Amazing...! Orang daratan bisa sampai ke Pulau Sakala. Saya orang kepulauan belum punyak keberanian berlayar ke sana," tulis teman wapri ke nomer saya.
Salah satunya melakukan tiga kali panggilan.
Andaikan dalam perjalanan dari hotel ke bandara Sukarno Hatta handphone (HP) saya tidak dimatikan, tentu saya satu bulan lebih awal menginjakkan kaki di tanah Sumatera. Waktu itu, sesampainya di Bandara Sukarno Hatta saya buka pesan di WA, ternyata ada lima panggilan dari dua nomer baru yang belum saya kenal. Â"Pak, ada lima panggilan dari dua nomer baru."
"Coba panggilbalik! Sepertinya itu dari teman teman Instruktur Nasional (IN) yang bertugas di wilayah Barat." Perintah Pak Ma'mum teman pelatihan instruktur AKMI dari unsur widyaiswara (WI) yang kebetulan di hotel sekamar dengan saya saat pelatihan di Jakarta.
Saya mencoba menghubungi balik. Beberapa kali menghubungi dua nomer itu, namun tidak ada yang menggangkat. Saya cek foto profil salah satu nomer itu, saya  mengenalnya. Benar itu salah satu narasumber saat pelatihan.
"Pak, tidak ada yang mengangkat," kata saya ke Pak Makmum.
"Nanti, kalau sudah di Surabaya hubungi lagi. Tadi sebelum pulang, saya memang merekomendasikan sampean untuk membatu teman teman yang bertugas di daerah Barat. Mereka sebenarnya minta saya dan teman WI yang lain untuk membantu tim IN memberikan pelatihan di beberapa kota di Indonesia, namun kami tidak bias karena waktunnya bersamaan dengan pelatihan Kurikulummerdeka bagi WI di Pusdiklat." Kata Pak Ma'mum menjekaskan kepada saya.
Setibanya di bandara Juanda Surabaya saya coba menghubungi kembali. Namun masih juga tidak diangkat. Sepertinya mereka dalam perjalan pulang ke kota masing masing, seperti yang saya lakukan sedang dalam perjalanan pulang. Oleh karena itu, sambil menunggu bagasi, saya cek WA masuk.
"Pak, silahkan isi form kesidian visitasi tahap akhir. Tidak semua asesor dapat penugasan hanya yang dihubungi saja. Saya tunggu konfirmasinya hari ini juga paling lambat jam 17.00 WIB. Berikut link form kesediannya," begitu isi salah satu WA yang saya buka dari teman sekretariat BAN PAUD PNF Provinsi Jawa Timur.
Tampa pikir panjang waktunya sudah tinggal 45 menit dan bateri HP sudah minim, maka saya menyampaikan kesedian dan mengisi formulir kesanggupan.
Tengah malam sebelum tidur saya baru sadar, kok saya meyanggupi. Sepertinya ini proyeksi penugasan ke wilayah kepulauan. Waktu itu saya tidak nyeyak tidur. Rasanya malam lebih lama inginnya waktu segera pagi hari. Karena mau menghubungi beberapa teman untuk konfirmasi proyeksi penugasan tahap akhir.
Sehabis sholat subuh, saya menghubungi teman. Dari teman saya, saya dapat kabar bahwa ia juga dihubungi namun tidak bersedia karena asesor Sumenep tugas visitasinya ke daerah kepulauan.
Saya pasrah. Tidak masalah jika ditugaskan lagi ke pulau setidaknya untuk menambah pengalaman. Siang hari sekitar jam 11.00 WIB saya cek akun sispena saya. Ada tiga asesi yang muncul disispena yang harus divisitasi. Semuanya di kepulauan. Satu asesi di Pulau Talango dan dua asesi di Pulau Sakala Kecamatan Sapeken.
"Akhirnya saya akan sampai juga ke pulau 1000 cerita," bicara pada diri sendiri untuk menyenangkan diri sendiri.
Oramg pertama yang menceritakan salah satu keunikan di Pulau Sakala adalah Bapak saya. Waktu saya masih usia 6 tahun, Bapak saya membawakan oleh oleh pisang besar yang tidak ada di tempat tinggal saya. Jagankan makan satu, separuh saja tidak habis. Karena ukurannya yang besar sehingga pisang yang Bapak bawa dari Sakala tidak bisa dihabiskan sekali makan.
Selain itu, ada yang bercerita tempat kayu stigi. Ada yang bilang kalau berlayar ke Sakala ombaknya besar. Yang lain, Â perahu penyeberangannya seminggu hanya sekali dengan rata -- rata perjalan ditempuh dalam waktu 8 jam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H