"Berapa totalnya?" Bule tersebut mengeluarkan dompetnya.
"Rp12.000,00 Nyonya." Aku sedikit meniru gaya orang barat.
Bule itu tersenyum, mengeluarkan uang dari dompetnya. "Rasanya enak, thank you very much."
Aku tersipu malu. Ini pertama kalinya aku dipuji oleh seorang bule. Ah, aku ingin menceritakan ini ke teman-temanku besok.
"Ini membuatku kenyang. Mungkin aku tidak akan makan hingga malam nanti. Biasanya aku hanya memakan roti dengan sayur atau semacamnya." Bule centik itu tertawa. "Nasi jagung ini enak. Lain kali aku akan beli di sini lagi. Namaku Seyi."
"Ah- baiklah, silahkan datang kembali." Aku tersenyum, setelah beberapa detik termangu. "Namaku Deha."
Seyi melambaikan tangannya, berjalan menuju mobilnya. Aku juga balas melambaikan tangan, tersenyum kecil. Dari perkataan Seyi tadi, aku mengambil sedikit makna tersirat. Kita, orang indonesia, terutama orang Probolinggo memiliki makanan khas yang mengenyangkan, juga murah. Orang luar negeri seperti Seyi saja bersyukur telah memakan sekedar nasi jagung seperti tadi. Aku tersenyum, spseoertinya selama ini aku kurang bersyukur, ya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H