Mohon tunggu...
Habiba Jamal El Afif
Habiba Jamal El Afif Mohon Tunggu... Editor - Penulis

Cahaya Matahari Terbit

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Menjaga Kekayaan Genetik Pertanian: Strategi Kunci untuk Memperkuat Ketahanan Pangan Indonesia

3 November 2024   23:32 Diperbarui: 4 November 2024   00:02 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Indonesia, negara dengan keanekaragaman hayati yang luar biasa, menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan ketahanan dan keragaman pangan nasionalnya. Salah satu kunci untuk mengatasi tantangan ini adalah dengan memastikan akses yang merata terhadap sumber daya genetik pertanian.

Indonesia memiliki kekayaan sumber pangan yang terbentang luas dengan berbagai varietas atau jenis tanaman bernilai gizi tinggi. Berdasarkan data Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian tahun 2023, Indonesia memiliki 77 varietas tanaman penghasil karbohidrat, 75 varietas sumber minyak dan lemak, serta 26 varietas kacang-kacangan sebagai sumber protein. Buah-buahan dan sayuran pun beragam, dengan masing-masing 389 dan 228 varietas. Selain itu, terdapat 110 varietas rempah dan bumbu yang tidak hanya memperkaya cita rasa, tetapi juga memiliki manfaat kesehatan.

Keragaman sumber pangan tersebut tersebar di seluruh wilayah nusantara. Kekayaan ini merupakan warisan yang tak ternilai bagi bangsa Indonesia, namun sayangnya keberadaan varietas-varietas tersebut terancam punah akibat pergeseran pola konsumsi masyarakat dan alih fungsi lahan pertanian yang semakin masif. Tantangan lain seperti perubahan iklim turut memengaruhi keberlanjutan tanaman lokal. Oleh karena itu, upaya pelestarian dan pemanfaatan sumber daya genetik pertanian menjadi isu krusial yang harus segera ditangani secara komprehensif.

Lembaga riset seperti BB Biogen berperan penting dalam melindungi keberagaman varietas tanaman melalui upaya konservasi genetik dan pemuliaan yang berbasis keanekaragaman lokal. Program pemuliaan yang memanfaatkan varietas adaptif terhadap kondisi lingkungan Indonesia membantu memperkuat ketahanan pangan nasional dan mengurangi ketergantungan pada impor. 

Dalam memperkaya keragaman genetik, pemerintah melalui BB Biogen juga bekerja sama dengan lembaga internasional seperti IRRI (International Rice Research Institute) untuk mengumpulkan varietas padi introduksi dari luar negeri. Mereka mengelola koleksi ini sebagai bentuk konservasi ex-situ, termasuk penyimpanan dalam jangka panjang menggunakan teknik cryopreservation untuk melindungi varietas dari kepunahan dan mendukung keberlanjutan pemanfaatan SDG di masa depan.

Menurut Asadi, seorang peneliti kedelai dan kacang-kacangan di BB Biogen, keragaman genetik pada komoditas seperti kedelai dan kacang-kacangan di Indonesia tergolong sempit. Meski kedelai telah dibudidayakan di Indonesia selama berabad-abad, keragaman genetiknya tetap terbatas. Penyebabnya, banyak pemuliaan kedelai hanya menggunakan genotipe elit dalam persilangan, sehingga potensi keragaman dari kerabat liar yang memiliki karakter unggul belum banyak dimanfaatkan. Asadi juga menyampaikan dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Keragaman Genetik Kedelai Introduksi Menggunakan Marka Mikrosatelit menekankan bahwa keragaman genetik yang tinggi sangat penting untuk menunjang keberhasilan pemuliaan tanaman. 

Untuk melakukan pemuliaan yang efektif, diperlukan keragaman genetik yang luas. Kondisi ini mengindikasikan pentingnya upaya penguatan dan konservasi sumber daya genetik pertanian secara serius, agar Indonesia dapat mengembangkan varietas unggul yang mampu menghadapi tantangan seperti perubahan iklim, serangan hama, serta memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat.

Pentingnya pertukaran benih antar negara sebagai bentuk upaya saling menjaga keberlanjutan pangan global. Kita tidak pernah tahu kapan bencana akan datang. Contohnya, saat tsunami melanda Aceh beberapa tahun lalu, koleksi benih padi dari Aceh yang disimpan kembali lagi ke daerah asalnya untuk menggantikan tanaman yang hilang akibat bencana.

Selain lembaga penelitian, kelompok tani seperti Asosiasi Bank Benih Tani Indonesia (AB2TI) juga memainkan peran krusial dalam menjaga sumber daya genetik pertanian lokal. AB2TI mengumpulkan dan membudidayakan berbagai varietas tanaman lokal dari berbagai daerah di Indonesia, mulai dari padi, jagung, kedelai, hingga palawija.

Andreas Dwi Santosa, Ketua Umum AB2TI sekaligus Guru Besar Fakultas Pertanian IPB, menegaskan pentingnya upaya ini. "Jika tidak ada yang peduli dan menyelamatkan benih lokal, pertanian Indonesia akan menghadapi masa depan yang suram," ujarnya. Sebagai salah satu langkah nyata, AB2TI mengembangkan teknik persilangan antara varietas lokal unggul dengan varietas introduksi. Teknik ini bertujuan untuk menciptakan varietas baru yang memiliki karakteristik yang menguntungkan, seperti ketahanan terhadap hama, penyakit, salinitas tinggi, atau produktivitas tinggi. Varietas hasil persilangan ini kemudian disebarkan ke jaringan petani untuk dikembangkan dan disesuaikan dengan kondisi iklim serta kebutuhan lokal masing-masing daerah.

Contohnya, varietas padi hasil persilangan yang dikenal sebagai IF8 (Indonesian Farmer 8) berhasil meningkatkan produktivitas padi di Karanganyar hingga mencapai 13,7 ton per hektare pada tahun lalu. Andreas menyebut capaian ini sebagai pencapaian bersejarah, dengan bangga mengatakan, "Belum pernah sepanjang sejarah panen sebesar itu terjadi di Karanganyar; bahkan mencapai delapan ton saja sebelumnya belum pernah" melalui media National Geographic.

Selain konservasi dan pemuliaan, pengenalan serta pemanfaatan pangan lokal sejak usia dini merupakan strategi penting dalam melestarikan kekayaan genetik pertanian di Indonesia. Gerakan Slow Food Indonesia, misalnya, aktif mengenalkan keragaman pangan lokal kepada anak-anak di sekolah-sekolah, menekankan bukan hanya pada rasa, tetapi juga pada tekstur dan aroma dari makanan tersebut.

Bibong Widyarti, Ketua Slow Food Indonesia wilayah Jabodetabek, menjelaskan bahwa gerakan ini lahir sebagai respons terhadap meningkatnya konsumsi makanan siap saji yang mengancam keberagaman kuliner lokal. "Slow food adalah makanan yang dapat ditelusuri asal-usulnya, seperti siapa yang menanam, di mana, kapan, dan bagaimana cara menanamnya, serta ikatan budaya yang melingkupi makanan tersebut," jelasnya.

Salah satu metode yang diterapkan oleh Slow Food Indonesia adalah dengan memberikan kacang-kacangan kepada anak-anak untuk diraba, dicium, dan dirasakan. Melalui pengalaman langsung ini, anak-anak diharapkan dapat mengembangkan rasa ingin tahu dan apresiasi terhadap keragaman pangan lokal. Pendekatan ini tidak hanya memperkaya pengetahuan mereka tentang makanan, tetapi juga menumbuhkan kepedulian terhadap keberagaman dan keunikan kuliner Indonesia sejak dini. Dengan cara ini, Slow Food Indonesia berkontribusi dalam menjaga warisan budaya dan memperkuat ketahanan pangan lokal di masa depan.

Di tingkat desa, seorang mahasiswa atau pegiat ketahanan pangan lainnya juga dapat memproduksi film edukasi tentang pertanian yang ditayangkan di sekolah-sekolah dasar. Inisiatif ini dapat bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, terutama di kalangan generasi muda, mengenai pentingnya pelestarian kekayaan genetik pertanian lokal.

Dengan mengedukasi anak-anak tentang pertanian, diharapkan mereka dapat memahami nilai dari sumber daya genetik yang ada di sekitar mereka dan termotivasi untuk melestarikannya. Upaya ini mencerminkan pentingnya peran pendidikan dalam menjaga keberlanjutan pertanian lokal di Indonesia.

Melalui kolaborasi antara pemerintah, lembaga penelitian, kelompok tani, dan masyarakat, diharapkan akses yang merata terhadap sumber daya genetik pertanian dapat terwujud. Sinergi ini merupakan kunci dalam menjaga ketahanan pangan dan keanekaragaman sumber pangan di Indonesia di masa depan, sehingga dapat menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan berkelanjutan. Jika semua pihak berkontribusi dalam upaya ini, potensi besar yang dimiliki Indonesia dalam bidang pertanian akan dapat dimaksimalkan, memastikan bahwa generasi mendatang mewarisi sumber daya yang melimpah ini.

Pelestarian kekayaan genetik pertanian di Indonesia adalah langkah penting yang perlu diprioritaskan, terutama karena berbagai ancaman seperti perubahan iklim, bencana alam, dan alih fungsi lahan yang dapat mengurangi keanekaragaman hayati. Isu ini tidak hanya berdampak pada keberlanjutan pangan nasional, tetapi juga pada ketahanan pangan jangka panjang. Dalam hal ini, dukungan dan kolaborasi antara pemerintah, lembaga penelitian, kelompok tani, dan masyarakat sipil sangat dibutuhkan.

Kerja sama tersebut akan membantu melindungi dan mengembangkan varietas lokal agar dapat terus beradaptasi dengan tantangan lingkungan yang dinamis. Langkah-langkah ini tidak hanya bertujuan untuk menjaga agar varietas tanaman lokal tidak punah, tetapi juga memastikan bahwa masyarakat dapat tetap menikmati beragam pilihan pangan yang kaya gizi dan mencerminkan kekayaan budaya pangan Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun