"Mas Dara siapa ya Nak?"
"Yang sebelumnya jualan di sini. Wajahnya tampan, jualan cilok dia Pak."
"Ah, Darana. Dia..."
***
Aku berteduh di bawah payung pelangi. Tapi, ini adalah payung pelangi yang berbeda dari biasanya. Payung pelangi ini sudah bukan milik Mas Dara lagi. Ini milik Pak Nanang, pedagang Maklor yang aku temui hari itu. Katanya, Mas Dara sudah memulai bisnis baru di luar kota sana. Cilok buatannya sudah terkenal, bahkan sampai masuk acara tv kuliner. Memang hebat, Mas Dara itu. Aku harus senang akan keberhasilannya.
Di bawah payung pelangi itu, aku melahap cilok yang masih hangat-hangatnya. Mungkin... mungkin, jika aku selalu mananti di sini, Mas Dara akan kembali?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H