Mohon tunggu...
Haditya Endrakusuma
Haditya Endrakusuma Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Equilibrium

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ketika "Ratu Adil" Menjadi "Ratu Teror"

4 Juni 2018   09:23 Diperbarui: 4 Juni 2018   15:17 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara itu, perpolitikan di masa itu tensi-nya sedang panas; konflik antara Islam (Abbasiyah) vs Nasrani, konflik antara Islam vs Tartar, konflik ancaman Tartar terhadap Barat (Nasrani). Di dunia Islam sendiri, terjadi konflik antara Abbasiyah vs Fathimiyah, bahkan Abbasiyah sendiri mengalami krisis paska serangan Tartar. Di dunia Barat, Nasrani juga terjadi konflik; antara Gereja vs Templar, maupun antara kekuasaan Gereja vs kekuasaan para Raja. Situasi ini dimanfaatkan Asasiyun untuk mendapatkan  keuntungannya sendiri, mereka bertransformasi menjadi "mercenary" misi Intelejen & propaganda pada tiap-tiap pihak yang sedang bertikai. 

Tercatat Richard The Lionheart pernah memakai jasanya untuk menghabisi Conrad de Montferrat. Raymond II Tripoli, salah seorang Grand Master Templar pun bernasib sama, meregang nyawa dibawah tikaman belati Asasiyun. Dunia gempar dengan "teror" Asasiyun. Pihak Barat (Nasrani), sampai menuduh Asasiyun itu adalah hasil "konspirasi" kalangan Muslim dan Templar (moyang-nya Freemasonry), sementara Templar sendiri terkencing-kencing ketakutan dengan ancaman Asasiyun. 

Saking terkenalnya, kata Asasiyun pun terserap menjadi sebuah frase kata dalam bahasa Inggris yakni; "Assassin". Di sisi lain, pihak Muslim sendiri mengalami "teror" yang tak kalah menakutkan. Tercatat bagaimana Asasiyun meneror Shalahuddin Al Ayyubi dan Pamannya. "Agen" Asasiyun menyusup dikalangan penjaga Shalahuddin, menaruh kue beracun dan belati serta surat ancaman di atas dada Shalahuddin saat ia tidur.

Belajar menyikapi "Teror" dari Shalahuddin. Saat kalangan Barat menuduh "Asasiyun" sebagai produk "konspirasi" Muslim dan Templar, sementara ia sendiri mengalami "teror" Asasiyun. Shalahuddin tidak pernah melemparkan isu "konspirasi" balik. Ia faham bahwa akar permasalahan utamanya adalah penyimpangan "pemahaman". Sehingga langkah pertama yang ia ambil; mengalihkan mata-nya ke Mesir, pusat Isma'iliyah-Fathimiyah. Walaupun Fathimiyah & Asasiyun bermusuhan, ia faham bahwa akar penyimpangan pemahamannya sama yakni; konsep "Ratu Adil". Semakin dibiarkan, maka Pengikut Fathimiyah berpotensi akan lebih banyak brgabung dengan Asasiyun seiring dengan propagandanya. Segera Shalahuddin melibas Fathimiyah, memperbanyak madrasah & ulama Sunnah di Mesir.

History repeats itself, lahir kembali ash-Shabbah dalam wujud baru. Saat al-Baghdadi (seorang Doktor Syariah di Iraq yang nama aslinya adalah Ibrahim 'Awad al-Badri) mendeklarasikan Daulah-nya, ia pun membujuk "moyangnya"; Al-Qaeda untuk berba'iat atas kekhalifahannya. Sang Guru yang ahli Bedah (adzh-Dzhawaahiriy) menolaknya. Sementara di Suriah, adik seperguruannya yang bernama Al-Jaulani menyatakan diri keluar dan bergabung kembali kepangkuan "kakek"-nya.

Al-Baghdadi pun "murka", ia sebut "moyang"nya itu "Thogut" dan saudara seperguruannya itu "murtad" harus di perangi. Berbondong pasukannya memasuki Suriah, bukan untuk melawan "rezim" melainkan membokong dan membantai seluruh faksi perlawanan yang ada, terutama al-Jaulani. Suriah harus tunduk dibawah Daulah-nya, maka ia deklarasikan perluasan wilayah Daulah-nya sehingga Daulah-nya pun disebut ISIS.

Disisi lain, era Globalisasi. Banyak "value" pemikiran yg dipasarkan sesuai kepentingannya. Isu Liberalisasi pemikiran pun menjadi "tools" yang dipakai oleh banyak kalangan (tak hanya milik penganutnya), jadi saat ini tidak monolitik milik satu proponen. Isu "ISIS", "Terorisme" menjadi Sexy. 

Semua mengakui fakta adanya "Teror", absurd-nya yang menjadi ajang "pertempuran" di tiap-tiap pihak adalah  sama; soal "konspirasi" aktor penyebab Terorisme. Satu pihak menebar isu "konspirasi" agen-agen intelejen, termasuk isu "konspirasi" Yahudi-Amerika. Satu pihak lain, menebar Isu memojokkan "value" Islam sehingga "cara berpakaian" saja pun menjadi bahan kampanye "deradikalisasi".

Ada kutipan " adem" yang menentramkan dari seorang sahabat terkait dengan seluruh fenomena yang ada :

"...Banyak peristiwa hangat saat ini yang kita tak tahu hakikat sebenarnya, hanya dugaan dalam hati yang mampu untuk menjawabnya. Syair arab ini setidaknya menjadi "hiburan" atas segala kegundahan: ...Kelak hari-hari akan menjelaskan padamu tentang apa yang sebelumnya engkau tak tahu, ia akan datang kepadamu dengan berbagai kabar (informasi) yang sebelumnya tak pernah engkau persiapkan.."

Wallaahu A'lam bish-Showaab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun