Mohon tunggu...
Habib Abdil Bari
Habib Abdil Bari Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Hobi Rebahan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Cegah Hancurnya Demokrasi dengan Literasi

13 Februari 2024   15:42 Diperbarui: 13 Februari 2024   15:56 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada dewasa ini kita di suguhkan pada berbagai hal yang berbau dengan kemajuan teknologi, terutama sebuah kemajuan pada tempat bersosial di dunia maya, yaitu media sosial. Media sosial memiliki daya tarik tersendiri karena memiliki keistimewaan dalam memberikan informasi yang dapat di berikan kepada target komunikasi mereka. 

Sebuah kemajuan yang dapat di manfaatkan dalam berbagai hal, tak terkecuali oleh para pengemban kepentingan melalui politik serta untuk proses penyebaran informasi untuk di ketahui oleh masyarakat luas melalui kampanye menggunakan media digital. 

Media sosial menjadi sebuah media yang di gunakan dalam kampanye pada beberapa Pemilu serentak antara lain: pada tahun 2014, 2019, dan sekarang pada 2024. dan berbagai dinamika di lewati ketika memanfaatkan media sosial sebagai salah satu alat peraga kampanye. Karena pada selain keunggulan yang di miliki media sosial yaitu: Jangkauan target Audience yang sangat luas, mudah dipahami karena memiliki output yang beragam seperti: suara, gambar, kata-kata, dan video menjadi sebuah opsi yang melimpah, serta dalam pembiayaan relatif lebih murah dari pada alat peraga kampanye konvensional. 

Maka para calon pada pemilu menjadikan Media sosial sebagai alat utama untuk berkampanye. Terdapat juga kelemahan yang didapatkan ketika menggunakan media sosial sebagai alat kampanye diantaranya: Rawan penyebaran berita hoaks, serta adanya fitnah yang dilakukan oleh lawan politik nya. hal ini menjadi sebuah konsekuensi yang harus di hadapi karena masif nya media sosial ini.

Kenyataan memberikan sebuah pandangan berbeda pada media sosial sebagai salah satu alat peraga kapanye ini, hal ini menjadikan masyarakat memiliki kebingungan pada setiap pilihan mereka. Yang terjadi pada setiap hampir media sosial, terjadi berbagai serangan konten yang saling menyerang satu sama lain antar paslon, terutama yang dilakukan oleh akun-akun yang tidak bisa dipertanggungjawabkan, hal ini terutama terjadi pada media sosial tiktok.

Sumber: We Are Social
Sumber: We Are Social

Tiktok mempunyai pengguna di Indonesia kedua terbanyak di dunia setelah Amerika Serikat dengan mencapai 112,98 juta pengguna. Jumlah tersebut hanya selisih 3,52 juta pengguna dari jumlah pengguna Tiktok di AS yaitu 116,5 juta pengguna Tiktok. Data ini diambil per April 2023. 

Pengguna Tiktok menjadikan sebuah media ini untuk mengunggah video singkat antara 15 detik, 30 detik, dan 60 detik serta musik yang di jadikan sebuah penambah untuk mengangkat sebuah video pada Fyp (For Your Page) atau tampil pada halaman depan para pengguna mayoritas. Semua Media Sosial memiliki algoritma yang mungkin hanya dapat di pahami oleh developer nya saja. Maka setiap pengguna mencari formula tersendiri untuk memecahkan algoitma tersebut. 

Sayangnya di teknologi yang sudah maju ini, Literasi pada masyarakat, terutama pengguna media sosial dalam hal ini tiktok, belum sepenuhnya mempunyai literasi media digital yang di bilang sangat baik. Pasalnya para pengguna hanya sedikit yang dapat mengimplementasikan elemen-elemen yang ada pada literasi media digital seperti yang di ungkapkan oleh Silverblatt (1995) diantaranya: 

  • Kesadaran akan pengaruh media terhadap individu dan sosial
  • Pemahaman akan proses komunikasi massa
  • Pengembangan strategi untuk menganalisis dan mendiskusikan pesan media
  • kesadaran bahwa isi media adalah teks yang menggambarkan kebudayaan dan diri kita sendiri pada saat ini
  • Mengembangkan kesenangan, pemahaman, dan penghargaan terhadap isi media

Tetapi dengan adanya media sosial ini menjadikan sebuah kampanye jadi ajang persaingan dari sisi ide kreativitas yang mereka dan tim kampanye setiap paslon menciptakan sebuah konten yang memanjakan mata. Seperti memaparkan Ide, gagasan dan program kerja dalam bentuk video dan audio  yang dengan mudah dapat mempengaruhi persepsi pemilih untuk memahami isi dari program yang paslon berikan nantinya. 

Pada kenyataan nya, sebuah konten dapat memperangaruhi cara berpikir dan menyikapi setiap program yang di berikan para peserta pemilu, yang diharapkan bisa di jadikan ajang buat masyarakat lebih kritis terhadap program yang disajikan dan menjadi sebuah dasar untuk menciptakan pemilu yang damai, aman, tentram dan tentunya sebuah kemajuan bagi Indonesia itu sendiri. 

