Ilustrasi - Foto: youtube.com
Nasib apes dialami teman saya, sebut saja Intan namanya. Ipad senilai Rp 9 Juta yang masih belum lunas cicilannya itu dijambret di jalan Juanda, Depok, ketika marak terjadi aksi begal di Kota Belimbing itu sekitar pertengahan 2014 hingga awal 2015.
Ipad yang berada di dalam tas yang dijambret itu raib bersama dengan dompet dan segepok uang kantor Rp 6 Juta.
Menurut cerita, saat belokan setelah Gema Insani Press, beberapa meter dari SPBU di Juanda, sebelum Pesantren Nuruzzahroh, Intan bersama tukang ojek langganannya putar arah dan langsung masuk gang kecil di sebelah kiri jalan. Sesaat ingin masuk gang, dari belakang ada motor dengan 2 orang memepetnya lalu setelah berhasil menjambret, langsung tancap gas. Motor yang ditumpangi Intan keburu ke arah gang, penjambret pun tak terkejar lagi.
Keesokan paginya Intan melapor kejadian yang meimpanya ke Polres Depok. Sesampainya di sana, Intan sudah menginformasikan sinyal GPS di Ipadnya yang meski dalam kondisi matit tepta bisa dideteksi keberadaan. Dan ketika petugas kepolisian ditunjukkan sinyal dan lokasi penjambret berada, saat itu ada di gang kecil samping apartemen Margonda Residences, namun reaksi petugas bukannya langsung menguber pelaku. Mungkin butuh 'amunisi' dari pelapor biar jalan meringkus pelaku.
Petugas pun hanya bilang, nanti kami kirim tim ke sana. Namun kejadian ini pun berlarut-larut hingga sekarang. Tak ada penyelesaian atau kabar lagi dari Polres Depok.
Kasus yang menimpa Intan sudah sering terjadi di Depok. Ia beruntung nyawanya masih terselamatkan. Motor tukang ojeknya pun tidak dirampas.
Di Juanda memang langganan aksi penjambretan dan begal motor. Tiga satu jam sebelum Intan dijambret, sekitar pukul 22.00 malam, pada pukul 21.00 malamnya juga ada kejadian serupa dimana seorang ibu dirampas tasnya hingga jatuh dan sang ibu mengalami luka benturan yang parah.
Agustus 2015 lalu juga terjadi pembegalan yang berakhir nahas pada korban. Aditya Revan, anak seorang anggota TNI, Praka Budi tewas setelah jatuh dari motor yang ditumpanginya bersama bibinya Dessy di Kampung Kebayunan, Tapos, Cimanggis, Depok, Minggu 23 Agustus lalu sekitar pukul 09.00 WIB. Tubuh mungil bocah 3 tahun itu terpental ke selokan hingga ia mengalami benturan keras di bagian kepala. Aditya pun meregang nyawa saat itu juga.
Ngeri memang. Aksi begal di Depok bukan hanya terjadi malam hari, namun juga pagi hari, dan di tengah keramaian.
Aparat kepolisian bukannya tidak bekerja. Perwira Urusan Humas Kepolisian Resor Kota Depok Inspektur Dua Bagus Suwardi mengimbau masyarakat di wilayah hukum Depok agar terus waspada, tapi tidak perlu khawatir untuk keluar rumah pada malam hari. Sebab, polisi selalu berpatroli mulai pukul 22.00 sampai pagi. Ratusan personel Polresta Depok diterjunkan setiap malam dengan dibantu polisi dari Polda Metro Jaya untuk menjaga kawasan perkotaan dan pinggiran Kota Depok.
"Kami tidak diam dengan masalah besar seperti ini. Kami melakukan segala tindakan untuk memberantas pembegalan dan segala tindak kriminalitas lain," kata Bagus Suwardi.
Bagus menambahkan, pembegalan tidak hanya marak terjadi di Depok. Di Bekasi, Tangerang Selatan, dan Bogor, dia melanjutkan, juga banyak kasus begal, tapi pemberitaan di berbagai media massa memunculkan asumsi bahwa Kota Depok adalah lokasi awal aksi begal sebelum menyebar.
Tim Khusus Penjaga Gangguan dan Anti-Kerusuhan (Tim Jaguar) yang dibentuk Polresta Depok, kata Bagus, sudah melaksanakan tugasnya dengan baik dan profesional. Operasi Tim Jaguar membuat ruang gerak begal di Kota Depok menyempit, sehingga pembegalan mulai jarang terjadi. Dia berharap kondisi seperti ini terus berlanjut sampai selama-lamanya.
Meski Tim Jaguar berhasil menyempitkan ruang gerak begal di Depok, namun tetap saja begal terus menghantui. Awal Oktober 2015 yang lalu, seorang Ketua RT di Tapos bercerita ke saya bahwa warganya ada yang ditodong pistol oleh sekelompok remaja tanggung. Mereka merampas motor dan uang yang ada di bengkel di daerah jalan raya Tapos, Cimanggis, Depok. Kejadian ini pun luput dari pemberitaan dan penanganan aparat kepolisian, mengingat daaerah Tapos memang dianggap sebagai daerah pinggiran Kota Depok yang jauh dari nama pembangunan. Akses jalan raya di sana gelap, jarang perumahan, sehingga rawan aksi kejahatan.
Inilah pekerjaan rumah Walikota Depok ke depan untuk menjamin keamanan dan kenyamanan warga Depok. Kerjasama yang baik dengan aparat kepolisian adalah sebuah keniscayaan. Jangan pemerintah kotanya lepas tangan begitu saja terhadap segala aksi kriminal yang menimpa warganya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H