Mohon tunggu...
Leonardi Gunawan
Leonardi Gunawan Mohon Tunggu... Freelancer - Karyawan

Warga Negara Biasa Yang Ingin Indonesia Ke Piala Dunia

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Sudahi Polemik KPAI dan PB Djarum, Saatnya Negara Hadir dalam Mencari Bibit Atlet

9 September 2019   17:04 Diperbarui: 9 September 2019   17:16 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

Kata orang-orang, kita harus selalu mengedepankan pemikiran positif apapun itu kondisi dan situasi yang dihadapi. Begitu pula sebaiknya kita dalam melihat polemik yang terjadi antara KPAI dan PB Djarum. Ada pro dan kontra, pastinya. Setiap pihak mempunyai pendapat, landasan hukum yang diyakini, serta jalan pikiran masing-masing. Nah, kalau semua sudah merasa benar, pastinya ada pihak lain yang dirugikan.

Juga, kata orang-orang yang berfikir positif itu, selalu ada hal-hal baik dan positif di balik peristiwa yang tidak baik. Begitu juga imbas dari KPAI vs PB Djarum ini. Yang seperti kita tahu pada akhirnya membuat PB Djarum mengambil keputusan untuk menghentikan audisi umum bulu tangkis usia muda mulai tahun depan.

Yang ditakutkan para pencinta olahraga di Indonesia, tentunya yang dirugikan bukan KPAI, bukan juga PB Djarum, tetapi yang dirugikan adalah hilangnya mimpi dari ratusan bahkan ribuan anak-anak Indonesia yang ingin berkarir menjadi seperti Susy Susanti, Hendra Setiawan, Liliyana Natsir, ataupun Kevin. Mimpin mereka untuk mengibarkan bendera Merah Putih Indonesia ke puncak tiang tertinggi lewat bulu tangkis menjadi sirna.

Sebenarnya dengan peristiwa ini, dapat menjadi momentum bagi negara/pemerintah untuk hadir lebih lagi dalam mencari dan mencetak bibit-bibit atlet berprestasi. Bukan hanya bulu tangkis tapi semua bidang olahraga. Sudah banyak hal sebenarnya yang telah dan sedang berlangsug dilakukan pemerintah guna menjaring bibit-bibit muda berbakat. Sampai ke pelosok pun sebenarnya bisa, cuma saat ini belum dimaksimalkan saja. Wadah dan sarananya sudah ada sebenarnya.

Mencari bibit bibit atlet melalui Porseni

Untuk anak-anak kecil dan remaja, pemerintah punya ajang multi event yang bernama PORSENI, Pekan Olahraga dan Seni. Kegiatan ini sebenarnya adalah ujung tombak pencarian bibit unggul olahraga di seluruh pelosok daerah termasuk di dalammnya bulu tangkis. Peran Dinas Pendidikan menjadi penting di sini, khususnya guru-guru olahraga. Lewat Porseni, bibit-bibit dari tingkat kecamatan/kelurahan/desa sampai propinsi sebenarnya dapat terpantau.

Yang belum dioptimalkan saat ini adalah yang pertama, masalah fasilitas olahraga di sekolah. Olahraga beserta fasilitasnya menjadi prioritas yang kesekian dari para kepala sekolah. Yang pertama biasanya adalah berkutat masalah Ujian Nasional, Olimpiade Sains dan lainnya.

Kedua yang jadi masalah adalah pengiriman atlet dari sekolah masih berdasarkan like and dislike. Siapa yang dekat dengan guru tertentu punya peluang lebih besar mewakili sekolah. Faktor KKN berdampak pada anak lain yang sebenarnya mampu dan berbakat menjadi hilang semangat.

Yang terpenting lagi adalah masalah kurikulum olahraga di sekolah. Sudah saatnya kurikulum olahraga di sekolah, khususnya sekolah dasar digarap serius menjadi kurikulum olahraga berprestasi. Bukan seperti sekarang yang lebih banya menitik beratkan pada teori, yang kadang malah membuat anak-anak menjadi malas dan antipati. Ditambah guru yang ada mengajar hanya berdasarkan teks book. Di sekolah dasar inilah sebenarnya guru-guru olahraga menjadi penyaring terdepan anak-anak yang berbakat.

Harus disadari bahwa kalau anak memang berbakat di bidang tertentu maka sudah sewajarnya di bidang yang lain mereka akan tidak maksimal. Begitu juga mereka yang berniat dan berbakat di olahraga, bidang akademisnya harus dimaklumi tidak maksimal. Kebijaksanaan dari sekolah, khususnya kepala sekolah juga harus ada untuk hal ini. Mulai dari SD-SMP-SMA bahkan sampai perguruan tinggi.

Menambah dan memaksimalkan sekolah khusus olahraga

Menambah dan memaksimalkan keberadaan peran sekolah-sekolah olahraga yang ada mutlak diperlukan. Kita mungkin tau bahwa ada SKO (Sekolah Khusus Olahraga) Ragunan. Tapi di tempat lain ada PPLP (Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar) yang mungkin sebagian besar dari kita, tidak tau ada di daerah mana saja.

Namun bagaimana cara masuknya, mendaftarnya, seleksi dan lain sebagainya seperti kurang sosialisasi. Pemerintah harusnya banyak mendirikan sekolah-sekolah olahraga atau pusat olahraga seperti ini dan berjenjang untuk anak-anak seusia dari SMP dan SMA. Ada baiknya di setiap provinsi didirikan sekolah-sekolah olahraga tersebut. Bila perlu di setiap kabupaten. Sehingga mereka tetap bisa deka

Dengan kurikulum dan pendekatan sains terbaru serta tenaga pendidik yang sama kualitasnya di seluruh Indonesia. Maka paling tidak anak dan remaja kita yang punya bakat dan minat di olahraga, dapat menyalurkan prestasinya ke sana. Kalau mau tahu atlet yang lulusan antra lain Egy Maulana Vikri, Apriyani, dan masih banyak lainnya.

Perbanyak kejuaraan kelompok umur

Pemerintah bisa bekerja sama dengan pengurus besar olahraga yang ada, serta tentunya pihak swasta. Memperbanyak event-event kejuaraan kelompok umur. Event-event itu harus dibuat rutin dan berjenjang.

Dalam hal ini jangan juga buat event hanya sporadis saja, apalagi mengadakan event yang beragenda politik di belakangnya. Buatlah event atau kerja sama dengan sponsor minimal 2-3 tahun masa penyelenggaraan sehingga terjadi kesinambungan. Bisa juga dibuat event yang berlangsung di beberapa kota sekaligus sehingga, bisa membuat semarak dunia olahraga Indonesia.

Dalam event-event beginilah para pencari bakat dari klub-klub yang ada dapat melihat potensi yang ada. Kesempatan dalam mencari bibit unggul dapat dilihat. Sama seperti di luar negeri khususnya di sepak bola, setiap ada event-event kejuaraan besar kelompok umur maka mata pencari bakat dari klub-klub sepak bola berlomba-lomba mencari bibit-bibit terbaik.

Untuk mengadakan event yang baik tentunya butuh dana tidak sedikit, di sinilah pera pemerintah mendekati perusahaan besar. BUMN bila perlu dilibatkan. Kalau tidak sanggup menjadi bapak asuh, tetapi cukuplah mengelar event-event tahunan yang rutin.

Banyak hal sebenarnya yang dapat dilakukan negara/pemerintah guna mencari bibit-bibit muda yang berbakat. Karena pemerintah punya akses dari tertinggi sampai terendah. Keberadaan- keberadaan pihak-pihak swasta yang selama ini membantu pengembangan olahraga nasional apapun juga harus diapresiasi tinggi. Istilahnya jangan habis manis sepah dibuang. Percayalah para pengusaha ini sebagian besar mau "membuang" uang karena kecintaan mereka akan olahraga.

Yang jadi pertanyaan besarnya adalah? Maukah dan Mampukah negara?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun