Sehingga ada guru yang menyadari keadan ini dengan rela hati mendatangi siswanya satu persatu untuk dilakukan pembelajaran. Sementara yang lain cukup dipasrahkan kepada orang tua.
Sementara itu, bagi satuan pendidikan yang tidak memiliki dukungan yang cukup untuk melakukan digitalisasi pendidikan menjadi tiba tiba mandek bahkan "pingsan". Karena guru dan wali murid, serta siswa tidak berdaya untuk melakukan pembelajaran di masa pandemi Covid-19.
Yang kita sesalkan guru tidak punyak upaya apapun. Hanya istirahat saja di rumah.
Tetapi bagi yang masih tetap semangat. Tidak mau menyerah dengan keadaan digitalisasi pendidikan semakin membaik. Pelatihan bagaimana mengelola pembelajaran dalam jaringan sudah banyak dilaksanakan dan diikuti oleh guru. Masukan dari wali murid atau pihak lain dari stekholder meningkatkan mutu pembelajaran. Namun jumlahnya belum signifikan.
Pemerintah juga mulai mencari solusi bagi yang tidak dapat ikut pembelajaran dalam jaringan. Salah satunya dengan program siswa belajar dari rumah melalui program edukasi di TVRI. Namun masalah pendidikan yang kompleks itu tidak begitu saja mudah terselesaikan. Contohnya bagaimana dengan pendidikan kepulauan?
Pendidikan yang penting harus tetap berjalan, apapun caranya. Mau digital ataupun analog. Dan apaun namanya. Anak tidak boleh berhenti belajar.
#belajar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H