Masalah dalam teologi Feminisme sebenarnya terletak pada metode hermeneutik mereka yang hanya menekankan salah satu aspek metode hermeneutik (metode penafsiran pengalaman perempuan yang tertindas). Kerena teolog Feminis menyangkal hubungan pribadi Allah Tritunggal (yang diwahyukan dalam Kitab Suci-Nya), konsekuensinya mereka secara otomatis menyangkal juga keberadaan Allah yang seutuhnya. Kaum Feminis mengatakan bahwa selama hampir 2000 tahun gereja justru telah menjadi organisasi yang menindas, di mana suatu institusi atau lembaga yang terstruktur tetaplah dari laki-laki untuk laki-laki. Dalam struktur ini perempuan hanya diberikan tugas-tugas sampingan sementara para pria adalah pembuat keputusan dalam pelayanan. Tesis dasar di sini adalah jikalau semua satu di dalam Kristus, mengapa ada pembedaan dalam pelayanan padahal perempuan juga menerima panggilan Allah dalam melayani dan menggembalakan.
      Teologi Feminisme Asia
Gerakan Feminisme di Asia dilatarbelakangi oleh penindasan dalam segala sector kehidupan akibat dari sistem budaya yang patriakhat dan perempuan sebagai anak yang tidak diinginkan dalam keluarga. Sikap ini menyebabkan lahirnya berbagai macam arus gerakan Feminis Asia, di antaranya Feminis Liberal, yang lahir dikalangan perempuan perkotaan kelas menengah yang terdidik, dengan fokus utama pada hak-hak perempuan dan perempuan dan persamaan gender berkaitan dengan gaji, pekerjaan, kedudukan sebagai pemimpin, kampanye soal mas kawin, penabhisan imam/pendeta perempuan serta hak individu dalam sistem. Feminisme di Asia berkaitan dengan hubungan perempuan dengan alam, yang mana relasi dengan alam yang bersifat eksploitatif dikaitkan dengan konsep patriakhal.
Beranjak dari sikap Yesus terhadap perempuan dalam Perjanjian Baru, maka feminisme Asia berusaha membangun suatu pengidentifikasian perempuan yang tertindas terhadap Kristus yang menderita dan bahwa inkarnasi Kristus mengubah kodrat manusia. Peran para perempuan dalam kehidupan Yesus menunjukkan sikap Yesus yang jauh lebih positif dari pada umumnya manusia pada zaman itu. Dalam hal inilah teologi feminisme membangun suatu kesan bahwa Yesus jauh lebih ramah terhadap perempuan bila dibandingkan dengan para rasul dan pengarang Injil.
KEPUSTAKAAN
      Aya Susanti, Feminisme Radikal (Bandung: Kalam Hidup, 2008)
      Anne M. Clifford, Memperkenalkan Teologi Feminis (Maumere, Ledalero, 2002)
      https://id.m.wikipedia.org
      https://merpati892.wordpress.com
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H