Giovannesandesva Hendri
Selasa, 2 Januari 2023
Manusia adalah makhluk sosial, berinteraksi dengan sesama untuk menjalin sebuah ikatan. Komunikasi adalah hal penting dalam sebuah interaksi, maka dari itu manusia perlu berbicara kepada lawan bicaranya untuk membentuk sebuah ikatan. Dalam berbicara manusia perlu untuk memproduksi ujaran, karena komunikasi akan terjalin dengan baik apabila pembicara dan lawan berbicara memproduksi ujaran dengan baik pula.
Akan tetapi tidak semuanya bisa memproduksi ujaran dengan baik, terdapat berbagai macam masalah dan gangguan yang dimiliki oleh manusia ketika memproduksi ujaran. Hal inilah yang membuat seseorang takut untuk berkomunikasi dengan lawan bicara. Terkadang beberapa dari mereka benar benar menjauhi sebuah interaksi sosial. Dikarenakan mereka sulit untuk berkomunikasi karena kesulitan dalam memproduksi ujaran.Â
Produksi ujaran adalah proses penuangan pemikiran atau ide ke dalam sebuah bahasa lisan. Proses penuangan pemikiran ini terdiri dari pemilihan kata, pembentukan kata, penyusunan kata, dan barulah akan di produksi menjadi bahasa lisan melalui proses ujaran.
Secara umum langkah dalam memproduksi ujaran seperti yang dikemukakan oleh Dardjowidjojo (2012:117) dibagi menjadi 4 tingkat yaitu:
Tingkat pesan
Tingkat fungsional
Tingkat posisional
Tingkat filologi
Gangguan di dalam memproduksi ujaran disebut juga dengan afasia. Afasia adalah gangguan dalam berkomunikasi yang disebabkan oleh permasalahan dalam otak. Gangguan ini mengakibatkan seseorang sulit untuk berbicara dan memahami kata kata lawan bicara. Afasia ini sering terjadi oleh penderita penyakti stroke dan cedera kepala.
Menurut Arley (1982) afasia biasanya menggambarkan suatu kerusakan bahasa akibat dari cedera otak pada area dominan bahasa atau yang disebut dengan cerebral hemisphere. Kertez (1979) juga menjelaskan bahwa afasia sebagai bagian dari neurology dimana gangguan terjadi pada pusat bahasa, dengan ditandai dengan kesulitan untuk menemukan kata kata, menuyusun kata kata, dan pemahaman yang berbeda dan lemah.
(Novia, Eko, dan Ade 2021 dalam jurnal Genre vol 3 no 1) mengatakan Kerusakan otak yang dominan yang mengakibatkan afasia motorik dapat terletak pada lapisan permukaan (lesi kortikal) daerah Broca, di lapisan di bawah permukaan (lesi subkortikal) daerah Broca, atau antara daerah Broca dan daerah Wernicke (lesi transkortikal)(13). Afasia motorik kortikal ialah hilangnya kemampuan untuk mengutarakan isi pikiran dengan menggunakan perkataan(14). Ia mengerti bahasa lisan dan tulis, tetapi tidak bisa berekspresi verbal, meskipun isyarat masih bisa. Afasia motorik subkortikal ialah penderita tidak bisa meng-utarakan isi pikirannya dengan menggunakan perkataan, namun masih bisa dengan cara membeo. Pemaknaan ekspresi verbal dan visual tidak terganggu, bahkan ekspresi visualnya normal. Afasia motorik transkortial (afasia nominatif) ialah afasia yang masih dapat mengutarakan isi pikiran dengan menggunakan perkataan yang singkat dan tepat, namun masih mungkin menggunakan perkataan penggantinya. Misalnya, tidak mampu menyebut nama barang yang dipegangnya, tetapi tahu kegunaannya.Â
Menurut Ira Mayasari (2015) ada beberapa pengaruh yang akan ditimbulkan seseorang ketika mengalami gangguan berbicara.Â
Tergesa-gesa
Seseorang yang berbicara tergesa-gesa cenderung akan mengalami kekeliruan dalam memproduksi kalimat. Kata-kata yang diproduksi dalam otak tidak keluar secara baik ketika dilisankan.
Grogi
Grogi, gugup, malu, takut salah merupakan sikap yang sangat memengaruhi seseorang dalam berbicara. Jika seseorang sudah merasa grogi, apa yang tersimpan dalam otaknya bisa tiba tiba hilang.
Tidak konsentrasi
Ketika seseorang sedang berbicara kemudian ada yang mengacaukan konsentrasinya, ada kemungkinan orang tersebut mengalami kekeliruan dalam berbicara.
Tidak Sengaja (spontan)
Jadi penutur tidak menyadari bahwa yang diucapkan salah ketika tidak diingatkan.
Penderita afasia sering sekali merasakan kesalahan ketika sedang berbicara, karena mereka merasa produksi ujaran yang mereka katakan terdengar tidak tepat. Maka dari itu, untuk mengantisipasi penderita afasia ketika ingin memproduksi ujaran, hendaklah fokus ketika mendengar lawan bicara, fokuslah pada kata kata yang mudah di mengerti lalu berbicaralah secara perlahan agar lawan bicara dapat memahami apa yang ingin disampaikan.
REFERENSI
Aprilda, Novia Miftakhul Mimma. Kuntarto. Eko. Kusman, Ade. 2021. Pengaruh Afasia Pada Produksi Ujaran Dalam Proses Berbahasa. Jurnal Genre. Vol. 3, No. 1.
Mayasari, Ira. 2015. Senyapan Dan Kilir Lidah Dalam Produksi Ujaran (Kajian Psikolinguistik). Deiksis. Vol. 07 No.02.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H