Senin, 23 Juni 2018
Hai semuanya! Perkenalkan, namaku Deha. Umurku 16 tahun, putri semata wayang keluarga kami. Sekolah dan tempat tinggal? Itu tidak penting. Yang penting sekarang adalah: Keluarga kecil kami memiliki sebuah toko makanan khas Probolinggo. Toko yang menjadi mata pencaharian untama keluarga kami. Nah, sudah segitu saja perkenalannya. Lanjut ke cerita.
Hari ini aku akan menjaga toko. Seharian. Kenapa? Karena ayah dan ibu sedang pergi ke rumah sakit, dan itu pasti menghabiskan sangat banyak waktu. Aku mengeluh berkali-kali tentang ini, tapi mau bagaimana lagi? Jika aku tidak menjaga toko kecil kami, kita tidak akan mendapatkan uang. Dan jika kita tidak mendapatkan uang, maka kita akan miskin. Dan jika kita miskin, maka kita akan mati. Daripada mati, lebih baik menjaga toko, bukan begitu?
Pukul 12 siang. Pelanggan yang datang ke toko kami semakin banyak. Itu membuatku benar-benar kerepotan. Meskipun toko kami tidak terlalu besar, kebersihan dan pelayanan dari toko kami benar-benar sempurna. Itulah yang membuat toko kami terkenal, sehingga banyak pelanggan yang datang. Yah, itu bagus. Sepadan dengan pekerjaan yang kulakukan.
Pukul 3 sore. Akhirnya, setelah sekian lama aku bisa beristirahat. Tidak ada pelanggan yang menetap di sini sekarang. Itu artinya, waktunya leha-leha. Namun, yang namanya leha-leha pasti hanya sementara. Baru 5 menit duduk santai semabri melihat ponsel, 1 pelanggan tiba-tiba datang.Â
Aku menoleh, ingin melihat wajah orang yang membuatku bekerja lagi. Bibir merah merona, rambut pirang keemasan, dan kulit putih cemerlang. Aku tersenyum lembut, orang itu bule.Â
Aku berjalan menuju tempat bule tersebut duduk, menyerahkan daftar menu. "Silahkan dipilih."
"Ini, saya ingin memesan nasi jagung. Gambarnya menarik." Bule tersebut memilih dengan cepat, tak peduli harga.
Baiklah. Aku berjalan menuju dapur, memasak pesanan pelanggan tercinta. 9 menit, selesai. Masih hangat, aku sendiri ingin mencobanya.
Aku mengantar pesanan bule tersebut. Wajahnya nampak jauh lebih cantik saat dia bahagia melihat pesanannya datang. Aku tersenyum, sedikit menjauh. Mempersilahkan Sang pelanggan makan dengan tenang. Aku tersenyum saat pelanggan bule tersebut terlihat begitu menikmati makanannya. Melihat sesorang bahagia ternyata bisa membuat kita bahagia juga, ya. Ini sedikit menghibur.
Singkat cerita, bule tersebut selesai memakan nasi jagungnya. Ia mengangkat tangannya, memberitahukan bahwa aku harus segera ke sana.Â