"Kami tidak diam dengan masalah besar seperti ini. Kami melakukan segala tindakan untuk memberantas pembegalan dan segala tindak kriminalitas lain," kata Bagus Suwardi.
Bagus menambahkan, pembegalan tidak hanya marak terjadi di Depok. Di Bekasi, Tangerang Selatan, dan Bogor, dia melanjutkan, juga banyak kasus begal, tapi pemberitaan di berbagai media massa memunculkan asumsi bahwa Kota Depok adalah lokasi awal aksi begal sebelum menyebar.
Tim Khusus Penjaga Gangguan dan Anti-Kerusuhan (Tim Jaguar) yang dibentuk Polresta Depok, kata Bagus, sudah melaksanakan tugasnya dengan baik dan profesional. Operasi Tim Jaguar membuat ruang gerak begal di Kota Depok menyempit, sehingga pembegalan mulai jarang terjadi. Dia berharap kondisi seperti ini terus berlanjut sampai selama-lamanya.
Meski Tim Jaguar berhasil menyempitkan ruang gerak begal di Depok, namun tetap saja begal terus menghantui. Awal Oktober 2015 yang lalu, seorang Ketua RT di Tapos bercerita ke saya bahwa warganya ada yang ditodong pistol oleh sekelompok remaja tanggung. Mereka merampas motor dan uang yang ada di bengkel di daerah jalan raya Tapos, Cimanggis, Depok. Kejadian ini pun luput dari pemberitaan dan penanganan aparat kepolisian, mengingat daaerah Tapos memang dianggap sebagai daerah pinggiran Kota Depok yang jauh dari nama pembangunan. Akses jalan raya di sana gelap, jarang perumahan, sehingga rawan aksi kejahatan.
Inilah pekerjaan rumah Walikota Depok ke depan untuk menjamin keamanan dan kenyamanan warga Depok. Kerjasama yang baik dengan aparat kepolisian adalah sebuah keniscayaan. Jangan pemerintah kotanya lepas tangan begitu saja terhadap segala aksi kriminal yang menimpa warganya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H