Judul Buku : Ikan Adalah Pertapa
Pengarang : Pengarang asli Ko Hyeong Ryeol; Penerjemah Kim Young Soo dan Nenden Lilis Aisyah
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia (KPG), Kota Jakarta
Tahun Terbit : 2023
Tebal Buku : xxiii + 259 halaman
Zhuangzi (1979), I Miss a Garden Meal (Madang siksa-ga geuripda 1995), Little Boy (Liteul boi 1995), dan masih banyak lagi merupakan karya-karya dari penyair negeri ginseng bernama Ko Hyeong Ryeol. Pria kelahiran Sokcho, Gangwon-do, Korea Selatan, 8 November 1954 ini adalah penyair yang sudah malang-melintang di dunia kesusasteraan, bagaimana tidak? Beliau sudah banyak meraih penghargaan dari profesinya sebagai penyair. 2006 Republic of Korea Culture and Arts Award, 2009 Contemporary Literature (Hyundae Munhak) Award, dan berbagai penghargaan lainnya. Karya terbarunya di tahun 2023 adalah buku kumpulan puisi dwibahasa (Korea-Indonesia) yang berjudul Ikan Adalah Pertapa. Buku ini berisi 60 puisi yang diseleksi dari buku asli yang berjudul Pada Saat Merenung Hal-Hal Kuno (Pilihan Puisi 444, tahun 2020, @changbi) yang kemudian diterjemahkan oleh Kim Young Soo dan Nenden Lilis Aisyah, keduanya juga ahli dalam bidang sastra sama seperti penyair Ko.
Dalam buku tersebut, penyair Ko banyak menumpahkan pemikiran-pemikiran dan idenya kemudian menuangkannya dalam tulisan atau kata-kata yang sederhana. “Hal-hal kuno” dalam artian objek yang terpampang dalam puisinya dituliskan dengan menggunakan hal yang sederhana. Pemikiran tersebut bukan tanpa sebab, faktor pembaca dapat menjadi penentu suatu karya sastra diciptakan. Banyak pengarang yang menciptakan karyanya seperti puisi yang indah tetapi sederhana. Sapardi Djoko Damono dalam Hujan Bulan Juni misalnya, dalam karyanya, bahasa yang ada seakan sederhana tanpa ada hiperbola dan semacamnya. Begitu pula dalam karya Ko Hyeong Ryeol ini. Meski begitu, hal yang disebut “sederhana” itu tidak semerta-merta dapat dikatakan bahwa isi dan makna puisi karya mereka minim imajinasi, justru dari kesederhanaan penulisan tersebut dapat memunculkan imajinasi-imajinasi lain dari pembacanya. Salah satu puisi karya penyair Ko dengan pemikiran sederhana terkait objek dalam puisinya adalah puisi berjudul “Kentang”
Seorang wanita tua mengiris kentang tipis-tipis dengan pisau
Sebutir kentang mempunyai tiga atau empat mata
Wanita tua itu menuangkan irisan kentang ke dalam asbak, lalu mengaduknya
Wajah irisan kentang yang semula putih berubah hitam oleh abu
Jadinya tak ada perbedaan, tertawa
Satu per satu benih kentang jatuh di ladang
Di dalam tanah kentang mengaduh kesakitan sambil mengelus tapak irisan pisau
Abu menghisap darah