Karena begitu luas dan banyak nya pengguna media sosial dalam hal ini tiktok, banyak akun atau pengguna yang memiliki kesukaan yang berlebih atau fanatik terhadap paslon yang mereka pilih, menjadikan sebuah beranda tiktok penuh dengan konten yang mempropaganda dan menjadikan perseteruan di dalam kolom komentar yang menjadikan sebuah perpecahan pada masyarakat atas isu yang diangkat untuk dijadikan sebuah propaganda. Selain itu, banyak konten yang wajib di pertanyakan kredibilitasnya, karena masih banyak penyebar hoaks yang dijadikan sebagai alat untuk menjatuhkan pasangan calon lainnya. 

Literasi media digital bagi masyarakat adalah sebuah cara agar terhindar dari pertikaian yang menyebabkan sebuah perpecahan di dunia maya. dengan memiliki daya literasi yang cukup, setidaknya menjadikan kita pribadi yang dapat memfilter setiap konten yang tersaji dengan mengklarifikasi dan mencari kebenaran melalui sebuah sumber yang dapat terpercaya. Serta menjadikan pribadi yang tidak ikut dalam golongan yang mengemukkan sesuatu tanpa argumentasi yang kuat. yang hanya menjadikan sebuah kekeruhan dalam sistem demokrasi kita. 

Kita harus menyadari bahwa realitas yang dihasilkan media sosial itu adalah semu yang sudah diciptakan untuk kepentingan segelintir orang, kita hanyalah pasar yang bisa dijadikan target rayuan untuk mengambil tindakan tertentu. Jadi sebuah kebutuhan untuk melindungi kita dari tipu daya media sosial hanyalah sebuah pemahaman tentang literasi digital yang sangat penting untuk kita dapat menentukan sebuah pilihan dan melakukan tindakan yang tidak di luar batas yang mungkin suatu saat dapat  memberikan dampak yang dapat merugikan kita. 

Masih banyak kekurangan yang dapat kita rasakan dari media sosial, terutama ketika media sosial dijadikan sebagai alat untuk kampanye diantaranya:

  • Berita Hoaks Mudah Tersebar
    Berita hoaks mudah sekali tersebar di media sosial. Dalam beberapa menit atau jam, berita hoaks bisa meluas ke seluruh pengguna bahkan ke seluruh platform media sosial yang berbeda. Tidak hanya itu, masyarakat Indonesia yang gampang mempercayai sebuah informasi semakin mempermudah hoaks meluas. 
  • Bahkan, hoaks tidak hanya tersebar di media sosial, tetapi juga ke berbagai aplikasi chat hingga menjadi perbincangan di dunia nyata. Saat sudah seperti ini hoaks agak sulit dihilangkan terutama pada orang-orang yang tidak menggunakan media sosial yang hanya tahu hoaks tersebut dari mulut ke mulut.
  • Kampanye Hitam

    Kampanye hitam merupakan sebuah usaha untuk mempertanyakan atau merusak reputasi seseorang dengan cara mengeluarkan propaganda negatif. Adanya tren kampanye politik di media sosial membuat oknum pembuat kampanye hitam pun beralih ke media sosial. Kampanye hitam ini sering juga disebut dengan black campaign. 

  • Seperti yang sudah dilakukan oleh akun-akun yang tidak bertanggung jawab dalam menyebarkan fitnah dan isu- isu negatif yang terjadi dahulu diangkat kembali untuk menjatuhkan paslon lawan agar tidak mendapatkan kepercayaan dari masyarakat sebagai pemilih. Kampanye hitam di media sosial lebih mudah tersebar dan bisa mempengaruhi pengguna media sosial lain. Di tambah jika postingan tersebut membuka kolom komentar, kemungkinan terjadi kericuhan karena pembelaan pendukung dari pihak yang dijelek-jelekkan.

  • Regulasi Belum Memadai

    Peraturan-peraturan terhadap kampanye politik di media sosial masih banyak kurangnya. Meskipun diawasi oleh bawaslu dan Kominfo, masih banyak pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh oknum-oknum yang sering membuat ricuh, provokasi, hingga perpecahan antar pendukung.

  • Pihak yang berkepentingan hanya memanfaatkan tren kampanye politik di media sosial untuk mendapatkan keuntungan saja, tidak peduli jika cara yang digunakan memiliki dampak buruk yang bahkan sangat serius. Sedangkan, pemerintah belum benar-benar memberikan regulasi yang memadai untuk kampanye di media sosial. Tren kampanye politik di media sosial memang memiliki kelebihan dan kekurangan di saat yang bersamaan. Namun, penyebaran hoaks, kampanye hitam dan sejenis hal seperti itu bisa ditekan jika masyarakat Indonesia lebih cerdas lagi ketika menerima sebuah informasi negatif di media sosial saat kampanye.

Tidak menutup kemungkinan media sosial juga mempunyai bebagai keunggulan yang dapat di rasakan oleh para paslon untuk menyampaikan ide, gagasan, dan programnya diantanya: 

  • Mudah Menyampaikan Informasi ke Banyak Orang

    Akun yang digunakan untuk kampanye pasti akun yang sudah mempunyai banyak followers. Sehingga, satu kali mengunggah sebuah informasi kampanye, postingannya akan tersebar ke seluruh followers. Apalagi jika memakai iklan, banner kampanye akan disebar ke pengguna sesuai dengan target yang dipilih sekalipun bukan followers.

  • Hal yang menguntungkan lainnya jika konten yang diunggah mendapatkan banyak respon karena disukai oleh banyak orang, maka konten tersebut akan menyebar semakin luas dan semakin banyak orang yang dijangkau. Cara ini lebih efektif dibandingkan memasang baliho atau menyebar brosur secara manual.

  • Berinteraksi Secara Real Time

    Tren kampanye politik di dunia digital membuat seorang paslon atau kandidat legislatif dapat berinteraksi secara langsung dan real time dengan masyarakat dari seluruh daerah di Indonesia. Jika kampanye konvensional, kebanyakan kandidat hanya mengunjungi beberapa wilayah perkotaan saja. Wilayah ke perkampungan biasa dikunjungi oleh tim sukses.

  • Namun, melalui media sosial, para kandidat bisa berinteraksi langsung dengan ribuan masyarakat, baik melalui tanggapan di kolom komentar atau mengadakan kegiatan diskusi di fitur live dan space. Ucapan yang didengar langsung dan interaksi semacam itu lebih dipercayai dibandingkan hanya diwakili oleh tim sukses, khususnya untuk generasi muda.

  •  Efektif Mendapat Dukungan dari Generasi Muda

    Sejak pemilu 2019 hingga sekarang, sebuah data mengungkapkan bahwa jumlah pemilih dari generasi muda mencapai 50%. Fakta ini membuat kandidat berlomba-lomba untuk mendapatkan dukungan dari generasi muda. Akhirnya tren kampanye politik di media sosial menjadi salah satu cara yang cukup efektif untuk mendapatkan dukungan dari generasi muda.

  • Media sosial sudah seperti segalanya bagi generasi muda, mulai dari hiburan, tempat edukasi, mengekspresikan diri, hingga mencari informasi politik saat masa kampanye. Meskipun banyak dari mereka yang sadar pentingnya partisipasi politik dalam pemilu, banyak juga yang malas pencari tahu tentang paslon yang bersaing. Sehingga, para kandidat lah yang harus memberikan informasi untuk dilihat oleh mereka. Konten kampanye yang kreatif akan mendapatkan respon positif dari generasi muda. Media sosial memberikan tempat bagi para politisi untuk kreatif agar mendapatkan perhatian dan dukungan dari generasi muda.

Dengan adanya kekurangan dan kelebihan yang di dapatkan melalui sosial media, masyarakat akan lebih mudah memilih dan meminimalisir sebuah kegundahan yang akan terjadi, ketika berita hoaks yang dengan mudah menyebar, kita dapat mencari kebenaran terlebih dahulu sebelum menyebarkan nya lebih luas atau ketika mengetahui sebuah berita itu bohong atau hoaks, berhenti di kita dan jangan di sebarkan lebih luas lagi. 

Ketika kita sudah menyadari bahwa sebuah konten menyebarkan propaganda yang menyebabkan sebuah pertikaian dalam dunia maya, sudah cukup tidak perlu mencari pembenaran dan cukup untuk di laporkan kepada pihak yang berwajib dalam hal ini Bawaslu dan kominfo yang berhak untuk menuntuk dan memblokir jika ada sesuatu yang menyebabkan kericuhan. Kita dapat menciptakan kebenaran dengan memiliki argumentasi yang kuat beserta fakta yang dapat di pertanggungjawabkan dengan baik. serta tidak menjelekkan pihak manapun yang telibatnya. 

Diera digital ini semua hal dapat terjadi, penyebaran isu hoaks, ujaran kebencian yang dilakukan, propaganda, kampanye hitam yang dapat merugikan berbagai calon, tetapi perilaku kita yang meski memiliki pendirian sendiri, dengan memperdalam Literasi kita tentang media sosial, akan meredam semua kekurangan dan menjaga kita dari sebuah kerusakan dalam kehidupan berbangsa ini. 

maka sadarilah bahwa literasi media digital itu sangat penting, sehingga dapat meminimalisir tersebarnya berita hoaks, menjaga kestabilan negara yang tidak terpecah, dan menjadikan negara Indonesia sebagai negara yang mampu bersaing bersama negara maju lainnya dari segi teknologi dan pengetahuan tentang media. 

Literasi media digital itu tugas kita bersama, untuk menciptakan sebuah keharmonis dan kedamaian dalam negara terutama di dalam ruang lingkup media sosial. Mulai hadirkan dalam diri kita semua, bermedia sosial lah dengan bijaksana, dan menggunakannya dengan sebaik baiknya. 

Kita cegah yang akan menciderai demokrasi dengan Literasi.

Habib Abdil Bari

Mahasiswa Prodi Komunikasi PJJ Universitas Siber Asia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun