Mohon tunggu...
Mohammad Nurul Hajar
Mohammad Nurul Hajar Mohon Tunggu... Administrasi - Untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan

Membantu Guru Bekerja Lebih Baik dalam Pekerjaannya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Belajar dari Covid-19 (Pendidikan Dipaksa Digital)

4 Mei 2020   07:26 Diperbarui: 4 Mei 2020   07:31 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Belajar Dari Covid-19
(Pendidikan Dipaksa Digital)

03 Mei 2020
Oleh: M Nurul Hajar

Tema Hari Pendidikan Nasional (HPN) tahun 2020 bagi saya dan mungkin sebagian orang lain cukup menarik. Meski diawal membacanya, saya sempat bertanya tanya pada diri sendiri, apa maksudnya tema HPN tahun pandemi Covid-19. HPN diperingati setiap tanggal 3 Mei. Di tahun 2020 ini, tema HPN "Belajar Dari Covid-19".

Covid-19 memang pada satu sisi mengancam jiwa. Namun dari sisi yang lain ada hikmah yang dapat kita petik. Misalnya dalam dunia pendidikan. Perintah siswa belajar dari rumah dan guru bekerja dari rumah, mau tidak mau mind set kita tentang tata kelola pendidikan harus dirubah. Kita dipaksa untuk mendigitalkan pendidikan.

Karena pandemi Covid-19 penyebarannya cepat, maka upaya memutus rantai Covid-19 dilakukan dengan cepat dan berlaku umum. Sehingga pendidikan tiba tiba putar arah. 

Dari pembelajaran di luar jaringan menuju pembelajaran dalam jaringan. Bagi sekolah atau madrasah yang sudah siap tinggal tancap gas. Namun, bagi yang tidak siap, akibatnya kelabakan dan bahkan ada yang langsun "pingsan".

Berapa banyak satuan pendidikan yang mampu malakukan digitalisasi pendidikan. Sejauh ini saya tidak punyak data yang dapat dijadikan rujukan. Namun aroma satuan pendidikan yang bertrasformasi pengelolaan pendidikannya menuju digitalisasi pendidikan sedikit sekali. Kalau yang mengaku ngaku, jumlahnya cukup banyak. Jangan kaget.

Kata tiba tiba ini membuat segalanya yang berkaitan dengan pendidikan akhirnya tiba tiba juga. Sehingga belum ada pembekalan. Tiba tiba siswa diperintah belajar dari rumah, guru awalnya bekerja di sekolah/ madrasah. Sehingga ada guru yang memaknai, karena siswa belajar dari rumah, maka guru tetap mengajar dari kelas. Tiba tiba menjadi aneh dan menjadi lelucun.

Kesadaran mencari pola pendidikan sebut saja pembelajaran mulai terbangun. Bagi satuan pendidikan yang ditunjang SDM guru yang sudah siap digital dan wali murid secara finansial cukup, maka pembelajaran dapat dilakukan di kelas virtual.

Namun, ternyata dalam pelaksanaannya tidak mulus. Ada yang orang tuanya harus ikut juga masuk kelas virtual. Khususnya pembelajaran untuk anak SD/MI kelas bawah. Guru menyajikan materi kecepatan dan pemberian tugas menjadi masalah baru.

Sementara itu, bagi satuan pendidikan yang memiliki SDM guru yang siap digital, namun siswa dan wali murid tidal siap atau tidak mendukung maka pembelajaran tidak dapat dilaksanakan dengan baik. 

Sehingga ada guru yang menyadari keadan ini dengan rela hati mendatangi siswanya satu persatu untuk dilakukan pembelajaran. Sementara yang lain cukup dipasrahkan kepada orang tua.

Sementara itu, bagi satuan pendidikan yang tidak memiliki dukungan yang cukup untuk melakukan digitalisasi pendidikan menjadi tiba tiba mandek bahkan "pingsan". Karena guru dan wali murid, serta siswa tidak berdaya untuk melakukan pembelajaran di masa pandemi Covid-19.

Yang kita sesalkan guru tidak punyak upaya apapun. Hanya istirahat saja di rumah.

Tetapi bagi yang masih tetap semangat. Tidak mau menyerah dengan keadaan digitalisasi pendidikan semakin membaik. Pelatihan bagaimana mengelola pembelajaran dalam jaringan sudah banyak dilaksanakan dan diikuti oleh guru. Masukan dari wali murid atau pihak lain dari stekholder meningkatkan mutu pembelajaran. Namun jumlahnya belum signifikan.

Pemerintah juga mulai mencari solusi bagi yang tidak dapat ikut pembelajaran dalam jaringan. Salah satunya dengan program siswa belajar dari rumah melalui program edukasi di TVRI. Namun masalah pendidikan yang kompleks itu tidak begitu saja mudah terselesaikan. Contohnya bagaimana dengan pendidikan kepulauan?

Pendidikan yang penting harus tetap berjalan, apapun caranya. Mau digital ataupun analog. Dan apaun namanya. Anak tidak boleh berhenti belajar.

#belajar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun