemendibud memberi penghargaan kepada guru atau tenaga pendidik di daerah 3T (Terdepan, Tertinggal dan Terluar) seperti pak Heri. Saya yakin,masih banyak pek Heri di pulau -- pulau terpencil di pelosok nusantara. Namun, tidak termonitoring oleh Kemendikbud atas pengabdian luar biasa dari perjuangan pak Heri. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H