Tri Hita Karana merupakan ajaran filosofi agama Hindu yang tetap ada dalam aspek kehidupan masyarakat di Bali. Sebagai umat beragama pastinya ingin merasakan kebahagiaan dan kesejahteraan dalam hidup ini, baik daalam fisik maupun kebahagiaan batin dan Rohani atau yang bisa disebut moksa. Untuk mencapai kebahagiaan tersebut, kita perlu mengamalkan ajaran-ajaran menurut agama masing-masing dan menjalin hubungan  harmonis yang bertujuan untuk saling menguntungkan. Dalam konsep ajaran agama Hindu adanya Tri Hita Karana dapat sangat berperan penting karena dapat menjadikan suatu lingkungan khususnya Bali  memiliki hubungan yang harmonis secara makrokosmos dan mikrokosmos. Seperti yang kita ketahui Tri Hita Karana mempunyai arti tiga penyebab kebahagiaan dengan mengimplementasikan tiga hubungan yang harmonis , antara lain ;
   Pertama yaitu Parahyangan yang berasal dari kata "para"(tertinggi) dan "hyang" (beliau/tuhan) merupakan hubungan yang harmonis antara manusia sebagai ciptaan tuhan dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Brahman Sang Pencipta yang berperan sangat penting untuk menciptakan kesejahteraan dalam hidup setiap manusia. Manusia memuja tuhan disebabkan oleh sifat satvika atau kebajikan yang dimiliki dan juga rasa bhakti dan sujud kehadapan Ida Sang Hyang Widhi untuk selalu memohon perlindunga-Nya. Karena parahyangan ini merupakan hubungan yang harmonis dengan tuhan maka dari itu yang dapat kita lakukan adalah menghanturkan bakti dan sradha yang setinggi-tingginya yang  dapat dilakukan dengan cara melakukan upaya-upaya pelaksanaan Dewa Yadnya yang contohnya bisa diambil dari kegiatan sehari-hari yang sering kita jumpai dilingkungan rumah maupun lingkungan sekitar antara lain :
1.Melaksanakan Nitya Yadnya yaitu yadnya yang dilakukan setiap hari dengan cara menghanturkan canang di area rumah yang mencakup merajan ataupun pelinggih, pelangkiran dan juga seisi rumah.Â
2.Mempersembahkan banten saiban atau yadnya sesa setiap pagi setelah memasak yang bertujuan sebagai wujud syukur yang diberikan Ida Sang Hyang Widhi kepada manusia. Yadnya ini juga termasuk Nitya Yadnya.
3.Berdoa sebelum memulai kegiatan, misalnya mengucapkan doa makan sebelum menikmati makanan dan berdoa sebelum memulai pelajaran. Karena doa merupakan ibadah yang secara langsung melibatkan Ida Sang Hyang Widhi dalam segala aktivitas yang kita lakukan sekaligus memohon keselamatan.Â
4.Mendengarkan Dharma Wacana yang pastinya berkaitan dengan keagamaan yang bertujuan meningkatkan pemahaman setiap individu dalam bidang pengetahuan agar dapat mengamalkan kedalam rohani umat hindu. Biasanya Dharma Wacana ini dibawakan oleh orang suci seperti Ida Pedanda.Â
5.Terlibat dalam upacara keagamaan. Dalam umat Hindu biasanya terdapat kewajiban seperti ngayah di pura pada saat adanya piodalan. Masyarakat terlibat langsung dalam keberlangsungan piodalan seperti mejejaitan yang dilakukan secara bersama-sama dengan tulus kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.Â
 Dengan demikian hubungan antara manusia dengan Ida Sang Hyang Widhi harus terus dipupuk dan ditingkatkan dan diajarkan kepada anak anak dari usia dini agar terus berjalan di jalan kebenaran dan kebajikan. Dengan begitu semuanya akan dipermudah oleh Tuhan salah satunya dalam mencapai moksartham jagadhita ya ca iti dharma yakni kebahagiaan hidup di dunia yang berlandaskan Dharma.Â
  Kedua yaitu Pawongan yang berasal dai kata "wong" dalam Bahasa jawa yang berarti manusia. Pawongan merupakan hubungan yang harmonis antara manusia dengan sesama manusia. Pawongan ini berkaitan dengan semua orang yang hidup dalam suatu masyarakat yang tinggal dalam satu wilayah. Sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa hidup sendiri dan selalu membutuhkan bantuan orang lain. Adapun contoh pawongan yang bisa kita terapkan dalam bentuk implementasi dari Tri Hita Karana dalam kehidupan sehari-hari yaitu sebagai berikut:
1.Menjaga dan menjalin hubungan yang baik dengan semua manusia yang kita jumpai. Contohnya menghormati orang tua kita sendiri maupun orang yang lebih tua, selalu menjalin rasa persaudaraan terhadap keluarga maupun orang lain disekitar kita .
2.Memiliki sikap saling memiliki dengan cara selalu menjaga dan berbuat baik terhadap orang lain.