Mohon tunggu...
Qorry Ein Wawa
Qorry Ein Wawa Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Aku? Aku hanyalah pemudi yang berusaha untuk menjadi lebih baik.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hari Itu di Toko Kami

10 September 2023   14:33 Diperbarui: 10 September 2023   14:38 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Senin, 23 Juni 2018

Hai semuanya! Perkenalkan, namaku Deha. Umurku 16 tahun, putri semata wayang keluarga kami. Sekolah dan tempat tinggal? Itu tidak penting. Yang penting sekarang adalah: Keluarga kecil kami memiliki sebuah toko makanan khas Probolinggo. Toko yang menjadi mata pencaharian untama keluarga kami. Nah, sudah segitu saja perkenalannya. Lanjut ke cerita.

Hari ini aku akan menjaga toko. Seharian. Kenapa? Karena ayah dan ibu sedang pergi ke rumah sakit, dan itu pasti menghabiskan sangat banyak waktu. Aku mengeluh berkali-kali tentang ini, tapi mau bagaimana lagi? Jika aku tidak menjaga toko kecil kami, kita tidak akan mendapatkan uang. Dan jika kita tidak mendapatkan uang, maka kita akan miskin. Dan jika kita miskin, maka kita akan mati. Daripada mati, lebih baik menjaga toko, bukan begitu?

Pukul 12 siang. Pelanggan yang datang ke toko kami semakin banyak. Itu membuatku benar-benar kerepotan. Meskipun toko kami tidak terlalu besar, kebersihan dan pelayanan dari toko kami benar-benar sempurna. Itulah yang membuat toko kami terkenal, sehingga banyak pelanggan yang datang. Yah, itu bagus. Sepadan dengan pekerjaan yang kulakukan.

Pukul 3 sore. Akhirnya, setelah sekian lama aku bisa beristirahat. Tidak ada pelanggan yang menetap di sini sekarang. Itu artinya, waktunya leha-leha. Namun, yang namanya leha-leha pasti hanya sementara. Baru 5 menit duduk santai semabri melihat ponsel, 1 pelanggan tiba-tiba datang. 

Aku menoleh, ingin melihat wajah orang yang membuatku bekerja lagi. Bibir merah merona, rambut pirang keemasan, dan kulit putih cemerlang. Aku tersenyum lembut, orang itu bule. 

Aku berjalan menuju tempat bule tersebut duduk, menyerahkan daftar menu. "Silahkan dipilih."

"Ini, saya ingin memesan nasi jagung. Gambarnya menarik." Bule tersebut memilih dengan cepat, tak peduli harga.

Baiklah. Aku berjalan menuju dapur, memasak pesanan pelanggan tercinta. 9 menit, selesai. Masih hangat, aku sendiri ingin mencobanya.

Aku mengantar pesanan bule tersebut. Wajahnya nampak jauh lebih cantik saat dia bahagia melihat pesanannya datang. Aku tersenyum, sedikit menjauh. Mempersilahkan Sang pelanggan makan dengan tenang. Aku tersenyum saat pelanggan bule tersebut terlihat begitu menikmati makanannya. Melihat sesorang bahagia ternyata bisa membuat kita bahagia juga, ya. Ini sedikit menghibur.

Singkat cerita, bule tersebut selesai memakan nasi jagungnya. Ia mengangkat tangannya, memberitahukan bahwa aku harus segera ke sana. 

"Berapa totalnya?" Bule tersebut mengeluarkan dompetnya.

"Rp12.000,00 Nyonya." Aku sedikit meniru gaya orang barat.

Bule itu tersenyum, mengeluarkan uang dari dompetnya. "Rasanya enak, thank you very much."

Aku tersipu malu. Ini pertama kalinya aku dipuji oleh seorang bule. Ah, aku ingin menceritakan ini ke teman-temanku besok.

"Ini membuatku kenyang. Mungkin aku tidak akan makan hingga malam nanti. Biasanya aku hanya memakan roti dengan sayur atau semacamnya." Bule centik itu tertawa. "Nasi jagung ini enak. Lain kali aku akan beli di sini lagi. Namaku Seyi."

"Ah- baiklah, silahkan datang kembali." Aku tersenyum, setelah beberapa detik termangu. "Namaku Deha."

Seyi melambaikan tangannya, berjalan menuju mobilnya. Aku juga balas melambaikan tangan, tersenyum kecil. Dari perkataan Seyi tadi, aku mengambil sedikit makna tersirat. Kita, orang indonesia, terutama orang Probolinggo memiliki makanan khas yang mengenyangkan, juga murah. Orang luar negeri seperti Seyi saja bersyukur telah memakan sekedar nasi jagung seperti tadi. Aku tersenyum, spseoertinya selama ini aku kurang bersyukur, ya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun