Mohon tunggu...
Leonardi Gunawan
Leonardi Gunawan Mohon Tunggu... Freelancer - Karyawan

Warga Negara Biasa Yang Ingin Indonesia Ke Piala Dunia

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Fanatisme Buta Pemicu Bencana

2 Oktober 2022   13:31 Diperbarui: 2 Oktober 2022   13:44 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Karatker supporter Indonesia saat ini secara garis besar ada 3 menurut ke -- garis kerasan nya, yang pertama supporter yang menikmati pertandingan itu sendiri.  Ini terjadi kepada para supporter yang di daerahnya tidak ada klub sepakbola yang mumpuni atau klub sepakbola yang tidak mempunyai sejarah panjang di liga elite. 

Misalnya lah mereka mereka yang tinggal di Kalimantan Barat, NTB, Maluku. Mereka suka bola lokal ya cuma menikmati permainan dilapangan. Kalau oada akhirnya mereka nonton ke stadion mereka ingin menikmati pertandingan itu tanda ada perasaan siapa harus menang dan harus kalah.

Yang kedua ada supporter pendukung klub yang ingin menikmati pertandingan. Kelompok in salah mereka mereka yang sudah sadar bahwa pertandingan sepakbola adalah pertandingan untuk menghibur, untuk dinikmati, tetap memberikan dukungan penuh dengan berbagai antribut suporter, tetapi kalau kalah yang sudah, kecewa sebentar kemudian tertawa lagi. 

Bisa memberikan apresiasi kepada tim yang lebih baik. Golongan ini bisanya terdiri dari mereka mereka yang sudah "tobat" menjadi supporter nakal pada waktu muda. Sekarang mereka membawa keluarga istri sama anak ke stadion untuk menikmati tim kesayangan berlaga.

Atau juga pasangan psangan muda yang membawa istri anaknya yang masih kecil ke stadion untuk sekedar merasakan atmosfer stadion yang tidak didapatkan saat menonton televise. Pasangan -- pasangan muda yang secara umum terdidik dan sadar bahwa sepakbola harus dijauhkan dari segala anarkisme.

Nah yang ketiga adalah mereka kelompok supporter "modal nekat". Dapat diperhatikam mereka ini tediri atas anak-anak ABG atau para pemuda pemuda yang tidak teredukasi dengan baik. Mereka cinta kepada klubnya tapi pada intinya  mereka lebih cinta kepada kelompok mereka.

Di pikiran mereka adalah klub harus menang, pokoknya harus. Belum lagi bagi mereka yang masih mencari eksistensi diri, menunjukkan yang paling berani, paling garang, paling brutal. Akan dianggap "hebat" oleh kelompoknya. 

Menjadi lebih parah lagi kalau kelompok ini pada akhirnya dijadikan tunggangan politik. Sudah jamak di Indonesia supporter model begini dijadikan tunggangan politik untuk para pemimpin daerahnya, Mobilisasi massa menjadi mudah, pengerahan massa. Yang akan berguna saat waktu waktu pemilihan nanti.

Energi mereka sangat besar sehingga dapat kita lihat mereka mereka ini bisa tidak duduk sepanjang pertandingan, selalu berteriak dan jingkrak-jingkrak. Bahkan ada beberapa koordinator supoter malah sibuk dengan alat musik dan koregrafi.  Entah mereka ini menikmati pertandingan atau memang ke stadion sekedar melepaskan "jiwa muda" mereka.

Edukasi kepada supporter yang selalu didengungkan pada kenyataannya adalah mubazir. Karena supporter akan terus berganti dan itu hanya sebagian kecil sekali tidak menyentuh akar rumput,  yang paling benar adalah menegakkan aturan. PSSI harus tegas dalam menjalankan aturan. Modifikasi serta buat aturan yang pada akhirnya membuat supporter taat.

Jangan lagi hanya himbauan-himbauan karena itu sama sekali tidak berguna. Contoh paling dekat adalah menyalakan api ( flare gun) di dalam stadion. Himbaun sudah dilakukan sampai berbusa busa tapi kenyaannya?.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun