Mohon tunggu...
Leonardi Gunawan
Leonardi Gunawan Mohon Tunggu... Freelancer - Karyawan

Warga Negara Biasa Yang Ingin Indonesia Ke Piala Dunia

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Catatan untuk Wakil Asia, Kalah Kelas atau Kalah Mental?

7 Desember 2022   21:18 Diperbarui: 7 Desember 2022   21:36 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Piala Duni 2022 Qatar sudah memasuki babak 8 besar. Kedelapan tim tersebut terdiri dari 5 wakil Benua Eropa yakni ; Belanda, Inggris, Perancis, Portugal, dan Kroasia . 2 wakil Amerika Selatan yakni ; Brasil dan Argentina. Serta 1 wakil dari Afrika yakni Maroko.

Tidak ada wakil dari Benua Asia di babak delapan besar ini. Dari benua Asia terdapat 6 negara yang mewakili yakni : Jepang, Korea Selataan, Australia, Iran, Saudi Arabia dan Qatar sebagai tuan rumah.

Awalnya wakil -- wakil dari Asia ini  sempat membuat kejutan di  babak penyisihan grup. Arab Saudi dengan gemilang berhasil mengalahkan Argentina. Jepang bahkan mengalahkan Spanyol dan Jerman untuk bisa menjadi juara Grup. Australia berhasil mengalahkan Denmark . Iran berhasil mengalahkan Wales. Serta Korea Selatan juga menang dramatis atas Portugal. Hanya Qatar yang memang tidak bisa berbuat banyak di babak penyisihan grup.

Ada 3 tim Asia yang akhirnya lolos ke babak 16 besar, yakni Jepang, Korea Selatan dan Australia. Pada akhirnya dari ketiganya tidak ada satapun yang lolos ke babak berikutnya. Australia harus mengakui keunggulan Argentina 2-1, Jepang kalah adu pinalti 3-1 dari Korasia, Sedangkan Korea Selatan di lumat Brazil 4-1.

Wakil dari Asia masih belum mampu untuk berbicara lebih tinggi lagi di turnamen sepakbola sejagat ini.  Apakah memang negara -- negara Asia masih kalah kelas dibandingkan dengan negara eropa? Atau itu hanyalah faktor ketidak beruntungan saja?

Sulit memang untuk tidak mengatakan bahwa negara negara di Asia masih lumayan jauh tertinggal dari negara negara di Eropa dan Amerika Latin. Dari peringkat FIFA saja sudah terlihat. Iran (20), Jepang (24), Korea Selatan (28) , Australia (38) dan Qatar (50).  Enam negara yang ikut Piala Dunia 2022 adalah 6 negara terbaik secara peringkat FIFA dari Asia. 

Sedangkan ke delapan negara yang maju ke babak 8 besar mempunyai peringkat FIFA, dari yang tertinggi ; Brazil ( 1), Argentina ( 3), Perancis ( 4), Inggris ( 5),  Belanda ( 8), Portugal (9), Kroasia ( 12), dan Maroko ( 22).

Negara -- negara Asia bukannya tidak berusaha untuk mengejar ketertinggalan tersebut. Korea Selatan dan Jepang adalah salah satu contoh negara yang dengan sangat serius mengembangkan iklim sepakbola modern. Hasilnya memang cukup terlihat jelas. Banyak pemian dari dua negara ini merumput di kasta tertinggi liga liga eropa. Begitu juga dengan Australia yang menjadi semacam Asia rasa Eropa. Banyak pemainnya bermain di Eropa.

Termasuk juga dengan kompetisinya. Negara-negara diatas juga sadar bahwa kompetisi yang sehat dan kompetitif adalah cikal bakal timnas senior yang kuat. Banyak kompetisi sepakbola di Asia yang bahkan rela menggelontorkan uang banyak untuk mendatangkan pemain pemain bintang dunia, guna meningkatkan mutu kompetisinya. Seperti contohnya di China, Jepang, dan Arab Saudi.

Peningkatan SDM sudah, peningkatan kompetisi baik sarana dan sistemnya juga sudah. Namun sampai sekarang masih belum mendapatkan hasil yang signifikan. Mungkin salah satunya adalah soal mental bertanding.

Memang benar bahwa ada beberapa pemain yang merumput di kasta tertinggi di eropa. Namun perlu dicatat itu tidak semua. Dan juga masih banyak juga pemian pemain  diambil dari liga lokal. Intensitas, tekanan serta atmosfer pertandingan di liga eropa memang sangat tinggi dan ketat. Ambil contoh paling ekstrim adalah liga Permier Inggris dimana tim -- tim top harus mengatur skuadnya kedalam 4 kompetisi resmi; Liga, Piala FA, Piala Liga, serta ikut kompetisi di Eropa. Hal ini belum ditambah dengan kewajiban membela negara masing - masing untuk pertandingan yang masuk kedalam kalender FIFA.

Dengan atmosfer yang begitu kompetitif maka setiap pemain dituntut harus cepat beradaptasi. Harus selalu siap dalam segala kondisi. Kemampuan ini yang mungkin belum dimiliki oleh pemian dari  tim -- tim dari Asia. Kalau tim Eropa jarang sekali melakukan persiapan jangka panjang. Namun tim -- tim Asia sangat sering melakukan pemusatan latihan jangka panjang. Dimana di dalamnya biasanya ada menu latihan peningkatan fisik. Yang hal itu jarang dilakukan oleh tim eropa.

Boleh dibilang persiapan tim -- tim eropa sangat mepet menjelang PIala Dunia 2022 ini. Karena otomatis mereka baru efektif berlatih bersama +- 10 hari menjelang bergulirnya pertandingan pertama. Bayangkan kalau hal ini terjadi di negara negara Asia. Pastinya waktu persiapan yang mepet menjadi kambing hitam.

Tim -- tim Asia juga masih banyak bergantung pada pelatih impor, ini tidak salah karena selain pelatih impor dianggap lebih mengusai sepakbola modern, mereka juga diperlukan untuk mentrasfer ilmu sepakbola mereka ke Asia. Dari pelatih yang ada hanya Jepang yang memakai pelatih lokal. Kendala komunikasi mau tidak mau ada pengaruhnya untuk pelatih asing. Walaupun itu dapat diminimalisir dengan adanya penerjemah, namun secara emosional kadang pesan tidak tersamaikan.

Soal mental juga menjadi sorotan. Mau tidak mau suka tidak suka, pemain dari negara negara eropa masih dipandang lebih hebat dari pemain negara lain. Para pemain Asia sudah kalah mental melihat nama-nama besar bahkan sebelum masuk ke lapangan.

Lihat saja pelatih Arab Saudi sampai harus berteriak memompa semangat anak asuhannya tak kala mereka bertemu Argentina. Para pemian diingatkan bahwa mereka bertanding bukan untuk berfoto bersama Messi. Yang kalau disederhankan jangan anggap Messi lebih hebat dari kalian. Kalian bisa mengalahkan Messi.Para pemain Saudi terlihat begitu inferior terhadap kebintangan seorang Messi.

Kalah mental adalah kalah sebelum bertanding. Sehebat apapun kemampuan seseorang  tidak akan keluar kalau sudah kalah mental duluan. Aspek ini adalahs alah satu aspek kunci yang harus diperbaiki oleh negara negara Asia.

Mungkin butuh 5-10 tahun lagi bagi negara negara di Asia untuk dapat lebih mengejar ketertinggalnnya dengan negara -- negara Eropa. Mempersipakan SDM dari usia dini, perbaikan sarana dan prasara serta menciptakan kompetisi yang kompetitif tetap menjadi modal utama mengejar ketertinggalan. Sambil terus diasah mentalnya agar semakin kuat menghadapi para pemian top dunia.

Kalau sudah begitu, bagaimana dengan sepakbola Indonesia ? Susah untuk menjawabnya, dikawasan regional Asia Tenggara saja masih susah untuk menjadi nomor 2, apalgi nomor 1...
Salam Olahraga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun