Sehabis sholat subuh, saya menghubungi teman. Dari teman saya, saya dapat kabar bahwa ia juga dihubungi namun tidak bersedia karena asesor Sumenep tugas visitasinya ke daerah kepulauan.
Saya pasrah. Tidak masalah jika ditugaskan lagi ke pulau setidaknya untuk menambah pengalaman. Siang hari sekitar jam 11.00 WIB saya cek akun sispena saya. Ada tiga asesi yang muncul disispena yang harus divisitasi. Semuanya di kepulauan. Satu asesi di Pulau Talango dan dua asesi di Pulau Sakala Kecamatan Sapeken.
"Akhirnya saya akan sampai juga ke pulau 1000 cerita," bicara pada diri sendiri untuk menyenangkan diri sendiri.
Oramg pertama yang menceritakan salah satu keunikan di Pulau Sakala adalah Bapak saya. Waktu saya masih usia 6 tahun, Bapak saya membawakan oleh oleh pisang besar yang tidak ada di tempat tinggal saya. Jagankan makan satu, separuh saja tidak habis. Karena ukurannya yang besar sehingga pisang yang Bapak bawa dari Sakala tidak bisa dihabiskan sekali makan.
Selain itu, ada yang bercerita tempat kayu stigi. Ada yang bilang kalau berlayar ke Sakala ombaknya besar. Yang lain, Â perahu penyeberangannya seminggu hanya sekali dengan rata -- rata perjalan ditempuh dalam waktu 8 jam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H