Meski usianya sudah lanjut, ibu penjual itu masih tampak gesit. Dia melayani pembeli dengan penuh kesabaran, mengaduk gerontol di dalam panci besar dan menaburkan kelapa parut di atasnya.Â
Rupanya, aku bukan satu-satunya yang merindukan jajanan ini. Ada beberapa orang yang juga antri, menunggu giliran untuk menikmati seporsi grontol. Ternyata, meski sudah jarang ditemui, jajanan ini masih memiliki tempat di hati banyak orang.
Tampaknya, gerontol lebih banyak diminati oleh generasi yang pernah merasakan masa-masa di mana jajanan tradisional seperti ini menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.Â
Saat gigitan pertama masuk ke mulutku, seketika kenangan masa lalu membanjiriku. Rasa gerontol ini persis seperti yang kuingat manis alami jagung, gurihnya kelapa, dan sedikit sentuhan asin dari garam yang membuat setiap gigitan terasa begitu sempurna.Â
Rasanya tak berubah sedikit pun, meski sudah bertahun-tahun berlalu sejak terakhir kali aku memakannya. Sebuah kebahagiaan tersendiri membuncah di hatiku, hanya karena menikmati kembali camilan sederhana ini.
Terasa betul bahwa kebahagiaan tidak selalu datang dari hal-hal yang besar atau mewah. Terkadang, sesuatu yang sederhana seperti seporsi gerontol bisa membawa begitu banyak kenangan dan kebahagiaan. Rasanya seolah aku kembali menjadi anak kecil, tanpa beban, hanya menikmati jajanan gerontol.
Melihat kembali pada jajanan tradisional seperti gerontol, aku merasa bahwa ada banyak nilai berharga yang terkandung dalam setiap hidangan sederhana ini. Tidak hanya soal rasa, tetapi juga tentang warisan, kebersamaan, dan kenangan yang tak tergantikan.Â
Mungkin anak-anak zaman sekarang sudah tak lagi tertarik pada jajanan seperti ini, tapi bagiku, gerontol tetap menjadi bagian dari cerita hidupku, sebuah kenikmatan sederhana yang membawa kebahagiaan sejati.
Ini bukan sekadar camilan, melainkan sebuah perjalanan kecil masa lalu, ke masa-masa di mana hidup terasa lebih sederhana dan penuh kebahagiaan.
Cepu, 16 Oktober 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H