Mohon tunggu...
Leonardi Gunawan
Leonardi Gunawan Mohon Tunggu... Freelancer - Karyawan

Warga Negara Biasa Yang Ingin Indonesia Ke Piala Dunia

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Benang Kusut Anarkisme Suporter di Indonesia

27 September 2018   15:48 Diperbarui: 1 Oktober 2018   13:31 892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tetapi bisa dibayangkan memakai Baracuda untuk pertandingan sepakbola antar klub di dalam negeri yang kotanya hanya terpisah 3 jam perjalanan, adalah sesuatu yang menurut saya kurang pas.

Alangkah baiknya kalau ada sebagian pemain Persib yang punya pengaruh besar ( kapten dan wakil kapten) atau pemain yang memang berteman dengan pemain Persija untuk menjemput bersama -- sama.  Dengan melihat para pemain mereka kompak tentunya tensi para supporter akan bisa diredam.

Menjelang pertandingan suasana di dalam dan di luar stadion memang dipenuhi oleh supporter Persib. Namun satu hal yang perlu di garis bawahi adalah mengenai mental supporter kita (ini kondisi yang umum terjadi).

Para penonton khususnya yang masih remaja. Datang ke stadion dengan modal nekat saja. Banyak yang sudah sadar bahwa menonton pertandingan sepakbola memang memerlukan biaya. Beli tiket maka berhak nonton. Tetapi kenyataan di lapangan ternyata banyak juga yang datang hanya modal keberanian, selalu berharap pintu akan stadion akan dibuka setelah setengah jam pertandingan dimulai (intinya mau gratisan).

Usul bahwa penonton yang membeli tiket pada hari H dinaikkan 10 kali lipat mungkin ada baiknya. Jadi para supporter tersebut harus membeli tiket terusan minimal 5 pertandingan kedepan. Dan tiket terusan tersebut harganya bisa lebih murah dari tiket standar. Sehingga saling menguntungkan. Untung bagi klub karena dapat pemasukan.

Suporter juga bertanggung awab dengan membeli tiket. Dan Jelas yang datang ke stadion adalah mereka yang mayoritas sudah memegang tiket pertandingan bukan mereka yang sekedar ingin masuk dengan modal rame -- rame.

Jalannya pertandingan di dalam lapangan juga sangat berpengaruh terhadap perilaku supporter yang melihat. Yang jelas adalah para supporter kadang lebih emosional daripada para pemain yang bermain di tengah lapangan. Nah, kalau para pemiannya saja sudah bermain dengan melakukan provokasi terhadap lawan.

Bagaimana dengan para supporter? Pasti lebih terprovokasi lagi. Melihat pertandingan kemarin, bisa diihat permainannya sudah menjurus ke hal -- hal yang bukan lagi keras, tapi kasar. Beberapa pelanggaran -- pelanggran yang kalau kita bandingankan dengan liga luar, mungkin sudah hujan kartu kuning dan merah. Memang dibutuhkan ketegasan dan keteguhan seorang wasit dalam memimpin pertandingan tensi tinggi. 

Jujur saja, walupun skornya terbilang ketat 3-2, tetapi saya sendiri tidak bisa melihat pertandingan yang enak di tonton, lebih kepada provokasi -- provokasi tidak perlu yang di pertontonkan di atas lapangan.

Para pemain harusnya sadar tindak tanduk mereka dilapangan menjadi sorotan bukan hanya yang datang ke stadion tetapi juga penonton sepakbola di Indonesia yang menyaksikan langsung dari layar kaca. 

Walaupun banyak pemain berlabel bintang bahkan banyak pemain berlabel pemian Nasional namun pertandingan kemaren tidak enak untuk dilihat, nampak para pemain seakan ingin makan pemain lawannya. , para pemain juga harus menerima segala hal yang terjadi di atas lapanan termasuk keputusan wasit dan juga hasil akhir.  Dalam pertandingan kemarin Persib memang menang, namun apa yang terjadi apabila Persib kalah? Susah membayangkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun