Mohon tunggu...
Agustinus Nicolaus Yokit
Agustinus Nicolaus Yokit Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Bukan seorang Pujangga dan Bukan seorang Filsuf

Menjadi prehensi positif bagi perkembangan orang lain... Masih belajar untuk Altruis... Sedang berjalan dalam pencarian pada Kebijaksanaan Sejati...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Virus Tok-Tok Vs Virus Tik-Tok

16 Januari 2023   08:58 Diperbarui: 16 Januari 2023   09:21 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Akhir tahun 2022 sampai awal tahun 2023, publik Indonesia dilanda virus baru yaitu Tok Tok, Tek Tek, Latto-Latto, atau bagaimana sebutannya tergantung penyebutan setiap daerah. Kalangan yang paling banyak dijangkit ialah anak-anak. 

Namun, dalam perkembangannya, bukan hanya anak-anak yang terjangkit virus tersebut, tetapi orang dewasa pun tidak ketinggalan, apalagi mereka yang notabene adalah angkatan 70-90an. Permainan ini bukanlah permainan yang baru. Sesungguhnya sudah ada sejak tahun 1960-an dan lebih dikenal di benua Eropa dan Amerika. 

Walaupun saat ini terkenal ulang di Indonesia, permainan ini justru telah dilarang oleh berbagai badan kesehatan yang ada di Eropa dan Amerika karena sangat berdampak pada kesehatan. Bagaimana tidak, permainan ini sudah banyak menelan korban luka. 

Tok Tok merupakan permainan yang terdiri dari sepasang bola plastik atau karet yang terikat tali, dengan bentuk bandulan. Pada bagian tengah terdapat benang antara kedua bola, juga pegangan khusus untuk digunakan pemain ketika digerakkan. Apabila tidak dipergunakan dengan baik, dapat menyebabkan kecelakaan kecil maupun besar yang berakibat fatal. 

Permainan yang berbahaya ini, justru menjadi lumrah saat ini dan bahkan dijadikan sebagai bagian dari perlombaan. Miris sekali, karena anak-anak adalah kalangan yang paling banyak menggunakannya. Apabila tidak diawasi, anak akan dengan mudah saling melukai atau bahkan mengalami kecelakaan sendiri. 

Virus Tok Tok, tidak hanya menjangkit anak-anak. Dan itu betul! Orang-orang dewasa pun terlibat bahkan mendukung anak-anaknya untuk  terus memainkan permainan tersebut ketimbang bermain Tik Tok. 

Dengan adanya permainan tersebut, anak-anak justru lebih tergerak untuk berkumpul, bermain bersama, dan jarang untuk scroll Tik Tok, atau bahkan melakukan gerakkan dalam platform Tik Tok tersebut. Walaupun demikian, dua hal ini yaitu Tok Tok maupun Tik Tok adalah dua hal yang justru dapat merusak kesehatan dari anak. 

Dua virus atau problem di atas akan diuraikan lebih lanjut dalam konteks psikologis.

Virus Tok Tok apabila sudah menjangkit individu tertentu, maka akan terjadi ketergantungan yang berlebihan. Artinya, orang akan merasa menderita dan sulit fokus karena lebih sibuk untuk memainkan Tok Tok dengan keras. 

Permainan tersebut dapat mengarahkan orang pada keinginan lebih untuk tidak tenang. Orang menjadi tidak tenang bahkan tidak mampu untuk berefleksi dan mengembangkan kualitas dirinya. Bahkan ada kecenderungan bahwa orang akan menjadi gelisah apabila tidak bermain Tok Tok dan menunjukkannya pada orang lain.

Demikian halnya dengan Tik Tok, yang memaksa orang untuk menjadi pribadi yang over acting. Maksudnya, orang akan lebih cenderung untuk bergerak dan tidak punya waktu untuk tenang dan berefleksi. Semuanya, akan terarah keluar, agar dilihat oleh orang lain. Bahkan ada ketergantungan secara psikis pada orang lain. 

Apabila postingan atau gerakkan tidak direnspon dengan baik, maka orang tersebut agar frustrasi dan galau. Secara psikis akan terganggu. Awalnya ia bermain Tik Tok karena iseng-iseng atau untuk fun saja, namun seiring berjalannya waktu ada ketergantungan untuk menambah follower, menambah jumlah like dan begitu selanjutnya. 

Hal ini justru mengarahkan pribadi tersebut untuk terarah keluar dirinya dan melupakan betapa pentingnya mengembangkan kemampuan diri untuk berdikari secara riil di dunia nyata.

Dua virus di atas dapat mengganggu pertumbuhan pribadi apabila tidak ditanggapi dengan baik. Maka, dibutuhkan ketenangan batin untuk berefleksi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun