"Oh, bagian apa kamu?" tanya saya lagi, tak bisa menahan rasa ingin tahu.
"Terbang, Bu," jawabnya singkat, tapi cukup membuat saya tersenyum.
"Ooooh," komentar saya spontan, sedikit memperpanjang nada seolah memberi penekanan. Siswa-siswa lain yang mendengar mulai tersenyum, tertarik pada percakapan kecil kami.
Rasa penasaran saya belum habis. "Dimana kamu tanggapan?" tanya saya lagi, kali ini dengan nada yang lebih santai. Â
"Di orang punya hajat nikahan, Bu," jawabnya sambil mengangkat kepala sedikit lebih tegak, mungkin mulai sadar sepenuhnya.
"Oh, gitu. Dapat bayaran berapa sehari?" tanya saya lagi.
"Lima puluh ribu, Bu," jawabnya, kali ini lebih lancar.
Saya tersenyum lebar. "Cocok sekali dengan bagian musik hadrohmu, yaitu terbang. Seperti siang ini, kamu juga terbang..... ke alam mimpi!"
Kelas pun meledak dalam tawa. Suara cekikikan terdengar dari berbagai sudut ruangan, mencairkan suasana tegang ujian. Bahkan beberapa siswa yang tadinya serius mengerjakan lembar jawaban ikut tersenyum. Siswa yang tadi tertidur hanya bisa menggaruk-garuk kepala sambil ikut tersenyum malu.
Melihat situasi yang mulai santai, saya kembali mengingatkan siswa-siswa lain untuk tetap fokus pada ujian mereka. "Ayo, kembali kerjakan soal-soalnya. Jangan sampai waktu habis, ya!" ujar saya sambil melangkah menjauh dari siswa yang tadi tertidur. Tapi dalam hati, saya masih tersenyum .
Saat waktu ujian hampir habis, saya kembali berkeliling untuk memastikan semuanya sudah mengisi lembar jawaban dengan lengkap. Siswa yang tadi tertidur kini tampak segar, meski matanya masih sedikit merah. Ia tersenyum malu-malu ketika saya melewati mejanya.