Mohon tunggu...
Ali Yasin
Ali Yasin Mohon Tunggu... Penulis, Pedagang, Trainer -

[1] Manajer Marketing di PT Sapphire Travel Umroh Surabaya shappiretravel.blogspot.co.id [2] Trainer di Katadaya Communication Consulting [3] Pembelajar Al Quran [4] Pengusaha mikro (tokopagi.com) Utk silaturahim silahkan SMS ke 6018 0822 3378

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Pragmatisme ala Dimas Kanjeng

9 Oktober 2016   06:17 Diperbarui: 10 Oktober 2016   07:08 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan terungkapnya drama penipuan penggadaan uang, kita bisa simpulkan bahwa mayoritas pengikut Dimas Kanjeng cenderung bertindak pragmatis.  Tindakan ini lebih mementingkan hasil ketimbang proses dan cenderung mengesampingkan tata nilai (value)agama dan budaya. Cara berpikir sehat juga ditanggalkan. Yang didahulukan adalah perilaku tidak wajar namun dianggap benar asalkan hasilnya tercapai.

Pencapaian hasil melalui cara rasional telah diganti dengan ritual yang cenderung tidak logis. Mulai dari mengejar ayam di hutan, mandi dengan air tujuh sumur, dibungkus kain kafan hingga modus istighosah. Andai benar apa yang dijanjikan, maka cara demikian sangat pragmatis dibanding bekerja keras untuk mendapatkan uang ratusan hingga milyaran rupiah yang tentunya membutuhkan yang tidak pendek.

Namun pada kenyataannya cara bertindak pragmatis kian mewabah. Praktek penggandaan uang terus bermunculan menyusul terbongkarnya aksi mereka oleh aparat kepolisian seperti yang terjadi di Bekasi baru-baru ini. Hal ini menandakan kian meluasnya patologi atau penyimpangan cara berfikir. Karena yang melakukan jumlahnya banyak sudah tentu menjadi penanda trend sosiologi masyarakat kita.

Berbagai acara di televisi yang menyuguhkan perubahan nasib dan status sosial bagi pesertanya secara instant ikut mempengaruhi cara berfikir masyarakat. Acara-acara tersebut seakan menjadi referensi kolektif tentang perlunya bertindak pragmatis. Karena kurang filter, maka acara sejenis gameshow kian diminati masyarakat tanpa menyadari bahaya besarnya yaitu cenderung tidak rasional dan jadi pribadi pemalas.

Kembali ke fitrah

Menjawab hal itu semua, maka ddukasi dan sosialisasi menjadi sarana penting. Ditengah banyaknya anggota masyarakat yang terlibat dalam aksi penipuan bermodus penggandaan uang, maka penyadaran sosial harus digalakkan. Resiko bertindak pragmatis dan cara befikir instant harus disebarluaskan. Masyarakat, khususnya generasi muda terpelajar, harus didorong lagi supaya menghargai proses dalam mencapai keinginan.

Tak hanya sekolah dan pesantren, ormas dan perguruan tinggi juga harus ambil bagian dalam penyadaran sosial ini. Aparat penegak hukum serta pemerintah berada di garda depan untuk pro aktif mendeteksi gejala yang terjadi di masyarakatnya. Bagaimanapun penyadaran terhadap cara bertindak pragmatis dilakukan secara kontinyu mengingat aksi tipu-tipu penggandaan uang potensial terjadi lagi.

Dari sisi ekonomi, psikologi maupun sosial sangat wajar jika setiap manusia ingin kecukupan alias tidak kekurangan. Akan tetapi tidak berarti melegalkan tindakan pragmatis. Berdasar fitrahnya, justru manusia diajari Tuhan untuk mengutamakan proses sebagaimana ia telah diciptakan.  Dari sinilah kita perlu belajar lagi bahwa segala sesuatu tidak bisa diperoleh dengan cara pragmatis. Waspadalah.

ALI YASIN

KONSULTAN SEKOLAH UMROH SURABAYA 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun