Dengan atmosfer yang begitu kompetitif maka setiap pemain dituntut harus cepat beradaptasi. Harus selalu siap dalam segala kondisi. Kemampuan ini yang mungkin belum dimiliki oleh pemian dari  tim -- tim dari Asia. Kalau tim Eropa jarang sekali melakukan persiapan jangka panjang. Namun tim -- tim Asia sangat sering melakukan pemusatan latihan jangka panjang. Dimana di dalamnya biasanya ada menu latihan peningkatan fisik. Yang hal itu jarang dilakukan oleh tim eropa.
Boleh dibilang persiapan tim -- tim eropa sangat mepet menjelang PIala Dunia 2022 ini. Karena otomatis mereka baru efektif berlatih bersama +- 10 hari menjelang bergulirnya pertandingan pertama. Bayangkan kalau hal ini terjadi di negara negara Asia. Pastinya waktu persiapan yang mepet menjadi kambing hitam.
Tim -- tim Asia juga masih banyak bergantung pada pelatih impor, ini tidak salah karena selain pelatih impor dianggap lebih mengusai sepakbola modern, mereka juga diperlukan untuk mentrasfer ilmu sepakbola mereka ke Asia. Dari pelatih yang ada hanya Jepang yang memakai pelatih lokal. Kendala komunikasi mau tidak mau ada pengaruhnya untuk pelatih asing. Walaupun itu dapat diminimalisir dengan adanya penerjemah, namun secara emosional kadang pesan tidak tersamaikan.
Soal mental juga menjadi sorotan. Mau tidak mau suka tidak suka, pemain dari negara negara eropa masih dipandang lebih hebat dari pemain negara lain. Para pemain Asia sudah kalah mental melihat nama-nama besar bahkan sebelum masuk ke lapangan.
Lihat saja pelatih Arab Saudi sampai harus berteriak memompa semangat anak asuhannya tak kala mereka bertemu Argentina. Para pemian diingatkan bahwa mereka bertanding bukan untuk berfoto bersama Messi. Yang kalau disederhankan jangan anggap Messi lebih hebat dari kalian. Kalian bisa mengalahkan Messi.Para pemain Saudi terlihat begitu inferior terhadap kebintangan seorang Messi.
Kalah mental adalah kalah sebelum bertanding. Sehebat apapun kemampuan seseorang  tidak akan keluar kalau sudah kalah mental duluan. Aspek ini adalahs alah satu aspek kunci yang harus diperbaiki oleh negara negara Asia.
Mungkin butuh 5-10 tahun lagi bagi negara negara di Asia untuk dapat lebih mengejar ketertinggalnnya dengan negara -- negara Eropa. Mempersipakan SDM dari usia dini, perbaikan sarana dan prasara serta menciptakan kompetisi yang kompetitif tetap menjadi modal utama mengejar ketertinggalan. Sambil terus diasah mentalnya agar semakin kuat menghadapi para pemian top dunia.
Kalau sudah begitu, bagaimana dengan sepakbola Indonesia ? Susah untuk menjawabnya, dikawasan regional Asia Tenggara saja masih susah untuk menjadi nomor 2, apalgi nomor 1...
Salam Olahraga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H