Ketiga, PDIP juga tidak gampang untuk berkaolisi dengan sembarangan partai. PDIP seolah tidak bisa bergabung dengan PKS, dan juga tidak bisa bergabung dengan Demokrat. Ada "dinding" pemisah yang teramat tinggi yang sulit, walaupun tidak menutup kemungkinan bisa dilewati. Hal ini tentu dikarenakan banyak faktor seperti ; ideologis, sejarah, dan tentu juga ada peran Ketua Umum yang mempunyai hak prerogatif untuk menentukan dengan siapa akan berkoalisi.
Pada akhirnya kalaupunnanti  PDIP kalah di tempat-tempat strategis, bukan berarti PDIP akan hancur total. Dengan karakter dan ideologisnya PDIP bisa menjadi oposisi yang bermartabat. Walupun dalam sistem perpolitikan di Indonesia sebenarnya tidak ada oposisi mutlak.
Ditambah lagi secara nasional PDIP masih yang terbanyak di DPR pusat. Dan juga PDIP sudah berpengalaman menjadi oposisi pada masa pemerintahan SBY selama juga 10 tahun. Jadi apapun pilihannya nanti PDIP diharapkan tetap menjadi pilar demokrasi dan memenag teguh prinsip ideologisnya. MungkinPDIP perlu mengingat judul buku yang ditulis oleh Presiden ke 6 Indonesia, SBY yakni "Selalu Ada Pilihan".
Salam poliTIKUS
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H