Mohon tunggu...
Agusto Reynaldo
Agusto Reynaldo Mohon Tunggu... Freelancer - Pembaca

Pembaca yang sesekali menulis. Akan fokus di Cerpen dan Film. (Selain dua topik itu mungkin sedang sok tau saja)

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Joker: Awal Mula yang Payah

10 Oktober 2019   20:58 Diperbarui: 11 Oktober 2019   23:18 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbeda dengan Thanos atau Loki, kita tidak ada yang benar-benar mengenal Joker. Masa lalunya, awal mula dia menjadi Joker, dan bahkan nama sebenarnya, tidak ada satupun yang mengetahuinya, bahkan mungkin Joker sendiri.

Seperti yang kita tahu, setiap ditanya soal masa lalunya, dia selalu mengatakan bahwa dia ingin mengenang masa lalunya sebagai beberapa kemungkinan. Entah dia serius atau tidak mengatakannya, hanya dia yang tahu.

Itulah yang membuat kehadiran Joker karya Todd Phillips ini begitu dinantikan banyak pihak, baik pembaca komiknya maupun yang tidak. Dari semua film tentang Joker yang pernah tayang, belum ada yang berani mengambil kisah awal mula bagaimana The Clown Prince of Crime bisa terbentuk. Belum lagi ditambah fakta bahwa yang akan memerankan musuh bebuyutan Batman tersebut adalah Joaquin Phoenix, salah satu aktor terbaik di generasinya.

Lengkap sudah hype yang didapat.

Saya termasuk orang yang pilih-pilih bioskop dan hampir tidak pernah membeli makanan untuk menemani saya menonton. Jadi ketika saya menonton di salah satu bioskop termegah dan membeli paket makanan untuk dibawa ke dalam teater, anda tahu betapa berartinya film itu untuk saya.

Setelah kurang lebih 2 jam di dalam teater, saya merasa kesal dan bingung. Anda pernah berharap sesuatu kepada seseorang dan sangat percaya hal itu akan berjalan seperti yang anda inginkan namun pada akhirnya anda mendapati bahwa realita berbanding terbalik dengan ekspektasi anda? Kesal? jelas. Kesal dengan siapa? Belum tentu anda bisa jawab.

Setelah beberapa hari memendam dan berharap kesalnya hilang tapi ternyata tidak, saya ingin mencoba mencari teman menuangkan keresahan yang saya miliki.

Asal-usul Joker seharusnya tetap menjadi misteri

Seperti yang tadi sudah saya jabarkan, ada kemungkinan kalau Joker sendiri bahkan tidak mengetahui masa lalunya sebelum menjadi panutan para kriminal jalanan. Apakah benar dia seorang individu yang rusak karena dianiaya ayahnya semasa kecil? Atau seorang badut dan komika yang gagal bersaing? Atau seorang suami yang kehilangan istri dan anaknya lalu jatuh ke larutan kimia saat sedang bersedih dan membuatnya terkontaminasi luar dalam? Atau semuanya benar?

Mengutip kalimat sang badut sendiri, "If I'm going to have a past, I prefer it to be multiple choice!"

Dan itulah yang membuat Joker menarik dan bisa digunakan dalam kesempatan apa saja. Joker adalah sebuah peran yang bisa diambil setiap orang. Anda bisa menggunakan topengnya dalam kesempatan apapun. Saat memberikan surprise kepada teman, sekedar berjalan-jalan ke mall, menonton pertandingan klub kesayangan (di stadion atau kafe), bahkan saat mendemo pemerintah yang korup, topeng Joker tidak akan membuat anda terlihat salah kostum.

Anda tahu topeng Guy Fawkes yang menjadi lambang anonimitas dunia? Untuk saya, topeng Joker sama dengan topeng tersebut, bedanya Joker tersenyum.

Seandainya pun ingin memberikan asal-usul, berikan yang bagus

Seorang pengidap penyakit mental yang disiksa dari kecil, gagal  secara sosial maupun karir, tidak mendapat tempat di manapun, dan sering disiksa baik verbal maupun fisik?

Maaf, kalau memang asal-usulnya seperti itu, Joker tidak ada bedanya dengan kriminal dari  belahan dunia manapun. Tidak ada bedanya dengan begal, jambret, copet, atau apapun itu sebutan yang diberikan masyarakat kepada mereka.

Jangan-jangan anda yang sedang membaca tulisan ini bahkan memiliki hidup yang lebih susah dari mereka, apakah anda pernah berpikir melakukan apa yang mereka lakukan? Pernah? Apakah anda pernah melakukannya?

Kalau tidak (atau belum), selamat. Anda adalah manusia normal. Anda bukan anak manja yang menganggap bahwa kesialan yang anda terima adalah kesalahan orang lain, yang bahkan mungkin tidak mengetahui seorang anda eksis atau tidak.

LOH, YA ITU PESAN MORALNYA. BAHWA SEMUA ORANG BISA MENJADI JOKER

Begini, Joker adalah psikopat licik nan jenius yang sadar akan semua yang dia lakukan dan apa dampaknya nanti. Semua hal yang dia lakukan, betapa pun terlihat aneh dan tidak masuk akalnya, hal itu merupakan bagian dari perlawanannya terhadap (ilusi) masyarakat yang tenang, status quo, dan usahanya untuk membuktikan bahwa yang membedakan dia dengan mereka adalah satu hari yang apes.

Itulah alasan fundamental kenapa Joker sangat disegani dan ditakuti.

Kalau tidak mengacu pada hal tersebut, Joker hanya seorang kriminal biasa yang sedikit nyentrik.

Di bawah ini adalah beberapa ciri psikopat:

  • Memesona dan pintar berbicara
  • Cerdas atau sangat cerdas
  • Lihai bersosialisasi tapi memilih menjadi anti sosial
  • Tenang, bahkan kadang terlihat seperti tidak memiliki emosi

Koreksi kalau salah, tapi bukannya semua poin di atas adalah kebalikan dari Arthur Fleck?

Joker memiliki prinsip dalam melakukan kejahatan

Joker yang ini tidak.

Joker yang ini adalah orang yang sudah tidak tahan oleh persoalan yang dia miliki, menyerah dengan keadaan, dan menumpahkannya ke orang lain.

Simbol anti kemapanan? Simbol pergerakan rakyat? Semua itu dia dapatkan secara tidak sengaja.

Yang sengaja dia lakukan adalah membunuh orang-orang yang dia tidak sukai dengan liar dan berantakan. Sesuatu yang tidak akan dilakukan oleh Joker yang sebenarnya (atau psikopat pada umumnya).

Sebenarnya ada satu poin lagi yaitu ketiadaaan Batman. Layaknya Sang Pencipta yang akan terlihat sebagai diktator yang mengidap megalomania tanpa kehadiran setan dan neraka, Joker (bahkan dalam sosok terbaiknya) tanpa kehadiran Batman menjadi terlihat sebagai psikopat biasa yang seronok.

Tapi karena film ini sedari awal memang tidak ada niat memasukkan Batman di dalamnya, anggap saja poin terakhir sebagai kekecewaan subjektif belaka.

Begitulah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun